Pertengkarannya dengan Nellson membuat Luvia tertekan, ia murung sepanjang hari dan sama sekali tidak bisa fokus. Luvia bahkan seringkali melamun dan tidak mendengarkan saat orang lain bicara.
Melihat kondisinya yang seperti ini Elinus sempat menghela napas sebelum memberi beberapa patah kata nasehat. "Sebaiknya kau selesaikan dulu urusanmu dengan Dangelbert dan ikut Hunting Yokai Exam tahun depan."
Kedua bola mata Luvia melotot, melihat Elinus dengan tatapan protes. "Tahun depan?! Tidak, itu tidak akan terjadi. Aku pasti lulus tahun ini."
Satu alis Elinus terangkat, mempertanyakan kebenaran ucapan gadis itu. "Kalau begitu berlatihlah dengan benar. Hunting Yokai Exam sudah tepat di depan mata. Kesampingkan dulu hal-hal pribadi untuk sekarang."
Luvia mengangguk. "Aku paham. Aku akan berlatih lagi."
Elinus tersenyum kecil melihat semangatnya. "Itu bagus."
Dan setelahnya, mereka berlatih selama lebih dari lima jam. Dimulai dari langit kemerahan hingga menjadi gelap gulita. Kebanyakan mantra yang diajarkan Elinus adalah jenis mantra pertahanan diri. Ini karena Luvia tidak bagus dalam menyerang. Jadi Elinus bilang, meskipun serangannya buruk, setidaknya Luvia harus unggul dalam pertahanan.
Wajah Luvia tampak sangat pucat setelah ia selesai mempelajari mantra ketiga yang diajarkan Elinus. Terlalu banyak aura magis yang ia habiskan, sehingga tubuhnya menjadi tampak seperti mayat hidup sekarang.
"Cukup untuk hari ini. Kau sudah berkembang dengan cukup baik sampai bisa mempelajari tiga mantra dalam satu hari. Itu sudah bagus." Elinus yang berdiri sambil bersandar pada dinding menatap Luvia yang sedang membungkuk dengan kedua tangan bertumpu pada lutut. Napas gadis itu tersengal dan penampilannya sangat berantakan.
Ia menegakkan punggung sambil mengulas senyum lebar. "Terima kasih banyak untuk hari ini, Senior." Jeda sesaat, Luvia bertanya dengan wajah penuh antusias. "Apakah setelah ini kau akan pergi ke Euphoria Forest untuk melanjutkan pencarian?"
Elinus membuka mulut hendak berkata, "Iya." Namun, melihat sorot penuh harap di mata gadis itu membuat suaranya tidak keluar. Ia mengatupkan bibir dan menggeleng tegas. "Tidak. Aku punya urusan lain. Kau kembalilah ke asrama dan istirahat."
Gadis di hadapannya mengerjap bingung, tetapi ada kesedihan dalam mata safirnya. Setelah beberapa menit berlalu ia menundukkan kepala, lalu mengangguk dengan patuh. "Baiklah. Senior juga sebaiknya memperbanyak istirahat. Kau tahu? Lingkaran hitam di bawah matamu terlihat sangat jelas."
Tentu saja terlihat jelas, Elinus sama sekali belum tidur selama tiga hari berturut-turut. Ia selalu berkeliaran di malam hari seperti kelelawar. Melesat ke sana-kemari seperti bayangan. Menolak untuk berbaring di tempat tidur meski hanya beberapa detik.
Ia hanya tidak ingin ditelan mimpi buruk itu lagi. Itu sebabnya Elinus tidak ingin memejamkan mata walau hanya sebentar. Sayangnya, ia tidak bisa mengatakan semua itu pada Luvia.
"Senior, jangan memaksakan diri. Jika ada masalah kau boleh meminta bantuanku."
Suara Luvia yang terdengar penuh ketulusan itu menyadarkan Elinus. Ia mengerjapkan mata, baru sadar bahwa ia tadi melamun. "Tidak ada masalah yang terjadi. Tidak perlu mengkhawatirkan hal yang tidak perlu." Lalu Elinus mengayunkan tangan memberi isyarat agar Luvia segera pergi dari sana. "Kembalilah. Ini sudah malam. Si rambut pink itu bisa gila jika kau tidak kembali secepatnya."
Luvia membulatkan mulut dengan mata melebar, sepertinya ia baru menyadari ancaman di belakangnya. Dengan cepat ia berbalik dan melangkah pergi meninggalkan halaman belakang sekolah dengan tergesa-gesa, tak lupa melambaikan tangan sambil tersenyum ke arah Elinus. "Sampai jumpa besok, Senior."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mystika Nyctophilia
FantasySetiap orang pasti memiliki hal misterius yang berbeda-beda. Dan bagi Luvia, hal termisterius dalam hidupnya adalah Elinus Corner. Kakak senior tingkat tiga yang lebih sering muncul saat malam hari. Kebetulannya lagi malam itu ketika Luvia mengendap...