Pintu kelas tergeser perlahan, suasana pagi di kelas yang sepi merayap begitu cepat ke tubuhnya.
Jam kelas masih menunjukkan pukul 06.30 yang mana waktu yang masih pagi untuk digunakan berangkat ke sekolah.
Bahkan awan di luar masih kelabu dengan langit hitam walau sang Surya telah menunjukkan dirinya dari ufuk timur.
Dirinya berjalan mendekati jendela, membuka salah satunya dan melongokkan kepalanya menatap lapangan sekolahnya yang luas.
Sapuan angin pagi hari menari di wajahnya, dengan penuh kelembutan membelai wajah serta rambutnya.
"Shouki-chan"
Tubuhnya sedikit berjengkit, yang mana membuatnya hampir saja terjungkal ke depan karena terkejut. Dengan segera dia berbalik menatap siapa yang barusan memanggilnya.
"Kiyoko-senpai, ada apa?" Tanyanya seraya mendekatkan diri pada sang senpai dari kelas 3 tersebut.
"Ada hal yang ingin kubicarakan denganmu"
Suara kepakan burung pagi yang tiba-tiba melintas di dekat jendela meramaikan suasana kelas yang sepi tersebut. Angin yang semula terasa sejuk di kulit kini berubah seketika menjadi sangat dingin kala menyentuh lapisan kulit terluar.
Hinata dapat merasakan hawa tak mengenakan yang tiba-tiba saja muncul di sekitarnya. Firasatnya mengatakan jika itu bukan lah sebuah pertanda baik baginya.
"Bi-bicara apa senpai?" Saliva di telan secara susah payah. Dia benar-benar kesulitan mengatur dirinya sendiri yang terlihat ketakutan di hadapan senpainya.
"Kamu"
Keringat dingin membasahi tengkuknya, tangannya sudah basah oleh keringatnya juga serta kakinya yang bergetar di bawah sana. Hinata yakin dia bisa saja pingsan kapan pun jika keadaannya terus-menerus seperti ini.
"Kamu bukan perempuan kan?"
Angin kencang masuk ke dalam, menerbangkan rambut panjang Hinata yang tergerai lurus. Iris mata cokelat madu itu terbelalak kaget. Ekspresi ketakutannya terlihat jelas di wajahnya. Yang mana sangat terlihat jika dia benar-benar dapat dibaca dengan mudah.
Ucapan Shimizu tadi adalah salah satu pertanyaan yang sangat tak ingin dia jawab.
"Aku benar kan Hinata?"
Bola matanya bergetar, dirinya bingung harus menjawab pertanyaan tersebut dengan alasan apa. Dia memang ingin tahu darimana senpainya bisa tahu itu tapi dia juga enggan untuk mengatakan yang sebenarnya.
Dia tak ingin membuat orang lain susah dengan masalahnya, lebih tepatnya dia tak ingin orang lain terlibat dengan keluarganya. Dia takut keluarganya akan melakukan hal gila hanya demi tetap menutupi gendernya yang sebenarnya.
"A-Apa yang Kiyoko-senpai katakan? Aku perempuan tahu ahahaha"
Tidak, kau berbohong Sho. Kau bukan perempuan.
Sebuah tawa kecil keluar dari mulutnya, seolah mengatakan jika dia memang benar perempuan. Bisikan hati nuraninya dia abaikan begitu saja, dia tak ingin mengedepankan kembali hatinya hanya demi sebuah keegoisan dirinya. Dia tak ingin ada korban keluarganya kembali.
Hening terjadi di antara mereka berdua. Shimizu tak membuka mulutnya kembali setelah mendengar jawaban Hinata. Dia hanya diam seraya menatap lawan bicaranya itu dengan tatapan datar seperti biasanya.
Derrt
"Shimizu, kau sudah berbicara?" Sugawara memasuki kelas, dibelakangnya ada Daichi dan juga Asahi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Refleksi {KageHina} COMPLETE ✔
RomanceKarena kecelakaan tahun lalu hidupnya berubah. Kenyataan pahit harus ia dapatkan hanya karena kejadian tersebut. Kejadian yang mungkin saja sangat membekas di ingatan setiap anggota keluarganya. Mereka dua tubuh namun terpaksa menjadi satu. Dia h...