Lusa datang begitu cepat, waktu seolah memberikan kepada dua insan yang saling menyayangi satu sama lain.
Matahari di kala itu tak begitu menyengat sinarnya, beberapa anak awan pun turut menghias langit kota Miyagi di siang kala itu.
Cuaca yang benar-benar pas untuk berjalan-jalan.
Kageyama berjalan menuju rumah sang pujaan, dia nampak begitu percaya diri dengan dirinya sendiri. Outfitnya pun nampak sangat mendukung dirinya dalam sebuah ajakan 'jalan' dari Hinata.
Langkahnya memelan kala dirinya sudah berada di depan halaman rumah keluarga Hinata, ditariknya sejenak oksigen yang berada di sekitarnya dan menghembuskannya perlahan.
Kaki jenjangnya baru saja akan melangkah namun bersamaan dengan itu pula pintu rumah terbuka dan menampakkan sosok Hinata yang kini nampak rapi.
Keduanya saling tatap untuk sejenak, kedua iris beda warna saling mengunci satu sama lain. Menyelami indahnya lensa mata yang berwarna alami tersebut.
Hinata adalah yang pertama tersadar, dia melemparkan sebuah senyum lebar ke arah pemuda di hadapannya.
"Halo Kageyama-kun"
Untuk sesaat Kageyama dapat merasakan sebuah sengatan kejut dari seulas senyum Hinata. Entah sejak kapan ia mulai menyukai lengkungan kurva di paras sang surai orange tersebut.
Dia merona kecil seraya menunduk guna menyembunyikan wajahnya yang memerah, "O-Osu"
Derap langkah terdengar, Kageyama yakin bahwa dia tak memiliki penyakit jantung sama sekali namun entah mengapa tiba-tiba jantungnya berdegub kencang.
Sepasang tangan mungil mengenggam tangannya dan secara perlahan menarik dirinya, "Ayo kita berangkat! Aku dengar ada yang menarik di Tokyo"
Mau tak mau Kageyama harus mengikuti langkah Hinata yang sudah menyeretnya. Keduanya berlari kecil dengan tangan saling bertaut.
Sejenak, Kageyama melamunkan sesuatu. Kenapa sosok Hinata selalu membuatnya tertarik? Sifatnya yang begitu periang dan juga menyenangkan membuat dirinya nyaman.
Walau terkadang keduanya terlibat sebuah pertarungan hanya untuk melihat siapa yang lebih cepat dalam lari.
Surai orange panjang berkibas sejak keduanya berlari, Kageyama bahkan dapat dengan jelas menghirup aroma shampo dari sana.
Wangi jeruk.
Keduanya sampai di stasiun dan dengan segera menaiki salah satu kereta yang akan menuju ke Tokyo. Untung lah kereta saat itu sepi jadi keduanya tak perlu berdempetan berbagi tempat.
Nafas keduanya memburu, saling terengah-engah bersama walau kini keduanya telah duduk di salah satu kursi yang tersedia.
Setitik dua titik keringat jatuh menuruni pelipis sang surai orange namun nampaknya ia tak begitu memperdulikannya. Dia malah melirik ke arah Kageyama yang kini sudah selesai mengatur nafasnya kembali.
"Kageyama-kun harusnya kau menawarkanku minum kau tahu" Dia berkata dengan nada main-main. Tentu saja, dia tak mungkin akan meminta itu kan? Dia hanya ingin mempermainkan si Raja Lapangan itu sejenak.
Kageyama melirik ke arah dirinya lalu menghembuskan nafasnya kasar, "Memang siapa yang tiba-tiba menarikku begitu boke?!"
Suara tawa meluncur tanpa sungkan dari belahan bibirnya, Hinata tertawa manis seraya mengusap keringatnya. Di pandanginya sejenak Kageyama yang nampaknya masih kesal dengan lakunya tadi.
"Aku bercanda Kageyama-kun, maafkan aku juga. Aku terlalu bersemangat tadi jadi aku segera bergegas" ujarnya gamblang, Kageyama berdehen menanggapi. Sementara Hinata kini juga diam seraya memandangi sekitar kereta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Refleksi {KageHina} COMPLETE ✔
RomanceKarena kecelakaan tahun lalu hidupnya berubah. Kenyataan pahit harus ia dapatkan hanya karena kejadian tersebut. Kejadian yang mungkin saja sangat membekas di ingatan setiap anggota keluarganya. Mereka dua tubuh namun terpaksa menjadi satu. Dia h...