Step 11

3.5K 340 75
                                    

Di kamarnya, Zee termenung sedari tadi. Kepikiran dengan ucapan Ashel bahwa adanya gosip tentang dirinya yang dikatakan Ashel sebelum mereka tidur.

"Shel."

Orang yang dipanggil namanya itu membalikkan badan, "Kenapa Zee? Aku kira kamu udah tidur."

Zee menggelengkan kepala, "Kamu gak mau ngasih tau aku gossip yang kamu dengar itu apa ya?"

"Hmm..." Ashel seperti menimbang perkataan Zee itu.

"Penasaran..." Tambah Zee.

Ini si nemo di depannya kok manyun-manyun bibirnya. Tanpa disadari Ashel, jarinya kini sudah berada di wajah Zee yang dimana biasanya ada lesung pipi.

Poke. Poke.

"Aku..." Ashel meletakkan jarinya di depan dada Zee. Gak yakin dia apakah gak apa-apa untuk bilang ini ke Zee.

Melihat Ashel seperti gak nyaman untuk bercerita, Zee memegang tangan Ashel.

"Aku... Udah ngantuk." Ucap Ashel tiba-tiba.

"Ahahahah. Ya udah Shel gak papa. Aku tapi masih penasaran. Kapan-kapan cerita ya?"

"Gak janji ya Zee."

"Kenapa? Kenapa gak janji?" Suara Zee yang kayak orang putus asa begitu tentu mengagetkan Ashel. Ashel kira, mereka sudah bisa tidur. Ini kapten basket di depannya kenapa malah banyak banget energinya. Mana obrolannya berat banget lagi.

"Kan kamu sendiri yang bilang gak peduli ama gosip kayak gitu Zee."

Zee jadi tersadar akan omongannya sendiri itu. Iya juga sih. Betul kata Ashel. Tapi kalau omongan orang lain sudah sampai bikin khawatir Ashel dia gak bisa diemin.

Gak mau bikin orang yang dia suka jadi khawatir gini. Zee jadi menghela nafasnya.

"Tapi omongan orang itu udah bikin kamu khawatir Shel. Gak suka akunya. Bilang aja ama aku biar kamu lega, siapa tau gak khawatir terus."

"Bagaimana bisa?" Pikir Ashel.

Dia takut kalau dia udah cerita, Zee malah entar jadi awkward sama dia. Padahal hubungan antara mereka berdua udah berjalan hingga sedekat ini.

Dia gak mau awkward sama Zee. Lagipula dia senang sekali bisa ngelihat Zee senyum ketika berhasil ngerjain soal latihan dan juga ngerti sama pengajaran dia. Ngeliat Zee bukan hanya semangat basket tapi semangat belajar karena dia. Ashel senang rasanya.

Masa udah hampir mau waktunya ujian sekolah, mereka malah menjauh. Sia-sia entar mereka berdua yang sudah memberikan waktu tambahan buat belajar bersama.

"Maybe someday, aku akan cerita Zee. Kayak yang kamu bilang, sekarang kita gak usah pikirin itu dulu ya."

"Okay." Ashel melihat Zee masih seperti tidak yakin.

"Kamu masih ada lomba basket. Sama bentar lagi juga ujian sekolah kita. Fokus ke situ aja dulu. Ini lagi kaki kamu pake cedera." Mereka berdua sama-sama melihat kaki Zee yang berada di luar selimut. Panas karena habis digosok minyak, jadi gak Zee masukin ke dalam selimut tadi, "Bikin khawatir aja."

Kini mereka sama-sama saling melihat ke mata masing-masing. Walau suara Ashel tadi kecil, Zee jelas-jelas mendengarnya.

Membuat Zee mencoba menenangkan nafasnya sejenak. Saling liat ke mata gitu sama orang yang di suka ternyata membahayakan kesehatan. Jantungnya berdegup lebih kencang.

Ngomong-ngomong, kenapa tadi dia minta Ashel buat nemenin dia tidur sih? Cari bahaya aja deh dirinya.

Terus dibilang dirinya bikin khawatir Ashel pula. Jadi merinding Zee dibuatnya. Ashel banyak khawatir sama dia ternyata.

Be My GF?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang