"Ashel kenapa kita gak belajar di lapangan basket aja sih?" tanya Zee kepada orang yang sedang duduk di sebelahnya. Zee memegang bola basket di meja dengan tangan kirinya sambil dia dorong-dorong. Tangan kanannya di atas buku cetak yang sedari tadi sedang dipelajari. Masih berharap dia bisa belajar sambil main basket.
"Mana bisa deh? Kalau belajar itu harus niat Azizi Asadel. Jangan dicampur kegiatan lain." ucap Ashel dengan nada serius. "Itu bolanya taro dulu coba, ini dari tadi udah mau sejam belum pindah halaman. Ntar kesorean baliknya loh kita. Aku ada practice" Sambung Ashel.
"Bisa kok tangan kanan megang bola di lapangan, tangan kiri sambil megang buku gitu Shel." Zee berucap dengan serius.
"Ngelawak Anda?"
"Saya ga suka kopi."
"Itu luwaakkkk."
Azizi tertawa geli tapi tetap mendengarkan Ashel dan menaruh bola tadi di kursi sampingnya, meniban tas sekolah. Benar juga kata Ashel, Zee gak mau bikin Ashel telat ikut latihan cheers karena dia. Setelah melepaskan bola, Zee kemudian berusaha fokus dengan pelajarannya kembali. Melihat Zee sudah mulai serius lagi, Ashel kembali ke mode sabarnya untuk melanjutkan mengajarkan pengerjaan soal di buku Zee.
"Tapi kamu anak IPS kok ngerti mata pelajaran IPA sih Shel?" Zee tiba-tiba teringat pertanyaan yang dari kemarin-kemarin sempat mampir ke kepala.
"Ya emang kenapa? Aku dari dulu fokus belajar gak kayak kamu. Bisa lanjut fokus ke buku ngga mba'nya?"
"Oh iya iya." Zee mengangguk-ngangguk, dia tahu walau Ashel terdengar galak, orang di sampingnya itu hanya bercanda. Ia lalu balik melihat contoh dari Ashel untuk pengerjaan soal yang sedang dia fokuskan matanya.
Kelas Zee yang berada di lantai 1 itu kembali hening. 2 orang di dalamnya sedari tadi sedang serius melihat ke buku di meja mereka. Pintu kelas terlihat sedikit terbuka memperlihatkan anak-anak sekolah yang berlalu lalang untuk pulang. Berbeda suasana di dalam kelas ini dengan di luar.
Kinal yang sedang menuruni tangga dari ruangannya melihat kedua muridnya dari jendela kelas. Ia pun langsung menghampiri keduanya dan berdiri di pintu.
"Belom kelar anak-anak?" tanyanya dengan pelan. Takut mengagetkan keduanya.
"Eh bu Kinal, ini si Zee 5 soal aja belum kesentuh bu hampir 1 jam." Tunjuk Ashel kepada orang sebelahnya. Kinal tertawa kecil melihat keduanya. Ashel yang seperti biasa terlihat berapi-api dan Zee yang tidak seperti biasanya terlihat agak kurang bersemangat. Benar-benar membuat Kinal terkekeh melihat pemandangan itu.
"Yaudah gapapa Ashel, kan masih perdana. Jangan kelamaan mau dikunci juga ama Pak Jota ntar kelasnya" Jawab Kinal.
Zee yang mendengarnya seketika langsung mengeluarkan senyum terlebarnya ke arah Kinal dan memberikan jempolnya. Zee lanjut memberikan senyum yang lebih lebar lagi sambil menaikkan alis ke arah Ashel. Dia merasa mungkin ada untungnya juga dia anak orang yang punya yayasan.
"Hilih..Girang luuu"
"Iya bu 30 menit lagi aja kok." Ashel membalas senyum ke arah kepala sekolahnya yang langsung berpamitan untuk pulang setelah mendengar ucapan Ashel.
"Ayo Zee, kerjain lagi 5 soal paling atas ini aja terus abis kita review, kita balik yaaa. Itu udah keluar asep juga dari kepala kamu soalnya." Ashel mengalihkan perhatiannya ke buku Zee dan mengacuhkan muka pasrah Zee.
Zee mencoba menghilangkan asap dari atas kepalanya dan kembali membolak – balikkan antara contoh dari Ashel dan soal di buku untuk mengerjakan kembali.
30 menit yang dijanjikan Ashel pun akhirnya tiba. Zee yang sedari tadi fokus dengan bukunya, belum sadar kalau waktu sebenarnya sudah menunjukkan hampir jam 4 sore. Secara gak sadar Zee merasa dirinya tidak terbebani dengan kegiatan belajar tambahannya sore ini.
Ashel yang berada di sampingnya, ingin mencolek bertanya apakah sudah selesai. Tapi dia mengurungkan niatnya karena takut mengganggu konsentrasi Zee. Diintipnya kertas di hadapan Zee, dia lihat ternyata Zee masih stuck di nomor 4 dengan ekspresi serius. Matanya berpindah dari soal ke gadis di sebelahnya itu.
"She's actually cute, kalo lagi konsentrasi gini."
"Woy Zee ngapain lo?" Zee dan Ashel secara instan berbarengan menoleh ke arah pintu kelas yang terbuka. Sudah ada sesosok orang yang Ashel sangat tau sedang berdiri di frame pintu.
Hapsah melempar senyum ke arah Ashel dan Zee kemudian nyamper Zee dan berdiri di dekat meja mereka berdua. Ia mengacak rambut Zee lengkap dengan ekspresi isengnya. Tidak puas dengan mengacak rambut, Hapsah juga mengarahkan telunjuknya ke pipi Zee yang berlesung pipi, berkali-kali.
Ashel sedari tadi memperhatikan pergerakan si kapten basket sejak dia masuk kelas dan mengikuti kemana Hapsah berjalan dengan matanya. Kaget. Ngeliat seorang Hapsah yang jadi crushnya ternyata deket banget seperti yang dia saksikan sekarang sama Zee. Dirinya tau mereka teman baik karena sama-sama main basket dan sering ngobrol juga berdua. Tapi gak tau kalau mereka sedekat ini....
"Gw tanya yang lain lo kemana, katanya lo masih di kelas. Gw kirain lo tidur. Lo ngapain?" Tanya laki-laki tinggi dan berbadan atletis itu, lengkap dengan wajah bingungnya. Tambah bingung melihat kedua cewek yang sedang duduk di depannya. Setahu dia, Zee dan kakaknya Jastin gak pernah barengan kayak gini.
"Murid. Tutor." Penjelasan Zee singkat sambil mengangguk-ngangguk dan merapihkan rambut yang tadi diberantakin Hapsah, menunjuk ke arahnya sendiri dan ke Ashel dengan jari.
"Ohhh. Loh terus Shel gak latihan cheers?" tanya Hapsah lagi.
"Nyusul" jawab singkat Ashel juga. Hanya saja jawaban singkat yang diungkapkan Ashel mempunyai alasan yang berbeda dengan Zee. "Di lanjut next meeting aja Zee gak papa." Sambung Ashel. Dia tiba-tiba merapikan buku cetak dan catatan Zee. Ia juga menaruh alat tulis yang tadi digunakan Zee ke tempat pensilnya.
Zee jadi agak bingung, "Bukannya katanya mau di review dulu yaaa." Tapi dia akhirnya ngikut aja kata-kata Ashel dan memasukkan barang-barang yang dirapikan oleh Ashel tadi ke tasnya. Hapsah yang sedari tadi berdiri di dekat mereka masih setia menunggu Zee disampingnya.
"Aku balik ke kelas yah gais." Ucap Ashel sambil tersenyum ke dua kapten basket di sekolahnya itu dan langsung berdiri mengarah keluar kelas. Tanpa mengucapkan apa-apa lagi ke arah orang di dalam. Zee dan Hapsah cuman saling liat-liat an.
"Elu sih pasti dari tadi dia udah gasabar keluar kelas buat ikut practice tapi mesti ngajarin lo jadi ketahan." Ucap Hapsah sambil bercanda ke Zee. "Gw kira lo bercanda pas bilang mau minta murid lain buat ngajarin lo. Muridnya ternyata dia toh. Eh, eh gimana rasanya di tutorin ama si ice princess? Heheh. Asik apa nakutin?" lanjut tanya Hapsah penasaran kepada dirinya.
Zee nggak fokus mendengarkan rentetan pertanyaan teman nya itu. Pikirannya cuman mengarah ke kapten cheers yang baru saja keluar meninggalkan mereka dengan terburu-buru, yang belum sempat dia tanya nomor handphonenya untuk merencanakan pertemuan tutoring berikutnya, yang menurutnya bukanlah seorang ice princess seperti yang Hapsah bilang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Be My GF?
Teen Fiction"Hah? lo sukak sama dia ??" mata Brielle membesar setelah mendengar pengakuan teman baiknya. "Iyeeehh. Berisik deh" ucap Zee sambil menoyor kepala Brielle. "Terus lo mo ngapain sekarang?" Brielle bertanya lagi kepada Zee. "Banyakkkk, bwekkk." -- -- ...