Perbincangan tentang Elinus bersama Amy kemarin cukup memberikan efek luar biasa pada Luvia. Karena akibat dari perbincangan mereka, Luvia jadi tambah penasaran dengan seseorang yang dijuluki Nyctophilia Boy itu.
Tingkat penasaran yang Luvia rasakan sekarang sudah mencapai tahap kronis, jadi sepertinya Luvia tidak bisa menahannya lagi. Maka dari itu dengan langkah lebar hingga menimbulkan bunyi hentakan yang nyaring di koridor, Luvia mendatangi Ruang Organisasi Kesiswaan dengan semangat yang menggebu-gebu. Begitu sampai di depan ruangan yang menjadi tujuannya, Luvia segera mengetuk pintu di depannya dengan tidak sabaran.
Tok! Tok! Tok!
Hanya saja, tidak ada seorang pun yang menyahut ataupun membukakan pintu. Hal ini membuat kedua alis Luvia bertaut, karena ia pikir keadaan sunyi yang didapatinya menandakan bahwa ruangan yang ada di hadapannya dalam keadaan kosong. Maka dari itu, langsung saja Luvia memutar kenop dan mendorong pintu tersebut secara spontan.
Brak!
Namun tampaknya kesimpulan Luvia tadi salah besar. Ruangan yang ia anggap kosong ternyata dihuni oleh sekitar lima puluh murid yang diduga merupakan anggota Organisasi Kesiswaan. Mereka sedang duduk rapi dengan wajah serius, sangat serius.
Semua perhatian pun seketika tertuju ke arah Luvia yang berdiri kaku di ambang pintu. Keringat dingin mendadak membasahi telapak tangannya begitu mendapati tatapan mengintimidasi dari mereka semua. Tampaknya sikap Luvia tadi sudah mengganggu rapat pagi yang telah menjadi kegiatan rutin mereka.
"A-anu... aku kira... tidak ada... orang. Jadi... aku buka... pintunya... begitu... saja," ucap Luvia terbata-bata saking gugupnya.
Tatapan mereka semua sangat seram, seolah-olah Luvia sudah menganggu ritual penting mereka dan mengacaukan semuanya. Terlebih lagi tatapan Wakil Presiden Siswa yang seakan ingin membakarnya detik itu juga.
Sepertinya aku telah melakukan kesalahan besar, batin Luvia. Sambil meremas ujung roknya sampai kusut, Luvia memberanikan diri untuk bertanya lagi, "Maaf, aku hanya ingin bertemu Nellson Mavious."
Ucapan Luvia membuat semuanya serempak mengalihkan pandangan ke arah pemuda berambut hitam yang ada ubannya, yang duduk di bangku belakang dengan wajah syok sampai terlihat pucat. Saat menyadari tatapan semua orang tertuju padanya, terlebih lagi tatapan Sang Wakil President Siswa yang sudah membara seakan ingin menguburnya hidup-hidup, Nellson cepat-cepat berdiri dan menghampiri Luvia.
"Maafkan atas ketidaksopanan teman saya. Silahkan lanjutkan rapat kalian," ujar Nellson seraya membungkukkan punggungnya. "Permisi."
Setelah itu ia menutup pintu dengan perlahan, meninggalkan keheningan yang terasa mencekam tersebut. Begitu pintu tertutup sempurna, Nellson segera menarik napas sebanyak mungkin.
Tatapan semua orang yang ada dalam ruangan benar-benar seram sampai Nellson secara tidak sadar menahan napas. Jika berkaitan dengan masalah, mereka akan menjadi sangat sensisitif. Dan masalahnya itu sekarang berasal dari gadis berambut biru yang ada di hadapannya ini. Yang dengan tidak berdosanya malah menatap Nellson dengan pandangan polos seolah tidak pernah melakukan apapun.
"Huft! Luvia, ada apa denganmu?" tanya Nellson yang merasa heran dengan sikap nekat Luvia hari ini. Bisa saja gadis ini merencakan sesuatu.
Mendengar pertanyaan Nellson, Luvia lekas tersenyum lebar. Sangat lebar hingga membuat Nellson merinding. Ia lalu berjinjit agar bisa membisikan sesuatu pada Nellson yang jauh lebih tinggi darinya. "Nell, bisakah kau membantuku? Ini sangat penting!"
Memiliki kepekaan terlalu tinggi terkadang menguntungkan, tapi terkadang juga merugikan. Inginnya Nellson pura-pura tidak dengar dan segera kembali ke dalam ruang organisasi. Tetapi kalau Luvia sudah bersikap seperti ini, Nellson tahu ia tidak akan bisa menolak. Jika menginginkan sesuatu, Luvia memang suka bertindak super nekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mystika Nyctophilia
FantasySetiap orang pasti memiliki hal misterius yang berbeda-beda. Dan bagi Luvia, hal termisterius dalam hidupnya adalah Elinus Corner. Kakak senior tingkat tiga yang lebih sering muncul saat malam hari. Kebetulannya lagi malam itu ketika Luvia mengendap...