Chapter 4

910 128 5
                                    

Semua hal yang ada didunia tentu saja memiliki alasan. Tak peduli itu hal apa pun, mereka pasti memiliki alasan ataupun tujuan untuk hidup.

Layaknya bunga, saat dia mekar dia memiliki alasan untuk membuat manusia yang melihatnya bahagia. Begitu juga sebaliknya, saat bunga tersebut layu dia juga memiliki alasan kenapa seperti itu.

Sama halnya seperti Hinata Shouyo, dulu dia mekar bersama sang kakak. Tumbuh bersama dan menghabiskan waktu hampir setiap hari.

Tak ada yang salah dalam kehidupan mereka.

Namun, hal itu hancur saat satu dari mereka layu.

Saat satu bunga layu tentu saja ia akan di buang dan bibit baru pun di tanam. Meninggalkan bunga lain yang masih mekar disana sendirian.

Sama seperti Shouyo yang harus kehilangan sang kakak. Dia tentu tetap berusaha mekar sendiri, namun orang tuanya malah menganggapnya layu dan mulai melihat dirinya sebagai Shouki.

Segala upaya sudah ia lakukan untuk menyadarkan kedua orang tuanya, namun semua itu tak ada yang berhasil malahan dirinya yang mendapat memar di punggung karena sebetan cambuk yang Ayahnya berikan.

Menyuruhnya untuk menjadi Shouki dan berpura-pura di hadapan Ibunya dan melupakan identitasnya sebagai Shouyo.

Shouyo sudah mulai menganggap kedua orang tuanya gila dan mungkin saja dia akan ikut-ikutan gila jika tetap ada disana. Dia berupaya kabur, namun selalu saja Ayahnya akan mengetahui keberadaannya yang berakhir dengan dia yang di sekap di basement bawah tanah beberapa hari.

Dirinya masih sedikit bersyukur karena Ibunya selalu bisa membelanya dan mengeluarkan dirinya secara diam-diam saat Ayahnya tak tahu. Namun tetap saja, yang di lihat wanita itu adalah sosok Shouki bukan Shouyo.

Shouyo tak tahu, sampai kapan cobaan ini terus ada. Dia hanya ingin bebas dan menjadi dirinya yang dulu.

Bergabung dengan club bola volly dan menjadi Ace seperti 'Sang Raksasa Kecil', Idolanya saat memasuki jenjang SMP.

Tapi sepertinya dia harus mengubur dalam-dalam mimpi itu saat takdirnya harus berubah.

****

"Tadaima"

"Okaeri, ara Shou-chan sudah pulang. Bagaimana hari pertamamu" Hinata Akira berjalan mendekat ke arah Shouyo yang sedang melepas sepatunya.

Pemilik surai panjang hanya tersenyum lebar, "Sangat menyenangkan Okaa-san"

Melihat sang anak yang menunjukkan raut itu, mau tak mau wanita yang hampir berkepala empat itu juga mengumbar sebuah senyum. Tangannya segera mengelus kepala anaknya lembut.

"Baguslah, oh ya. Okaa-san dengar Tobio-kun juga bersekolah disana, apa kalian satu kelas?" Tanya Akira lantas mengajak Shouyo untuk mengikuti dirinya ke ruang tengah.

Keduanya duduk di satu sofa, helaan nafas panjang terdengar lirih dari Shouyo saat tubuhnya duduk di sofa empuk ruang tengah.

"Iya Okaa-san. Tapi sayang Kageyama-kun tak satu kelas denganku" Balasnya lirih.

"Sayang sekali"

"Nee Okaa-san"

"Iya?"

Shouyo berdehem sejenak, dia menimang-nimang tentang penawaran tadi.

Refleksi {KageHina} COMPLETE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang