(37) Triánta Eftá; Transparent

145 41 24
                                    

Sosok yang menyerupai bayangan itu sampai di belakang gedung Pre Class tepat setelah berkunjung ke ruang kesehatan. Ia menarik napas panjang sebelum jatuh ambruk dalam posisi duduk.

Pilihannya untuk menjauhi Luvia sudah tepat 'kan? Dengan begitu Luvia tidak perlu berurusan lagi dengannya. Semua ini juga demi keselamatan gadis itu. Elinus tidak mau melibatkan Luvia dalam bahaya. Lagipula Luvia sudah cukup membantunya, itu sudah memenuhi syarat untuk mengakhiri perjanjian di antara mereka.

Elinus bersandar pada dinding. Lega dan takut bercampur menjadi perasaan yang sulit dijelaskan. Namun, lebih dari itu ia sebenarnya bingung. Benar-benar bingung.

Sebenarnya apa yang sedang ia lakukan? Sejak kapan kehidupannya berubah drastis seperti ini? Ke mana perginya anak laki-laki lugu yang hobi membaca di perpustakaan hingga terkunci oleh penjaga saking asyiknya membaca buku?

Sejak kapan Halley pergi dari sisinya? Dan sejak kapan Caelum menjadi musuhnya? Sejak kapan ia menjadi kriminal yang ditakuti semua murid di sekolah?

Elinus rasanya sudah tidak bisa lagi mengenali dirinya sendiri. Siapa ia sekarang? Apa yang sebenarnya ingin ia capai dengan terus melanggar peraturan dan bahkan merencanakan sesuatu yang buruk seperti ini? Sebenarnya apa yang selama ini Elinus perjuangkan?

Terlalu banyak pertanyaan membingungkan yang memenuhi pikirannya membuat kepala Elinus menjadi sakit. Seluruh tubuhnya terasa sangat berat seolah ditimpakan beban yang tak terhitung jumlahnya.

Sudah sampai di sini apa yang harus ia lakukan? Apa perbuatannya ini sudah benar?

Tidak. Tidak. Tidak. Bukankah sudah sangat jelas kalau yang ia lakukan sekarang adalah hal yang salah? Hati kecilnya sangat meyakini kalau perbuatannya memang salah tetapi Elinus tidak bisa berhenti.

Ia tidak bisa berhenti selama orang itu masih mengawasinya.

"Eli, kau di sana?"

Elinus tidak terlalu terkejut melihat kemunculan orang ini. Sejak tadi ia memang sudah merasakan aura gelap yang dikeluarkan olehnya. Lagipula Elinus sudah menduga semua ini, setelah Elinus memutuskan untuk menjauhi Luvia orang ini tidak mungkin diam saja.

"Eli, sikapmu akhir-akhir ini membuatku bingung. Sebenarnya apa yang kau lakukan?"

Perempuan itu berdiri tepat di hadapan Elinus, menatapnya dengan dingin dan dipenuhi energi gelap yang saking pekatnya sampai tidak dapat dideskripsikan. Itu tatapan seorang pembunuh. Oh bukan. Itu tatapan seorang iblis yang meminta tumbal.

"Eli, aku bicara padamu. Ini sangat penting," katanya sembari menjambak rambut hitam Elinus dengan penuh dendam. "Kutanya kau, kenapa kau menyuruh Luvia Everliza untuk tidak terlibat lagi denganmu? Kau tahu 'kan? Dia pion yang bisa kita gunakan untuk kelancaran misi ini, orang itu juga sangat menginginkannya. Kenapa kau malah membuang dia?"

Seolah menyadari sesuatu, matanya berkilat mengerikan. Perempuan itu berjongkok menyamakan tinggi badannya dengan Elinus yang terduduk di tanah. Kali ini ia mencengkeram rahang Elinus hingga kuku-kuku panjangnya menancap pada kulit pemuda itu.

"Eli... apa kau bersimpati pada gadis itu? Kau mencoba menjauhkannya dariku?" Setelah bertanya tanpa dijawab, perempuan itu tertawa. Ia tertawa sangat kencang sampai rambutnya bergoyang ke sana-kemari.

"Hahahaha... Eli kau sangat lucu. Bagaimana bisa kau bersimpati padanya? Bukankah kau yang memerangkapnya? Lalu sekarang kau mencoba membebaskannya, Eli? Hahahahaha... itu sangat konyol-uhuk! Uhuk!"

Perempuan itu tiba-tiba memuntahkan darah setelah tertawa berlebihan. Ia merangkak di tanah dalam posisi menyedihkan. "Sialan! Tubuh ini bahkan lebih lemah dari gadis kepang kemarin!" Ia lekas melirik Elinus yang bergeming di tempatnya. "Eli, kita sudah kehabisan waktu. Kau harus mengumpulkan semua bahannya di malam bulan baru. Dan..."

Mystika NyctophiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang