Part09

147 55 44
                                    

VOTE DULU YUK SEBELUM BACA!
JANGAN LUPA COMENT!

VOTE DULU YUK SEBELUM BACA!JANGAN LUPA COMENT!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

※※※

Kurang lebih Dua jam dalam perjalanan, mereka memberhentikan motornya tepat di bawah pohon yang besar dan rindang.

"Di sini tempatnya Dra." Tanya Aqilla yang turun dari motor Raffa dan melepas helm nya.

"Bukan." Jawabnya singkat.

"Terus kalo bukan ngapain kita berhenti disini." Kesal Raffa.

"Dari sini kita jalan kaki. Kalo kita naik motor sampe kesana yang ada nanti motor kita mandi lumpur." Balas Andra.

"Jalan?" Devira mengulang kata yang di ucapkan Andra.

"Butuh waktu berapa abad lagi buat nyampe sana sih?!" Komentar Luna.

"Tau tuh, mana pantat gue juga berasa linu gara-gara duduk terus di sepanjang jalan." Ucap Alvaro ikut berkomentar.

"Tumen lo gak ikutan ngeluh." Tanya Aqilla heran pada Raffa.

"Hanya bisa pasrah dan tawakkal." Sahutnya dengan tatapan lurus.

"Muka lo kalo pasrah ternyata lebih keliatan mirip orang yang kehilangan motivasi hidup." Ledek Aqilla.

Raffa yang mendengar dirinya di kata-katai tentu tak terima. "Masih mending gue mirip orang yang kehilangan motivasi hidup, dari pada lo mirip mayat hidup."

Saat Aqilla hendak membalas ucapan Raffa, Devira sudah lebih dulu menyela pembicarann sebelum Aqilla membalasnya lagi.

"Udah Qill, mendingan sekarang kita jalan dari pada nanti pulang kesorean."

Mereka setuju dengan ucapan Devira, meskipun di barengi dengan rasa keterpaksaan. Mungkin

Mereka harus melewati gang-gang kecil untuk meuju daerah yang akan mereka kunjungi.

Saat memasuki area persawahan, mereka melihat dengan sangat jelas pemandangan alam yang amat indah. Ekspresi wajah mereka yang tadinya terlihat lelah dan letih seketika tergantikan dengan ekspresi wajah yang begitu terlihat takjub.

Cuaca hari ini memang terbilang sejuk meskipun di siang hari karena sinar matahari tertutup oleh tebalnya awan putih. Apalagi di daerah sini banyak sekali pepohonan dan berbagai jenis tanaman lainnya.

Mereka berpencar menjadi dua kelompok untuk berkeliling mencari tanah yang cocok agar bisa di jadikan sebagai bahan kerajinan.

Aqilla, Devira dan Luna menikmati suasana yang damai sambil mencari tanah liat yang mereka incar. Sedangkan Raffa, Alvaro dan Andra duduk bersantai tanpa sepengetahuan Aqilla dan yang lainnya.

"Baru tau gue di daerah kayak gini ternyata lebih nyaman dari pada di kota." Ujar Alvaro yang duduk di atas tanah kering bersama kedua temannya.

"Mangkanya Al, jadi orang tuh jangan terlalu kudet bin katro. Contoh dong gue, masih muda udah sering menjelajah alam." Puji Andra pada dirinya sendiri dan malah meledek Alvaro.

RAFILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang