Hari Sabtu pun datang dan hal yang dijanjikan oleh Zee kepada Ashel dia tepati. Saat ini Zee sedang duduk di meja makan rumah Ashel dan memakan sarapan yang disediakan mama Ashel. Macaroni schotel dan cumi-cumi pedas terlihat sudah tersedia di atas meja. Sungguh sebuah perpaduan yang cukup aneh bagi Zee. Pasta macaroni terus disebelahnya cumi di sambelin. Sumpah jadi ketawa geli dia, kenapa sih keluarga Ashel kocak-kocak semua gini.
"Kamu udah berangkat kenapa gak bilang-bilang sih Zee? Mana tiba-tiba udah nyampe rumah ku aja lagi." Ucap Ashel kepada tamunya yang duduk di meja makan itu, Ashel berbicara sambil menuruni tangga di rumahnya. Dia baru saja bangun dan segera keluar dari kamar tadi.
Si mama setelah menyambut Zee, langsung membangunkan Ashel. Yang tentu saja mengagetkan anak putrinya itu. Lupa dia Sabtu mau ada tutoring Zee pagi-pagi di rumahnya.
Sementara itu, Zee yang hendak menyuap makanannya gagal mengangkat garpu di tangannya, "Ra- rambut mu kenapa Shel?" Tanya Zee shock melihat poni Ashel sudah dengan style baru. Lebih pendek... "Lebih ngegemesin. Ya Tuhan..."
Melihat reaksi berlebihan dari anak satu sekolahnya itu Ashel langsung mencoba merapikan poninya, "Semalam keramas, pas aku hair dryer poniku masuk jadi rusak." Balas Ashel setengah malas mengingat kejadian menyedihkan semalam.
Langsung panik malam tadi dan memanggil mamanya untuk membantunya membenarkan rambutnya. Sudah nyangkut poninya, panik, si Jastin malah ketawa banget sampe puas semalam. Bener-bener emang dia.
"O-oh mantap Shel." Jawab Zee sedikit kikuk. Ashel hanya mengabaikan ucapan Zee. Paling si kapten basket itu hanya basa-basi kepada dirinya. Ashel lanjut ke kulkas dan mengeluarkan bahan makanan sarapannya, oatmeal dengan potongan strawberry dan pisang.
Setelah makanannya jadi, diapun menemani Zee yang ada di meja makan.
"Kok gak makan ini Shel?" Heran Zee sudah ada makanan padahal tapi kenapa Ashel malah masak yang lain. Dan tidak terlihat menarik pula makanan Ashel yang baru dibuat.
"Harus jaga badan Zee, setiap Minggu diawasi sama coach ku."
"Hmm..." Zee mangut-mangut mendengarnya. Kalau diingat-ingat padahal tim cheers gak kalah berat latihannya dengan tim basketnya. "Tapi jangan sampe kurang makan kamu Shel. Kan latihan cheers berat."
Ashel menoleh kepada Zee lalu tertawa kecil. "Iyah... Perhatian banget yah anaknya."
Zee mendongak ke arah Ashel setelah dari tadi menunduk memperhatikan macaroninya. Tapi dalam hitungan detik dia menundukkan kepalanya lagi. "Gosh, senyumnya..."
Mereka berdua kembali makan sarapan masing-masing. Tapi pikiran Ashel jadi mengingat-ingat lagi teman barunya ini. Eh, iya kan ya Zee bisa dibilang jadi teman barunya lah ya. Gak yakin juga dirinya. Tapi dia amazed, seorang Zee ternyata sangat perhatian kepada temannya. Gak hanya ke dia saja. Ke Hapsah juga. Ke Lala....
Suara langkah menuruni tangga terdengar dari dekat Zee dan Ashel, keduanya langsung mengalihkan perhatian dan memperhatikan orang yang baru turun itu.
Jastin yang dengan rambutnya yang berantakan dan mata masih setengah terpejam terlihat oleh keduanya. Si orang yang mereka perhatikan itu lalu langsung menuju ke area dapur dan membuka kulkas, dan meminum susu karton 1 liter langsung dari kartonnya.
"Ahahh."
"Huh? Ahhah?"
Otak Jastin langsung memberikan sinyal ke jantungnya, ke matanya, menembakkan endorfin ke seluruh badannya. Ini dia tidak masih mimpi kan? Kok tiba-tiba dia bisa dengar suara tertawa kecil yang sangat kenal dia suaranya. Haduh langsung merinding badannya. "Yakali..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My GF?
Ficção Adolescente"Hah? lo sukak sama dia ??" mata Brielle membesar setelah mendengar pengakuan teman baiknya. "Iyeeehh. Berisik deh" ucap Zee sambil menoyor kepala Brielle. "Terus lo mo ngapain sekarang?" Brielle bertanya lagi kepada Zee. "Banyakkkk, bwekkk." -- -- ...