Part07

167 76 117
                                    

VOTE DULU YUK SEBELUM BACA!
JANGAN LUPA COMENT!

VOTE DULU YUK SEBELUM BACA!JANGAN LUPA COMENT!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

※※※

Setelah tiba didepan sekolah, gerbang sudah tertutup rapat, Raffa sudah biasa dengan 'gerbang sekolah tertutup berujung hukuman' dan anehnya Raffa tidak pernah merasa bosan meski sering mendapat hukuman karena terlambat.

"Ck sialan." Umpatnya.

Raffa memarkirkan motornya ditempat pemarkiran toko Buku yang ada di samping sekolahnya. Karena gerbang utama sudah di tutup, maka jalan satu-satunya untuk memasuki sekolah yaitu lewat gerbang belakang sekolah yang sudah lama tidak terpakai. Jarang ada siswa- siswi yang melewati tempat itu karena letaknya dekat dengan gudang dan toilet yang sudah tidak terpakai lagi.

Dan lebih parahnya tempat itu Raffa jadikan sebagai jalur keluar untuk membolos sekolah.

Raffa melempar tasnya lewat pembatas gerbang, setelah itu Raffa memanjat gerbang yang lumayan agak tinggi, kemudian dengan cepat Raffa meloncat dari tingginya gerbang sampai ke permukaan tanah.

"Hufttt, akhirnya masuk juga." Raffa membungkuk mengambil tas miliknya yang terpapar di bawah.

Saat Raffa hendak berbalik untuk segera menuju kelasnya Raffa di kejutkan oleh kehadiran Pak Budi yang tiba-tiba ada dibelakangnya. Raffa tersenyum kikuk dan sembari menyapa Pak Budi.

"Pagi pak." Sapanya. "Bapak ngapain disini? Tumben gak ngajar?" Tanya Raffa basa-basi. "Oh saya tau, pasti lagi jamkos ya pak?"

"Sudah saya duga, pasti kamu ada di sini!" Acuh Pak Budi tanpa merespon pertanyaan unfaedah dari Raffa.

"Wih, ternyata bapak selain bisa jadi guru, bapak juga bisa jadi peramal ya." Ucap Raffa mengada-ngada.

Pak Budi sudah memasang wajah yang tak bersahabat. Bisa-bisanya Raffa mengucapkan kalimat itu kepada gurunya, meskipun hanya gurauan tetap saja Pak Budi tak menerima ucapan yang di katakan Raffa.

Pak Budi menarik telinga kanan Raffa. "Bagus ya! Kamu ini udah telat, bukannya ngerasa bersalah, malah ngatain saya!"

"Aaaaduh-,duhh-, ampun pak! Lepasin telinga saya, jangan ditarik dong. Nanti kalo telinha saua jadi lebar gimana?" Keluh Raffa.

"Terus kenapa kalo telinga kamu jadi lebar. Toh bukan urusan saya juga." Pak budi semakin keras menarik telinga Raffa.

"Kalo telinga saya lebar bisa-bisa grafik kegantengan saya bisa menurun. Lagian saya kan cuma telat 15 menit doang pak."

"Telat 15 menit doang pak gak bisa ngerubah pernyataan kamu yang terlambat. Jadi kamu harus tetep harus di hukum." Tegas pak Budi.

Pak Budi membawa Raffa keruang BK tanpa melepas tangannya di telinga Raffa. Meskipun Raffa meminta pak Budi untuk melepaskan telingannya karena kesakitan, tetapi pak Budi tak menghiraukan ocehan yang di katakan Raffa sepanjang jalan.

RAFILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang