Bibir Luvia gatal ingin memberitahukan hal yang ia ketahui kepada Elinus. Tetapi hari itu raut wajah mentornya terlihat kacau sehingga Luvia tidak berani mengatakan apapun. Hari berikutnya mereka terlalu fokus berlatih, membuat Luvia lupa untuk memberitahunya.
Pada akhirnya, bahkan ketika Hunting Yokai Exam diadakan, ia tidak mengatakan sepatah kata pun pada Elinus. Sekonyong-konyong ia sudah berbaris di aula utama bersama peserta ujian lainnya. Bahkan adiknya dan kedua teman kembarnya hadir di sana.
Suasana begitu sunyi saat Sein dan Caelum menjelaskan peraturan-peraturan Hunting Yokai Exam. Membuat udara di sana menjadi berat dan dingin, sangat menyesakkan. Ketegangan terasa hingga ujung jari.
"Seperti yang kita semua sudah ketahui, Hunting Yokai Exam adalah ujian khusus dan syarat untuk naik ke tingkat Mega Class, kelas yang lebih tinggi dari tingkat kelas kalian saat ini, Pre Class. Dan untuk mencapai semua itu tentu tidak mudah. Kalian harus lulus dalam ujian berburu yokai ini, dan hanya ada empat puluh orang per angkatan saja yang beruntung." Suara Sein terdengar lembut namun tegas, ada seulas senyum di wajahnya.
Auranya sangat bertolak belakang dengan Caelum. Sepupu dari Elinus Corner itu tampak sangat garang dengan wajah judes. "Ini bukan permainan. Ini perjuangan hidup dan mati. Yang kalian hadapi adalah makhluk spiritual yang memiliki kekuatan, kemampuan, dan juga kecerdasan. Ceroboh sedikit saja, nyawa kalian akan melayang."
Bulu kuduk Luvia merinding, terbayang saat dirinya menjalani Hunting Yokai Exam tahun lalu. Waktu itu, ia langsung kehilangan kesadaran begitu menemui sosok seram tanpa wajah. Kabut yang memenuhi udara di dalam hutan membuat suasana semakin seram, dan kesunyian membuat suara yang dihasilkan makhluk itu terdengar begitu jelas.
Sampai saat ini, Luvia masih trauma pada yokai Noppera-bo itu. Dalam hati ia mulai berharap semoga bisa bertemu yokai yang wujudnya tidak terlalu seram.
Luvia menggelengkan kepala pelan, mencoba mengenyahkan bayangan yokai Noppera-bo dari dalam pikirannya. Namun, hal itu malah membuatnya pusing, dan dalam penglihatannya yang samar-samar Luvia menangkap sosok Amy yang berbaris di depan. Gadis tampan itu terlihat meneguk cairan dari dalam tabung kecil.
"Amy, apa yang kau minum?" Luvia penasaran, mengabaikan sebentar suara Sein dan Caelum yang masih bergaung menjelaskan peraturan. Lagipula Luvia sudah hapal di luar kepala mengenai semua peraturannya.
Yang dipanggil segera mengalihkan perhatiannya pada Luvia, memutar kepala ke belakang sambil mengangkat tabung kecil yang cairannya masih utuh. "Oh, ini ramuan penenang." Amy menjawab, lalu tersenyum masam pada Luvia. "Aku sangat gugup dan tidak bisa berhenti gemetaran. Maka dari itu aku harus mengonsumsi ramuan ini jika ingin lulus ujian."
Mendengarnya Luvia jadi tertarik, mungkin ia bisa mencoba sedikit. "Itu sangat berguna. Apakah efeknya kuat?"
Kali ini senyum masam Amy memudar, wajahnya berangsur-angsur rileks setelah meneguk ramuan itu. "Satu botol kecil bisa bertahan satu jam."
Mata Luvia berbinar. "Hebat. Dari mana kau mendapatkannya? Apa aku boleh mencicipinya juga?"
Amy memajukan bibirnya dan bersidekap dada dengan wajah protes. "Apa maksudmu? Aku membuatnya sendiri tahu!"
Seketika Luvia terlonjak kaget. "Apa? Bagaimana bisa? Sejak kapan kau bisa membuat ramuan?"
Ini sungguh hal yang mengejutkan. Selama ini, selama satu setengah tahun bersekolah di Aimatiros Academy Amy tidak pernah berbakat dalam meracik ramuan. Satu-satunya ramuan yang bisa ia racik hanyalah ramuan penumbuh tanaman, itupun tidak sebagus yang dibuat murid lain.
Tetapi sekarang tiba-tiba ia bisa membuat ramuan yang lumayan sulit seperti ini. Siapa yang mampu mengajarinya?
"Huh, kau tidak tahu. Aku telah berulang kali bimbingan belajar dengan Miss Shafira. Berlatih dengannya begitu keras siang dan malam sampai muntah darah. Jadi bukan hanya kau saja yang sudah berkembang, hmph!" Amy memalingkan wajah pura-pura tersinggung. Perumpaan yang ia sebutkan sedikit membuat Luvia ingin menyemburkan tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mystika Nyctophilia
FantasiSetiap orang pasti memiliki hal misterius yang berbeda-beda. Dan bagi Luvia, hal termisterius dalam hidupnya adalah Elinus Corner. Kakak senior tingkat tiga yang lebih sering muncul saat malam hari. Kebetulannya lagi malam itu ketika Luvia mengendap...