Sekamar

1.1K 34 1
                                        

Berdiri di tepi beranda sambil menikmati angin malam. Wardi merasa hari ini memang seperti liburan baginya.

Keempat temannya termasuk pak Ujang yang ada di dalam kamar tampak sedang mengobrol satu sama lain. Karna Wardi tidak tau arah pembicaraan mereka, jadi dia memutuskan untuk pergi mencari udara di luar.

Karna hanya ada dia tempat tidur, mereka pun menggeser dan menyatukan dua tempat tidur menjadi satu.

Karna hanya pak Ujang saja yang besar, mereka berlima masih bisa tidur bersama tanpa khawatir tidak muat.

"Pak Wardi.. sini masuk. Pak Juned udah datang," panggil pak Dakir dari dalam.

Wardi pun berbalik dan melihat ke dalam kamar mereka.

Keempat bapak-bapak itu sudah duduk berkumpul membentuk lingkaran mengelilingi makanan yang tadi pak Juned beli di luar.

Sejak langkah pertamanya di kamar itu, Wardi selalu memegang syal yang melilit di lehernya. Dia hanya melepaskan tangannya kalau sedang makan saja, setelah itu dia kembali memeganginya.

Meskipun Wardi ikut berkumpul, tapi dia hanya menjadi pendengar dan menjawab seadanya kalau dia di tanya sesuatu.

Di tengah-tengah obrolan mereka, Wardi menghela nafas panjang sambil terus mencengkram syalnya.

Pak Enju yang kebetulan duduk tepat di depan Wardi menyadari sesuatu.

"Pak Wardi kedinginan?"

Pandangan semua orang langsung tertuju pada Wardi yang mengangkat alisnya melihat pak Enju.

"A- emm.. tidak tidak.. hehehe tidak apa-apa.." kata Wardi terkekeh.

"Kalau kedinginan bilang saja pak. Kita bisa matikan AC nya kalau bapak mau," sambung pak Juned di ikuti anggukan semua orang.

Alis pak Dakir berkedut karna dia melihat Wardi sedikit tersipu karna mereka memperhatikannya.

"Tapi.. disini tidak ada kipas. Jadi nanti malam pasti panas," bisik Wardi pelan karna malu.

"Yaampun.. jendelanya buka saja biar angin dari luar masuk. Terus kalau masih gerah, tinggal lepas baju," kata pak Enju dengan entengnya.

Pak Ujang langsung tersentak dan wajahnya memerah sewaktu pak Enju bilang itu. Pak Dakir juga sedikit tersenyum sambil melahap makanan yang ada di depan mereka.

Karna sudah setuju, pak Juned langsung mematikan AC dan membuka lebar pintu kaca menuju beranda agar angin dari luar bisa masuk ke dalam.

Wardi terdiam karna suhu tubuhnya perlahan naik. Tangannya juga mulai melepaskan syal yang dia pakai dan duduk seperti biasa.

Tapi, baru beberapa saat, pak Ujang tampak berkeringat karna perubahan suhu yang secara tiba-tiba. Yang lain juga mulai ikut merasakannya.

Tentu saja Wardi menyadari hal itu.

"Maaf yah, saya tidak tau kalau akan sepanas ini," kata Wardi perlahan berdiri dan berjalan ke arah lemari baju.

"Tidak apa-apa pak.. nanti juga angin dari luar masuk tidak gerah lagi hehehe," kata pak Enju tertawa.

Mereka berempat terus memperhatikan Wardi yang berdiri menghadap lemari baju. Kemudian mereka terkejut sewaktu Wardi mulai melepaskan syalnya.

"Saya mau lepas baju sekarang saja. Kalau nanti malam jadi lebih dingin, saya pakai baju lagi," katanya.

Mereka berempat benar-benar terpaku saat Wardi perlahan melepaskan baju tebal yang dia pakai.

Lekuk otot di perut nya langsung terpampang jelas ketika dia berbalik menghadap teman-temannya.

Semuanya termasuk pak Juned dan pak Enju, mata mereka perlahan terbuka ketika Wardi melepaskan celananya.

Kontolnya yang panjang dan masih lemas terlihat menonjol dari celana dalam yang di pakai Wardi.

"Apa-apaan itu. Teh Lia masih sehat kan?" Kata pak Juned tiba-tiba.

Alis Wardi mengkerut ketika pak Juned bilang itu.

"Masih, kenapa tanya begitu?" Tanya Wardi balik.

"Itu kontol bapak gede sekali. Malahan itu masih belum berdiri," katanya lagi sambil berdiri menghampiri Wardi.

"Dih.. gatau malu. Coba donk liatin punya bapak," kata pak Enju menantang.

Merasa terpanggil, pak Juned pun berdiri menghadap ke arah pak Enju.

"Boleh, pak Enju juga coba buka," katanya menantang balik.

Mereka berdua pun berdiri saling berhadapan lalu mereka membuka baju dan celana masing-masing.

Meskipun tidak terlalu jauh, tapi milik pak Enju sedikit lebih besar dari pak Juned.

"Ko bisa.. bapak kan tokoh lawak," protes pak Juned.

"Eeeh.. mentang-mentang saya pendek yah. Istri saya suka minta lagi tau kalo lagi ngewe," kata pak Enju dengan sombongnya.

Wardi yang berdiri disana terdiam seakan nyawanya terlepas dari tubuhnya.

"Kenapa jadi begini," pikirnya.

Pak Ujang yang dari tadi gemetar memperhatikan tiga orang di hadapannya tersentak sewaktu pak Dakir mendekat dan berbisik.

"Liat pak. Kalo pantat bapak di masukin sama kontol pak Wardi, kira-kira bakal gimana," godanya.

Wajah pak Ujang seketika langsung memerah.

Di tengah-tengah perselisihan mereka, pak Dakir yang tadi masih duduk langsung berdiri dan ikut membuka bajunya.

Mereka berdua terdiam karna ukuran milik pak Dakir lebih besar dan panjang dari mereka berdua.

"Pak Wardi, celana dalamnya lepas juga Donk kaya yang lain," kata pak Dakir.

Wardi berkedip cepat lalu dia pun menuruti kata-kata pak Dakir.

Mata semua orang kembali tertuju pada kontol besar Wardi yang kini terlepas dari kandangnya.

"Setelah di buka, ternyata memang besar sekali," pikir semuanya.

"Apa kita semua akan tidur seperti ini?" Tanya Wardi.

Pak Dakir, pak Juned dan pak Enju pun saling menatap.

"Karna sudah terlanjur apa boleh buat. Lagian kan kita bekerja di tempat yang sama, jadi untuk apa malu," sahut pak Enju.

Sambil memperhatikan pak Enju dan pak Juned berbicara, Wardi pun menoleh ke arah pak Ujang yang masih duduk dengan kepala menunduk.

"Pak RT ga ikut buka baju?" Tanya Wardi.

Pak Ujang seketika langsung merinding sewaktu namanya di sebut.

"Wah bener juga nih pak RT.." sambung pak Juned sambil berjalan mendekati pak Ujang bersama pak Enju.

Mereka berdua pun melepaskan paksa semua baju yang di pakai pak Ujang sampai dia benar-benar telanjang.

Tapi suasana seketika menjadi canggung karna kontol pak Ujang berdiri tegak.

Mereka berdua langsung merasa tidak enak karna melihat pak Ujang terus menutupi wajahnya sambil berbaring di lantai.

"Hmm.. tubuh pak Ujang mirip pak Idris. Tapi lebih pendek," pikir Wardi.

Kisah Kami (Part 4)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang