Hari itu adalah hari ketiga dari perayaan Adara. Sebelumnya Lethia hanya melihat kota yang dihias dari jendela istananya, namun kini ia berada di tengah-tengahnya, menyatu di dalam keramaian. Perayaan di desa Algorab itu tidak semeriah yang pernah Lethia lihat di Kitala, namun tetap menyenangkan.
Bagi orang-orang, akhir peperangan adalah malam itu ketika Rauffe terbunuh di Prescia. Namun bagi Lethia, segalanya berakhir satu minggu yang lalu. Dengan Aran naik takhta, dan Seginus dikirim untuk diasingkan ke pulau terpencil. Hari-hari dengan tudung tertutup dan cadar tergantung telah berakhir untuk Lethia. Ia tidak perlu berpura-pura lagi. Aran telah tahu ia hidup, dan membiarkannya untuk tetap hidup.
Tidak ada perintah untuk Patris untuk membawa Lethia pergi ke istana Birdaun. Ketika pertama kali ia memberitahukan kabar nasib Seginus pada Lethia, matanya mengandung arti lain. Seakan berkata pada Lethia, ternyata yang Lethia katakan adalah benar. Tidak mungkin kursi takhta diberikan pada Seginus hanya karena Lethia masih hidup. Namun setidaknya Patris tampak lega tuannya tidak terbunuh.
Ia menolak untuk meninggalkan desa dengan alasan menjaga Lethia. Namun Lethia tahu jelas alasannya berkaitan erat dengan perasaannya pada Ershia. Ershia sendiri tidak tampak menyadarinya.
Lethia menjadi lebih peka pada perasaan orang seperti itu. Seperti kini, ketika ia merogoh ke dalam keranjang untuk meraih bunga, bermaksud mengganti bunga di tembok kedai dengan yang lebih segar. Jemarinya bertemu dengan milik Rotanev, membuat mereka berdua mendongak pada waktu yang bersamaan. Rotanev segera menarik tangannya dan mundur, berjengit. Lethia hanya tersenyum dan meraih bunganya. Dalam pasang mata yang kini menatap keranjang bunga itu, Lethia melihat keragu-raguan.
"Ada apa, Nev?" Lethia bertanya, rambut pirangnya tersibak sementara ia berjinjit menggantung pita-pita. Ia mengabaikan beberapa tamu kedai yang memperhatikannya dari dalam. "Ada sesuatu yang ingin kaukatakan?"
Nev juga menyadarinya. Ia berjalan dan memunggungi jendela, menghalangi pandangan mereka pada Lethia. Lethia tertawa kecil, berkata, "Kau tidak perlu melakukan sejauh itu."
Nev berkata, "Aku ingin kau lebih santai, ya, tapi sejak kau melepas cadar dan tudungmu, tidak ada hal lain yang penduduk desa ini lakukan selain menatap ke arahmu. Jika ini berlangsung lebih lama, Baginda akan tahu kau di sini tanpa perlu mengirim mata-mata sama sekali."
"Hm," Lethia bergumam, menunduk untuk meraih untaian bunga lain. "Dia sudah tahu sejak hari Pangeran Seginus dikirim untuk diasingkan. Tampaknya Jenderal Antares pun tidak menerima hukuman apapun karena telah melepaskanku pergi. Kebebasan adalah sepenuhnya milikku saat ini."
Untuk pertama kalinya Lethia mengatakan kalimat terakhir itu. Dan untuk pertama kalinya, terasa begitu benar. Nev menggenggam kedua bahu Lethia, memaksa pandangan biru Lethia untuk terfokus hanya untuknya.
"Lianor, aku—!"
Pintu kedai menjeblak terbuka. Seorang pria yang sedikit lebih muda keluar dari sana. Matanya menatap Nev dan Lethia bergantian, kemudian terpaku pada tangan Nev yang menggenggam bahu Lethia. Nev seakan sadar karena pandangan itu, kemudian segera melepaskannya dengan kalut. Pemuda itu berjalan dengan langkah mantap, penuh percaya diri. Ia kemudian berlutut pada satu kaki di depan Lethia, tangannya terjulur untuk meraih jemari Lethia dan mengecupnya.
"Aku telah jatuh cinta padamu, Nona Doulcet. Mungkin begitu pula seluruh pemuda di daratan Lazuris ini, namun cintaku adalah yang terbesar untukmu! Malam ini adalah malam terakhir dari Perayaan Adara, tentunya engkau akan menari di pinggir sungai, membalas cintaku padamu ini?"
Lethia mau tidak mau tertawa kecil sekali lagi, geli dengan kecupan si pemuda pada punggung tangannya. Nev hanya berdiri di sana, kesal dan kacau. Si pemuda masih memberikan puji-pujian, namun terhenti ketika teman-temannya dari dalam kedai ikut keluar. Mereka membuat si pemuda bangkit dari lututnya, kemudian berebut memperkenalkan diri mereka pada Lethia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lapis Lazuli (COMPLETE STORY)
FantasyCOMPLETE STORY Silakan menikmati cerita ini dari awal hingga tamat! Arleth Blancia, seorang putri dari Luraxia, hanya ingin hari-hari yang damai bersama kakaknya. Aldebaran, seorang putra mahkota dari Gondvana, ingin membuktikan dirinya layak dengan...