Bag.19

512 56 2
                                    

MATA Taehyung saling beradu dengan mata Papanya  setelah belasan tahun tak pernah bertemu, bertegur sapa lewat komunikasi, ataupun merasakan sentuhan hangat dari sang Papa. Amarah yang dulu terpendam kini terbangun kembali, dan menambah ke puncaknya setelah melihat Papanya bersama istri dan anak barunya.

"Kamu?", tidak lagi panggilan 'Papa' yang bisa Taehyung ucapkan begitu luwesnya. Karena dia tak pantas disebut Papa.

"Kak, itu Papa", ucap Jungkook mengejutkan Irene, Lisa, maupun Suga. Taehyung merutuki peristiwa ini dalam hatinya, kenapa harus bertemu disini? Mata mereka terus memandang dan beradu tatap menyiratkan perasaan yang tak bisa dijelaskan. Istri dan anak barunya itu juga melihat Taehyung sinis seolah itu adalah musuhnya.

"Dia tidak pantas disebut Papa", tegas Taehyung mengeraskan rahangnya, mencoba untuk tidak meluapkan emosinya di depan Irene meski sebenarnya pria itu bisa melakukannya. "Ayo kita pergi, Kook", ajaknya pada Jungkook langsung dihentikan oleh tangan sang Papa ketika Taehyung hendak beranjak pergi.

"Apa yang kau inginkan?", tanya Taehyung tanpa menatap Papanya. Perlahan pegangannya pada tangan Taehyung merenggang kemudian dilepasnya.

"Maaf Nak".

Taehyung tersenyum sinis kemudian menoleh, "Setelah belasan tahun kau meninggalkanku dan hanya kata maaf yang bisa kau ucapankan? Pecundang sekali".

"Kak, jangan begitu pada Papa", kata Jungkook mencoba menenangkan sang Kakak yang hatinya sedang tidak bersahabat.

"Lalu aku harus bagaimana, Kook? Apa aku harus berbaik hati pada orang yang telah meninggalkanku begitu saja tanpa adanya pertanggungjawaban?", tegas Taehyung mulai terpancing emosi.

"Iya aku tau, aku bisa memahami kemarahan Kakak. Tapi kumohon, selesaikan ini secara kekeluargaan, Kak", jawab Jungkook memohon dengan penuh kelembutan.

"Tae, Papa mohon---Papa ingin bicara sama kamu", pinta pria paruh baya itu mendekat ke arah Taehyung.

"Kak, kumohon", Jungkook juga berusaha mendamaikan hati Kakaknya saat ini. Meski dia bukan dari keluarga Taehyung, namun dia sudah menganggap Papa Taehyung juga Papanya.

"Oke. Nanti malam akan kusempatkan waktu untukmu bicara. Kita bertemu di restoran Majalengka. Dan ingat---ini karena Jungkook, jika tidak karenanya---aku tidak akan mau melihat mukamu itu!", final Taehyung lalu pergi menuju mobil. Diikuti oleh Irene menyusulnya, Lisa, lalu Suga. Hanya tersisa Jungkook yang masih berhadapan dengan sang Papa.

"Pa, maafin Kakak ya atas ucapannya yang tidak mengenakkan hati. Aku akan bicara pada Kakak baik-baik, dia pasti akan mendengarkanku", kata Jungkook meyakinkan sang Papa agar tidak bersedih hati.

Pria paruh baya itu tersenyum, "Terimakasih ya, nak. Kamu memang anak yang baik dan pengertian".

"Iya Pa. Jungkook pergi dulu ya?", pamitnya lalu pergi setelah Papanya mengangguk.

Pria yang adalah anak tiri Papanya Taehyung diam memikirkan tentang apa yang terjadi sebelumnya pada background Papa tirinya itu. Dalam hatinya berharap semoga semuanya bisa teratasi.

•••

Setelah pertemuannya yang tidak sengaja dengan sang Papa, Taehyung merasa terpuruk dan sedih. Di perjalanan pulang hingga saat ini, dirinya tak mau membicarakan apapun. Saat ini pria itu sedang merenung di balkon kamar hotelnya seorang diri. Begitu banyak hal yang terpaksa dipendam oleh Taehyung selama belasan tahun. Dia banting tulang di usianya yang masih anak-anak untuk menghidupi Jungkook dan menyambung hidupnya. Semua tanggungan yang belum waktunya dia urus sudah menjadi tugasnya dulu. Karena keegoisan Papa dan Mamanya---Taehyung harus merasakan getahnya.

Second Married | Bangtanvet (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang