Gama yang baru bangun dari tidurnya, terdiam sesaat karna masih mengantuk.
Dia berjalan perlahan menuju ruang tamu dan melihat ke arah jam besar di dinding menunjukkan pukul setengah 5.
Sambil berjalan ke arah kamar mandi yang ada di belakang, Gama menyapa beruang coklat yang sempat terbangun sebentar karna mendengar suara langkah kakinya.
Saat sedang mencuci muka, alis Gama mengkerut saat mendengar suara ayunan sebuah benda berat dari pintu belakang di dapurnya.
Dia baru sadar ternyata pintu itu terbuka lebar dan di depan sana ada Gooner yang berlatih mengayunkan kapak besar di tangannya.
Melihat dari keringatnya, Gama tidak yakin dia sudah disana selama 30 menit.
"Kata ayah kalau cuman pakai kaus dalam di luar pagi-pagi begini nanti masuk angin," katanya dengan polosnya berjalan mendekati pria yang sedikit lebih tinggi darinya itu.
Gooner tersentak lalu menoleh melihat Gama duduk di ambang pintu.
Dengan nafas berat, dia pun mengambil botol air minum yang dia sediakan lalu meminumnya sambil mendekati Gama.
"Aku sudah terbiasa dengan cuaca seperti ini," katanya sambil duduk di dekat Gama.
Gama sedikit menjauh karna dia tidak mau terkena keringat Gooner.
Melihat reaksi anak itu, Gooner pun menyeringai lalu mendekati dan memeluknya.
"Aa... Bau.." keluhnya sambil mencoba melepaskan pelukannya.
Pada akhirnya karna tubuhnya ikut terkena keringat temannya, Gama malah jadi ikut mandi pagi yang sangat tidak dia sukai.
Gama yang marah terus membelakangi Gooner yang sedang menggosok punggungnya.
"Masa masih marah. Kalau tidak begitu, kau pasti tidak mau mandi kan," kata Gooner menahan tawa di belakang Gama.
Gama langsung berbalik melihat Gooner dengan wajah sebal dan menahan nafas di pipinya.
"Haha baik.. baik.. aku minta maaf," katanya sambil mengangkat kedua tangannya.
Meski masih kesal, tapi Gama terlihat lebih tenang dari sebelumnya.
Setelah tenang, Gama baru sadar kalau saat ini wajahnya berada tepat di depan kontol temannya.
Dia sedikit bingung kenapa ukurannya cukup besar.
Tapi dia pikir juga tidak mengherankan. Tubuh Gooner sendiri meskipun pendek, tapi dia berisi. Lengan dan kakinya berotot tapi perutnya juga besar.
Sewaktu di rumah Gooner, dia pernah mengatakan pada Gama meskipun tubuhnya terbentuk karna sering membuat alat berat dari besi, dia juga makannya banyak, itu alasan kenapa perutnya besar.
"Mau coba hisap?" Kata Gooner menyeringai sambil mengarahkan kontolnya ke mulut Gama.
Gama yang memasang wajah memelas menggeleng menatapnya.
"Hahaha, ayo ayo berdiri, aku tidak bisa menyabuni kaki mu," pinta Gooner sambil tertawa.
Gama hanya menurut saja melakukan apapun yang di pinta pria itu.
Semenjak kenal, mereka lebih sering mandi bersama karna Gooner melihat Gama belum bisa mandi sendiri. Jadi sekalian juga dia membantunya.
Tapi bagi Gama, terkadang Gooner sendiri membuatnya takut.
Dia sering memeluknya dari belakang sambil menggosok-gosok kontolnya di sela-sela pahanya.
"Apa kalian yang tinggal di atas juga ada sarapan?" Tanya Gooner sambil menggosok kaki Gama.
"Iya. Ada sarapan, makan siang, sama makan malam juga," jawab Gama sambil merentangkan kedua tangannya.
"Apa kalian semua membuatnya?" Tanyanya lagi.
"Tidak juga. Kan ada yang berjualan seperti ayah. Jadi kalau orang-orang yang bekerja dan tidak sempat membuat, paling beli," jawabnya lagi.
"Hoo.. kalau kau sendiri bagaimana?"
"Dari kecil ayah selalu masak untuk Gama, Ady dan Rendra agar lebih hemat, jadi kami terbiasa masak sendiri," katanya sambil terkekeh.
Gama menunduk melihat Gooner yang berjongkok di depannya sambil menggosok kakinya dengan sabun.
"Gooner belum pernah makan nasi kan?" Tanya anak itu.
Kedua alis pria itu menekuk lalu mendongak melihat Gama.
"Apa itu nasi?" Tanyanya heran.
"Nasi itu.. emm.. makanan pokok. Jadi agar lebih irit dari penggunaan pangan, kita pakai nasi biar kenyang," jelas Gama sedikit bingung.
Gooner terlihat heran dengan penjelasan Gama yang kurang logis baginya. Kenapa tidak sekalian saja makan daging?
Selesai mandi, Gama pun mengajarkan Gooner memotong bawang dan cabai menggunakan pisau kecil. Dia memperhatikannya dengan sangat serius.
Gama memberikan beberapa cabai dan bawang ke Gooner agar dia bisa mencobanya langsung. Tapi, sewaktu dia mencobanya, Gooner malah memotong nya seperti memotong kayu menggunakan kapak.
Suara benturan pisau dan talenan kayu langsung bergema ke seluruh rumah sampai-sampai membangunkan Kuro dan Shiro yang dari tadi masih tidur.
"Jangan pakai tenaga. Memotong bahan masakan tidak sama dengan memukul besi panas," kata Gama.
Gooner mengangguk pelan lalu mencobanya secara perlahan.
Dia berhasil membuat satu iris cabai merah, dan itu membuatnya sangat senang.
Gama pun menunjukkan nasi yang semalam dia bawa dari ayahnya pada Gooner lalu memasukkannya ke kuali sambil menjelaskan semuanya secara detail.
Saat nasi goreng itu selesai di letakkan ke nasi, Gooner terlihat sangat terpukau karna ini pertama kalinya dia terlibat langsung saat Gama membuat makanan.
"Tuan, apa saya boleh ke Jakarta sebentar?" Tanya Kuro, robot bulat milik Gama menghampiri tuannya yang sedang memakan sarapannya.
"Mau apa?" Tanya Gama sambil mengunyah.
"Sepertinya tuan Ady sedang kesulitan di rumah. Tuan Rendra juga sedang ada ujian, jadi tidak bisa di ganggu," jelasnya.
Gama pun mengangguk pelan lalu robot itu pergi begitu saja meninggalkan mereka di rumah.
Sebenarnya siang ini Gama berencana membawa Gooner ke pasar untuk memperlihatkan bahan-bahan lain. Tapi, Kuro yang biasanya berperan sebagai penunjuk jalan malah tidak ada.
"Kurasa kau bisa mengajari ku beberapa hal sebelum ke tempat yang di sebut pasar," kata Gooner tiba-tiba seakan dia baru saja membaca pikiran Gama.
Gama tampak berfikir lalu dia mempunyai ide dan mengajaknya kembali ke dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kami (Part 4)
FanfictionPerhatian, cerita ini terdapat adegan dewasa termasuk sesama jenis. Bagi yang tidak nyaman, di sarankan untuk tidak membacanya.