CHAPTER 49

1.8K 119 2
                                    

Vote sebelum membaca!

🌱

Jimin dan Taeyong telah sampai di mansion. Mereka memasuki mansion lalu Taeyong menaiki tangga menuju kamarnya dilantai atas.

Taeyong masuk ke kamarnya, kemudian tidur diatas ranjangnya dan menyelimuti seluruh tubuhnya.

Taeyong menangis dibalik selimut. Didepan bundanya ia bersikap tegar menyembunyikan semua rasa sedihnya. Sekarang Taeyong mengeluarkan rasa sedihnya saat bundanya bilang kalau dirinya terkena tumor otak.

Taeyong merasa ada benda cair yang keluar dari hidungnya. Ia langsung pergi menuju kamar mandi.

Di kamar mandi Taeyong menundukan kepalanya agar darah di hidungnya jatuh ke wastafel.

Taeyong menangis. Dalam batinnya pasti ia akan menyusahkan orangtuanya karena penyakit ini.

Setelah mimisannya terhenti, Taeyong langsung membersihkan sisa darah yang ada diwajahnya.

Badannya sungguh lemas, kepalanya sangat sakit. Taeyong berjalan menuju ranjang dengan perlahan-lahan berpegangan dengan tembok. Taeyong menidurkan dirinya diatas ranjang kemudian Taeyong terlelap tidur.

Jimin memasuki kamar anak sulungnya. Ia berjalan menuju ranjang anaknya.

Jimin mengusap lembut surai anaknya.

"Tuhan, kenapa kau memberikan cobaan ini pada anakku. Tak cukupkah kau memberikan cobaan padanya tunawicara?" ucap Jimin terisak

"Sembuhkanlah anakku Tuhan,"

"Jimin tak ingin kehilangan Bubu hiks ...."

Taeyong terbangun,

"Bunda"

"Bunda kenapa menangis?" Taeyong menghapus airmata ibunya.

"Bunda jangan menangis, Bubu pasti akan sembuh. Penyakit ini pasti akan hilang dari tubuh Bubu"

Jimin memeluk erat Taeyong, Jimin menangis dipelukan anaknya.

"Bunda, jangan bilang pada Ayah kalau Bubu sakit tumor"

"Kenapa kau meminta Bunda merahasiakan penyakit ini pada ayahmu nak?"

"Bubu tak mau Ayah dan adik-adik tahu, Bunda"

"Bubu pasti akan menyusahkan Ayah dan Bunda karena penyakit ini. Bunda jangan memikirkan penyakit ini"

"Bunda maafkan Bubu, Bubu sudah menyusahkan Bunda"

"Bunda tak merasa disusahkan olehmu, nak"

"Bunda, Bubu mohon rahasiakan penyakit Bubu dari Ayah dan adik-adik"

"Cukup kita saja yang tahu"

"Baiklah"

"Bunda tidur di kamar Bubu saja. Sudah lama Bunda tak tidur bersama Bubu"

Jimin membalas dengan anggukan.

Lalu mereka terlelap tidur.

Tengah malam Taeyong terbangun dari tidurnya. Taeyong merasakan kepalanya teramat sakit.

"Bunda, kepala Bubu sakit sekali Bunda" batinnya

Taeyong meremat kuat kepalanya dan menangis. Ia ingin membangunkan ibunya yang tengah terlelap tidur, tapi ia tak ingin mengganggu tidur ibunya.

Taeyong berusaha menggapai obat pereda nyeri diatas nakas. Setelah berhasil mengambil obat diatas nakas, Taeyong membuka botol obat kapletnya dan memasukannya ke dalam mulutnya kemudian ia mengambil air minum dan meneguknya bersama dengan obat pereda nyeri.

BISU (END) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang