Step O3

3.1K 371 11
                                    

"Lagi buru-buru yah?" tanya Zee melihat gelagat si kapten tim cheers yang sedang diajaknya ngobrol. Ia mendapati Ashel melirik sesekali ke arah pintu lapangan sambil menunggu dirinya untuk mulai berbicara.

"Mayan, kenapa Zee?" tanya Ashel, sebenarnya dia takut temannya pada nungguin kelamaan. Tapi melihat subjek pembicaraan dengan adiknya beberapa waktu lalu sedang berdiri di depannya, Ashel gak bisa memungkiri kalau dia sebenarnya kepo juga.

Iyah kepo, karena sampai keduanya sama-sama berada di kelas 11 sekarang ini, mereka sangat jarang mengobrol. Eh tiba-tiba hari ini Azizi mau ngobrol.

"Em..yaudah deh besok aja. I'll see you jam istirahat aja gimana?" ucap Zee. Ashel yang mendengarnya hanya memberikan tatapan kosong ke arah Zee seakan gak percaya ama orang di depannya ini. Udah manggil ngajak ngobrol eh malah ga jadi. "Lah..Aneh.. Bisa-bisanya Jastin kepelet."

Sedangkan dari kejauhan, Jastin cuman bisa bengong melihat interaksi antara si yayang Zee dan Ashel. Setengah iri setengah penasaran.

Zee yang sedari tadi menunggu respon dari Ashel gantian diam menunggu balasan anak satu angkatannya itu.

"Oh..yaudah. Boleh besok di kantin. Bye" Ashel kemudian berbalik badan untuk berjalan keluar dari lapangan. Di lihatnya, Zee memberikan senyum sambil melambaikan tangan ke arahnya.

"Weirdo, aneh banget senyumnya."

--

--

--

Di akhir sesi latihan tim basketnya, coach Beby terlihat menginfokan sesuatu yang serius kepada tim basket putri. Jam di lapangan basket menunjukkan sudah pukul 6.30 pm.

"Anak-anak, kita akan mengadakan sparing latihan bersama beberapa sekolah untuk mempersiapkan tim kita dalam kompetisi DBL. Akan saya infokan jadwalnya segera." Seru sang coach kepada timnya yang duduk melingkari dia di tengah.

"Okay coach." Ucap tim basket seraya berdiri untuk bersiap pulang.

"Azizi, saya perlu bicara sebentar sama kamu" panggil Beby kepada Azizi yang sudah setengah berdiri.

Azizi yang mendengar panggilan dari coachnya lanjut berdiri dan berjalan mendekati ke arah kursi penonton. Beby duduk di salah satu kursi, dan Zee yang melihatnya mengikuti pose duduk si coach. Sesekali dia meminum air dari botolnya karena lelah habis latihan.

"I believe Bu Kinal udah ngobrol sama kamu yes?" Beby memandang Zee yang menganggukkan kepala. Melihat Zee yang tidak merespons Beby melanjutkan pembicaraan.

"Saya sebenarnya sudah siapkan kamu untuk bisa dapat scholarship basket Zee. Ada beberapa university dari Indonesia, dan Australia yang menawarkan untuk melakukan recruiting di sekolah kita. Kamu sebagai MVP menjadi salah satu kandidat kuat."

"Sco-Scholarship coach? Dari main basket?" Zee Nampak tidak percaya. Dirinya tidak tahu kalau scholarship basket itu ada. Apalagi selama ini dia mengawali ikut campurnya basket ke hidupnya dengan alasan suka doang. Jadi mendengar adanya scholarship untuk hobinya sungguh membuat dirinya tidak percaya, tapi juga membuatnya bersemangat.

"Eits tenang dulu anak muda." Beby mencoba menenangkan anak di depannya yang terlihat terlalu over excited dengan berita yang baru disampaikannya.

"Tapi kamu tetap harus lulus dengan nilai yang baik di sekolah ini. Sisa setengah semester sebelum kamu naik kelas, saya harap kamu mengikuti advise Kinal. Manapun yang menurut kamu terbaik. Saya cuman bisa membimbing dari samping. Tahun depan saya siapkan para coach dari beberapa university untuk datang kesini"

"Oke coach"

"Oke?"

"Yeah...Thanks coach aku bakal lebih rajin belajar. Hehe semoga bisa. Thanks infonya coach." Beby hanya mengangguk sambil memukul bahu Zee menggunakan papan clipboardnya dengan bercanda.

Be My GF?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang