Step O6

3K 324 10
                                    

"Naksi ya lo?" Ashel baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk di kepala untuk mengeringkan rambutnya yang masih setengah basah.

"Astaga! Kasi tau kek kalo ada orang!"

"Ada orang." Ucap Jastin melambaikan tangan dengan wajah gak bersalahnya, dan duduk di pinggiran kasur kamar Ashel. "Lo balik naksi Shel tadi?" Mendengar pertanyaan adiknya, Ashel menjadi sumringah. Jadi teringat dia belum bercerita kalau sumber ke gesrekan adiknya itu soon akan segera menghiasi sore hari di rumah mereka.

"Eh kayaknya lo bakal surprise deh dengan apa yang akan gw katakan Tin." Jastin mengerutkan alisnya mendengar perkataan random tapi bikin kepo itu. Udah terlalu sering Ashel membuat dirinya terkejut dengan obrolan random mereka sebelumnya tapi tetap aja dia kepo kalau Ashel kayak gini.

"Lo bisa gak sih kalo orang nanya jawab dulu baru nanya lagi atau ngasih tau apa gitu ke orangnya?"

"Hahah ada makanan gak? I'm soooooo hungry." Ashel menduduki kasurnya juga di sebelah Jastin sambil sibuk dengan handuk di kepalanya.

"Mom made salad." "HEH LO BALIK MOBIL ONLINE APA NAKSI MISKAH?" Akhirnya Jastin geram juga, kakaknya masih saja ngeringin rambut pake handuk gak kelar-kelar. Gak jawab pertanyaan dia pula.

"Istighfar Tin, udah jelek jangan di tambah jelek akhlak ah. Gaboleh marah–marah."

"Astaghfirullah, maaf wahai kakak sayangku kamu naik apa tadi?" Jastin balas sambil membelai kepala Ashel secara halus beberapa detik.

"EW! Ew, ewwwww, gak, gak, gak, gak cocok lu Tin." Ashel dan Jastin sama-sama menunjukkan ekspresi gelinya gara–gara scene menyentuh kepala tadi.

"DIANTER. SAMA. AZIZI. ZEE. KAPTEN. BASKET." Lanjut Ashel menginfokan kepada Jastin dengan beberapa kata penuh penekanan. Lengkap dengan mata melototnya. Sekarang ekspresi Jastin berganti mendekati ekspresi yang dilakukan Ashel sebelumnya.

"Hah?!"

"Bukan itu saja, beberapa hari ini saya resmi menjadi pengajar tutor. Ya saya budak Bu Kinal di sekolah tapi saya tidak apa-apa." Ucap Ashel sambil membentangkan tangan dan menganggukkan kepala.

"HAH?!??!"

"Heheh... Tadinya gak mau ajak ke rumah. Tapi yayang lo tuh ga bisa fokus gw ajarin pasti pikirannya ke basket mulu. Makanya next kita bakal gentian belajar di sini or di rumah dia."

Muka Jastin bener-bener kocak menurut Ashel. Kayak meme yang Jackie chan yang ada tulisan mind blown.

Masih di mode shocknya. Jastin memegang kedua bahu kakaknya itu dengan kencang. "Serius?" Ia melihat Ashel menganggukkan kepala. Wajah kakaknya itu juga berkata I'm da boss dengan mulut nya yang di majukan seperti itu, "Yakin? Ini bukan salah satu adegan di fanfic jenlisa lo itu kan?" Tanya Jastin lagi memastikan.

"Hiih!" Ashel langsung keluar dari pegangan adiknya dan langsung memukul-mukul bahu Jastin kencang tanpa jeda, kanan kiri. Ada gunanya juga waktu SMP guru olahraga mengadakan pelajaran voli.

Sebal karena sejak kejadian beberapa saat lalu ketika laptop miliknya terbuka memunculkan page salah satu website fanfiction ketika dia mau upload cerita yang dia tulis. Jastin tiba-tiba muncul di belakangnya.

Sejak saat itu, adiknya sesekali suka membahas kejadian perhaluan dirinya itu. Padahal dia sudah jarang update karena kesibukan cheersnya di SMA. Tapi masih saja adiknya itu... "Hfthhh"

"Amp-ampunnn, ampunn. Percaya iya percaya, ampun." Setelah puas, Ashel menghentikan pukulan-pukulannya itu. Yang sebenarnya tidak ada efek jera bagi Jastin.

"Gw mesti gimana yah Shel kalo dia kesini?"

"Yang penting satu Tin."

Wajah Jastin sudah penuh dengan ekspektasi mau mendengar jawaban Ashel.

Be My GF?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang