(19) Dékatos Énatos; Enigma

343 84 46
                                    

Dari balik pepohonan, mata onyx itu mengintai dengan serius sesuatu yang menjadi objek utamanya. Ia tidak boleh gegabah atau objek itu akan kabur lagi seperti tempo lalu. Selama ini ia sudah susah payah menemukan keberadaannya, jadi sekarang kesempatan seperti ini tidak boleh disia-siakan.

Dengan perlahan ia menarik anak panah seraya membidik objek tersebut penuh kecermatan. Ia harus berhasil dalam satu kali tembak, jika tidak objek itu pasti akan langsung membakar anak panah miliknya hingga hangus. Usai menemukan posisi yang bagus untuk meluncurkan anak panahnya, ia segera melepaskan benda runcing itu.

"Itu dia! Tangkap Elinus Corner!"

Kwaak!

Seketika Elinus berdecak kesal kala anak panahnya berhasil dihindari oleh objek incarannya. Hewan tersebut mengepakkan sayap sebelum terbang cepat pergi dari sana.

"Organisasi sialan!" umpat Elinus sembari bergegas angkat kaki. Wakil Presiden Siswa dan anak buahnya belum juga menyerah menangkap Elinus rupanya. Ia bergerak cepat melompati setiap dahan pohon. Sedangkan di belakang, para Organisasi Kesiswaan mulai memberikan serangan sihir ke arahnya.

Duar!

"Ugh!" Elinus meringis saat tak sempat menghindari ledakan itu. Alhasil ia jatuh berguling ke tanah.

Sungguh sial sekali ia malam ini. Jika tak ada Organisasi Kesiswaan, mungkin tugasnya sudah selesai sejak dulu. Namun, Caelum Marklight tampaknya tidak ingin Elinus mendapatkan hal itu.

"Elinus Corner! Aku akan mendapatkanmu malam ini!" suara Caelum terdengar bersemangat ketika menyadari Elinus terjatuh. Kobaran api sudah menyala-nyala di kepalan tangannya.

Refleks Elinus berdecak, ia baru saja akan kembali berlari sebelum jatuh untuk yang kedua kalinya. Gawat... ia baru sadar kakinya terluka terkena patahan kayu saat ledakan tadi. Elinus menggerutu dalam hati. Ia tidak mau diadili Organisasi Kesiswaan malam ini. Jika ia tertangkap, maka Caelum pasti akan melakukan berbagai macam cara agar Elinus mau membongkar rahasianya.

Sinar dari api yang dikendalikan Caelum makin mendekat. Akan tetapi Elinus bahkan tidak bisa mengangkat tubuhnya sendiri. Sepertinya luka di kakinya cukup parah. Elinus bahkan bisa melihat darah yang tidak berhenti mengalir.

"Elinus, aku tahu kau ada di sana. Kemari dan menyerahlah!" ujar Caelum sembari membakar semak-semak yang menghalangi jalannya.

Jantung Elinus berdegup kencang saat melihat Caelum yang semakin mendekat. Namun, sejurus kemudian ia merasa tubuhnya terangkat dan bergerak masuk ke lubang di salah satu batang pohon.

"Siapa―"

"Sstt!"

Seseorang membekap mulutnya agar tidak menimbulkan suara. Akan tetapi Elinus langsung bisa mengenali sosok itu meski kegelapan menyamarkan keberadaannya. Bau dari gadis satu ini sudah cukup ia hapal.

Di sampingnya, Luvia masih membekap mulut Elinus dengan satu tangan. Mata gadis itu sibuk memperhatikan keadaan di luar.

Begitu terdengar suara langkah kaki yang mendekat. Elinus segera menarik Luvia mendekat dan menutupi tubuh mereka menggunakan jubah hitamnya. Dengan begitu kegelapan malam dan juga warna jubah bisa menyamarkan keberadaan mereka berdua.

"Ck! Dia lolos lagi!" Caelum terdengar mengumpat sebelum pergi dari sana. Pemuda itu langsung saja memerintahkan anak buahnya untuk kembali ke sekolah.

Menyadari bahwa mereka baru saja selamat dari kejaran Organisasi Kesiswaan, Luvia langsung bernapas lega. Yang tadi itu benar-benar menegangkan. "Huft... nyaris saja," gumamnya. Namun sedetik kemudian jantung Luvia sudah kembali bertalu saat sadar jaraknya dengan Elinus terlalu dekat. Bahkan tangan pemuda itu masih melingkari punggungnya.

Mystika NyctophiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang