Persis seperti bulan yang bersinar cantik malam ini, suasana hati Luvia pun terasa bersinar sampai rasanya ia ingin terbang ke langit saking senangnya. Sekarang Luvia tidak perlu khawatir lagi diremehkan orang lain karena tidak bisa menggunakan mantra sihir dengan baik. Walau baru bisa menguasai satu mantra, tetapi itu sebuah peningkatan yang sangat bagus.
Sambil membaca buku catatannya, Luvia sesekali melirik keluar jendela untuk melihat kecantikan bulan malam ini. Tadi sebelum mereka berpisah, Elinus mengingatkan agar Luvia sebaiknya selalu mempelajari hal yang sudah ia pelajari di sekolah. Maka dari itu Luvia akan sering belajar mulai sekarang. Sebagai anak baik, ia harus mendengarkan ucapan mentornya.
Tadinya Luvia memang berniat belajar sampai larut malam. Namun, sesuatu yang melintas di jendela membuat Luvia mengalihkan pandangannya dengan cepat. Ia melongokkan kepala keluar jendela yang sudah ia buka, mencari sesuatu yang barusan melewati gedung asrama.
Ketika melihat ke arah halaman asrama, barulah Luvia tahu apa yang barusan lewat. Gadis itu mengerutkan dahi kala melihat bayangan putih melayang di sekitar danau. Tidak perlu berpikir dua kali, Luvia segera melesat pergi keluar dan meninggalkan buku yang belum selesai ia baca. Menuntaskan rasa penasaran lebih penting bagi Luvia.
"Luvia, kau mau ke mana?" Tanya Celessa yang duduk di depan televisi ketika melihat Luvia keluar dengan tergesa.
"Pergi mencari kebenaran!" seru Luvia ngawur membuat Celessa mengerutkan dahi dengan wajah aneh.
Namun, Luvia tidak peduli semua itu. Yang ada dipikirannya sekarang hanyalah bayangan putih tadi. Ia berharap semoga bayangan putih itu belum menghilang saat Luvia sampai nanti.
Beruntungnya harapan Luvia terkabul karena bayangan putih yang menyerupai bentuk seorang perempuan itu masih ada di sana. Ia adalah sosok yang sama yang Luvia lihat di kamar kosong tempo lalu. Sosok ganjil tersebut melayang-layang seolah memang menunggu kedatangan Luvia. Lalu mulai bergerak tatkala Luvia mendekat.
Melihat bayangan putih melayang menuju gedung Pre Class, Luvia mempercepat larinya. Sekuat tenaga ia mengerahkan kecepatan larinya mengejar bayangan tersebut. Mereka berdua terus bergerak menuju belakang gedung, dan terus melangkah lebih jauh hingga Luvia sampai di tempat itu.
Untuk kedua kalinya, bayangan putih tersebut membawanya ke sana, ke labirin belakang sekolah yang menyeramkan. Selama beberapa saat Luvia terpaku memandangi sosok dari bayangan putih, meneliti wajah asing yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Bayangan putih ini tidak seseram yang orang lain bicarakan. Ia justru terlihat sangat cantik apabila dilihat baik-baik. Luvia sampai lupa berkedip ketika mereka bertatapan, melihat sorot mata sosok tersebut entah kenapa membuat Luvia berpikir kalau bayangan putih ini sedang berusaha memberitahunya sesuatu. Sesuatu yang sangat amat penting.
Hingga akhirnya Luvia memekik tertahan karena bayangan putih tiba-tiba melesat cepat ke arahnya. Ia menabrakkan diri pada Luvia dan menghilang begitu saja.
Di saat yang bersamaan, Luvia langsung melihat sebuah kejadian. Di matanya langsung terlihat sebuah insiden seorang perempuan yang menangis sambil memegangi tali yang menggantung. Tak jauh dari perempuan itu ada laki-laki yang hanya diam menyaksikan aksi si perempuan. Lalu semuanya berakhir kala sang perempuan mengakhiri hidupnya dengan cara yang mengenaskan.
Usai melihat semua itu, Luvia langsung meluruh. Napasnya jadi tidak beraturan dan dadanya terasa sangat sesak. Sebisa mungkin Luvia meraup udara sebanyak-banyaknya agar ia tidak jatuh pingsan.
Semua ini sangat aneh, otak Luvia sama sekali tidak bisa mencernanya dengan baik. Satu-satunya yang bisa ia simpulkan dari semua itu hanyalah, sang bayangan putih berusaha memberitahu alasan kematiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mystika Nyctophilia
FantasySetiap orang pasti memiliki hal misterius yang berbeda-beda. Dan bagi Luvia, hal termisterius dalam hidupnya adalah Elinus Corner. Kakak senior tingkat tiga yang lebih sering muncul saat malam hari. Kebetulannya lagi malam itu ketika Luvia mengendap...