(13) Dékatos Trítos; Lucky or Damn?

426 99 84
                                    

"Se-Senior Elinus?!"

Luvia refleks berseru sembari melangkah mundur sedikit lantaran jarak wajah mereka terlalu dekat, dan itu menimbulkan efek yang sangat tidak bagus untuk jantung Luvia. Yeah, semua orang tahu betul bahwa Elinus memiliki wajah yang tampan.

Karena hal itulah yang mengakibatkan desiran hebat dalam tubuh Luvia tatkala melihat wajah Elinus dari jarak yang sangat dekat. Meskipun gelap, entah kenapa itu tidak mengurangi kadar ketampanannya sedikit pun. Luvia jadi heran.

Kala Luvia sedang sibuk menormalkan detak jantungnya, Elinus dengan santai malah turun dari aksi bergelantungannya seraya mendekat pada gadis berambut biru itu. Kembali mendekatkan wajah mereka agar bisa melihat Luvia dengan jelas.

"Oh, Queen Cake?" gumamnya setelah mengenali wajah Luvia yang masih tegang karena ditatap begitu intens oleh Elinus.

Tidak tahu kenapa, kepala Luvia mengangguk dengan sendirinya. "Benar! Ini aku, Luvia Everliza. Salam kenal, Senior!" ucap Luvia dengan nada yang cukup lantang. Kegembiraan tergambar jelas di wajahnya.

Kini Elinus terdiam, ia hanya memandangi Luvia tanpa suara. Ekspresi serta sorot matanya pun tak bisa Luvia baca. Hal ini tentunya membuat Luvia jadi gelisah. "A-anu... saya ada permintaan―"

Belum sempat Luvia menyelesaikan kalimatnya, Elinus sudah pergi dan menghilang secepat kilat tanpa mampu Luvia kejar. Sosoknya bagaikan bayangan yang menyatu dengan kegelapan malam. Tak terlihat, tak terjangkau.

Padahal Luvia pikir, ini adalah sebuah keberuntungan langka karena bisa bertemu Elinus secara kebetulan. Namun setelah melihat sikap acuh Elinus yang mengabaikan ucapan Luvia, ternyata ia tidak seberuntung itu.

"Aku hanya ingin kau menjadi mentorku. Tak bisakah kau mendengarkan permintaanku ini?" gumam Luvia di tengah keheningan. Mengungkapkan isi pikirannya meski tahu tidak ada seorang pun yang mendengar.

Semua yang dikatakan Celessa memang benar, Elinus adalah orang berhati batu yang sulit didekati. Bisa berada di dekatnya tanpa terluka pun sebenarnya sudah sebuah anugerah. Seharusnya Luvia tidak berharap banyak. Tapi entah kenapa Luvia selalu merasa ada yang mendorongnya untuk lebih mengenal Elinus. Selalu ada sesuatu yang membuat Luvia tidak bisa berpaling dari sosoknya yang misterius. Dan juga, terasa ada yang memaksanya agar mengungkap semua rahasia yang disembunyikan pemuda tersebut.

Dalam waktu yang cukup lama Luvia terdiam bersama pikirannya di tengah koridor gedung Pre Class. Mengabaikan semua suasana senyap yang menyeramkan, Luvia bahkan tidak sadar kala bayangan putih melintas di belakangnya.

"Hm, mungkin aku harus mencari cara lain." Luvia akhirnya memutuskan. Ia pun memilih untuk melanjutkan perjalanannya menuju ruang kelas agar bisa mengambil tugasnya yang tertinggal. Lalu cepat-cepat kembali ke asrama sebelum Celessa panik karena ia tak kunjung kembali.

Dan benar saja, setelah mengambil buku tugas yang tertinggal Celessa tiba-tiba sudah ada di depan gedung Pre Class. Ia ternyata berniat menyusul Luvia ke Pre Class 2-E. Namun, karena Luvia sudah ada di sana, keduanya pun kembali ke asrama.

Dalam perjalanan pulang itu, baik Luvia maupun Celessa sama sekali tidak menyadari jika ada sesosok bayangan putih yang mengikuti langkah keduanya dari belakang.


•─────✧⚞✪⚟✧─────•


Suasana berwarna merah yang begitu asing ini membuat Luvia kebingungan setengah mati. Lagi-lagi Luvia mendadak berada di tempat asing yang tidak ia ketahui sama sekali. Sungguh mengherankan.

Mystika NyctophiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang