Tiga orang itu saling memandang, Sugawara masih tetap menunjukkan senyum manisnya walau kini dirinya menjadi pusat perhatian beberapa adik kelasnya karena memasuki kelas tersebut.
Gadis tadi menghempaskan tangan Sugawara yang ada di bahunya, giginya bergemelutuk menahan kesal menatap Sugawara.
"Maaf ya senpai, walau aku tahu bahwa Sho-chan adalah manager volly Karasuno dan kau ingin membantunya tapi aku tetap pada pendirianku" ucapnya dengan raut wajah angkuh, berpikir seolah dia yang akan menang dalam hal ini.
Sugawara terkekeh kecil, di rangkulnya bahu Hinata agar mendekat ke arahnya.
"Nona, seharusnya kamu sadar diri. Mereka sudah bertunangan kenapa kau masih gencar untuk merebut Kageyama?" Raut wajahnya menggelap, Sugawara seolah menunjukkan sisi lainnya yang jarang terlihat pada siswa-siswi kebanyakan.
Dirinya yang selalu di anggap kakak kelas idaman kini seolah berubah menjadi kakak kelas berandal yang akan siap meninju siapapun jika ada yang menganggu Hinata.
Lawan bicaranya menatapnya tajam, sebuah seringai kecil nan busuk terlihat dari wajahnya yang tertunduk setengah.
"Kenapa? Kau tanya kenapa? Naa Sugawara-san apa kau tak tahu jika orang yang saat ini kau coba untuk lindungi adalah orang yang bergender sama denganmu?!" Serunya dengan lantang, dia bahkan tak segan menunjuk ke arah Hinata yang nampak terkejut di tempatnya.
Bisik-bisik dari beberapa siswa terdengar, Sugawara memperhatikan kondisi tersebut. Tangannya terus menggenggam erat tangan Hinata, memberikan kekuatan pada si surai orange agar ia tetap sadar.
"Kenapa senpai? Kenapa kau diam saja? Apa aku benar? Hinata Shouki-san sebenarnya adalah seorang laki-laki apa aku benar?"
Sugawara mundur perlahan, para siswa yang ada disana seolah ingin mendekati mereka berdua dan mendesaknya untuk menjawab pertanyaan tersebut.
"Hei.. jadi selama ini Sho-chan itu laki-laki?"
"Hee.. aku hampir saja menyatakan perasaanku padanya"
"Bagaimana dia bisa setenang itu memakai pakaian perempuan?"
"Kimochi warui"
Sugawara berdecih, "Ayo Hinata"
Keduanya berlari meninggalkan kelas, tak memperdulikan bisik-bisik para murid yang terus terdengar dimana-mana.
Beruntung guru-guru sedang rapat jadi tak masalah bagi mereka untuk berkeliaran kesana kemari.
"Are Sugawara-senpai dan Hinata-san?"
"Hinata-san!"
"Sugawara-senpai, ada apa?"
Sugawara hanya memberikan senyumnya, mengatakan tanpa suara bahwa mereka baik-baik saja. Sementara di belakang Hinata hanya menunduk seraya mengigit bibir bawahnya kuat-kuat. Dia tak mau ada yang melihatnya menangis di saat seperti ini.
"Tenang lah Hinata, sebentar lagi kita akan sampai" ujar Sugawara seraya melirik ke belakang dimana Hinata berada.
Kepala orange itu hanya mengangguk pelan tanpa mengatakan sepatah katapun yang mana semakin membuat Sugawara khawatir dan juga merasa bersalah.
Derap langkah keduanya terdebgar begitu jelas di sepanjang koridor, membuat beberapa orang melihat ke arah keduanya. Berlari tanpa henti menuju atap sekolah yang biasanya sangat jarang di gunakan oleh siswa kebanyakan.
Pintu di buka dan dengan segera angin dari luar berhembus masuk menghantam dua orang tersebut yang baru saja memasuki atap sekolah.
Sugawara segera mengajak Hinata untuk duduk seraya mengatur nafas mereka. Udara sejuk yang berputar di keduanya dengan cepat mengembalikan nafas mereka berdua yang sejak tadi tersenggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Refleksi {KageHina} COMPLETE ✔
RomansKarena kecelakaan tahun lalu hidupnya berubah. Kenyataan pahit harus ia dapatkan hanya karena kejadian tersebut. Kejadian yang mungkin saja sangat membekas di ingatan setiap anggota keluarganya. Mereka dua tubuh namun terpaksa menjadi satu. Dia h...