1 - 3

191 46 6
                                    

Kursi-kursi berjejer rapi sebanyak lima buah. Meja makan bulat dilapisi dengan sebuah kain klasik. Memang tema hotel di salah satu pulau Guam adalah klasik. Musik-musik klasik mengalun indah, memenuhi indera pendengaran, membuat siapa saja yang mendengarnya akan terbuai dengan buana.

Pelayan-pelayan yang memakai baju seperti pelayan ratu dan raja mondar-mandir membawa makanan, dan minuman. Lima orang yang sudah menjadi keluarga--walaupun belum saling kenal, duduk disepanjang kursi. Makanan-makanan berjejer rapi di atas meja bundar tersebut.

"Kita punya waktu dua hari untuk berlibur, jadi ... kalian akan ke mana?" Athar Volta--selaku ketua OCIO I.

"Mungkin ... Aku hanya akan merawat diriku sebelum melakukan ekspedisi ini." Mola Bell--wanita muda yang memiliki warna bola mata coklat dan rambut sebahu itu hanya mengangkat bahunya acuh. Sepertinya Mola bukan tipe wanita yang suka jalan-jalan seperti wanita lainnya.

"Aku akan berburu makanan lokal Guam, itu lebih mengasyikkan dari pada hanya diam di hotel." Bentala Cakrawala--penyelam handal asal Indonesia yang direkrut Jasson Vescovo. Orion manggut-manggut.

"Membaca buku lebih dari cukup." Taksa Buana--lelaki asal Indonesia yang juga direkrut oleh Jasson Vescovo.

"Aku mungkin akan tidur seharian, atau membaca blog." Orion tersenyum canggung, rasanya jawabannya tadi seperti menggambarkan dirinya adalah manusia pemalas. Sejauh yang Orion tangkap, mereka seperti tidak tertarik dengan makan malam ini, kalau boleh jujur ia juga merasakan hal yang sama.

Mengedarkan pandangan lebih jauh, mereka akan melihat orang-orang elit yang sedang makan atau sekedar berbincang-bincang tentang bisnis atau beberapa keluarga yang sedang makan malam bersama. Satu pelayan datang menghampiri meja Orion dan teman-temannya.

"Permisi Tuan dan Nyonya, ada beberapa wartawan yang menunggu kalian di depan." Ucap sang pelayan. Sepertinya beberapa wartawan tersebut menyewa salah satu pelayan hotel ini untuk menyampaikan pesan.

"Untuk apa?"

"Mereka meminta pendapat kalian tentang konferensi pers yang diadakan oleh Tuan Jasson Vescovo."

Dua jam yang lalu.

Ruangan putih dengan meja panjang di depan dan mikrofon yang berjejer rapi menjadi sorotan wartawan. Pintu sisi kiri terbuka, tampak Jasson Vescovo yang berjalan ke arah meja untuk mengadakan konferensi pers. Para kameramen mulai menyorot Jasson Vescovo.

"Kami sengaja membuat konferensi pers. Kru-kru kami yang datang dari Indonesia dan Amerika Serikat adalah penyelam handal yang akan melaksanakan misi." Jasson berdehem sejenak. Puluhan kamera menyorot dirinya. "Misi untuk mengeksplor Palung Mariana."

"Katakan pada mereka bahwa kami tidak tahu apa-apa tentang konferensi pers yang Jasson adakan." ucap Athar, ia mengambil dua lembar uang dan memberikannya kepada pelayan tadi. "Ambil ini. Suruh mereka pergi." Pelayan itu mengangguk, raut wajahnya nampak bahagia karena mendapat uang.

"Baik Tuan, saya permisi."

"Kau tahu tentang konferensi pers itu?" Mola menatap Athar yang bergerak gelisah.

"Tidak, tapi apakah harus Jasson melakukan konferensi pers itu? Kurasa konferensi pers itu tidak terlalu penting." Athar berdehem sejenak dan kembali memakan makanan penutup.

"Kau seperti tidak tahu Jasson saja, pria itu setiap memiliki misi baru atau kedatangan kru baru ia akan melakukan konferensi pers." Mola memotong daging sapi yang diasapi dan dibalur dengan bumbu barbeque dan memakannya.

"Aku baru tahu." balas Athar.

"Kalian lihat wajah pelayan tadi? Ia tampak senang karena mendapat double tip,"

***

Orion melamun di depan cermin, rambut yang sedikit berantakan tak mengurangi ketampanannya, ia menatap dalam netra hitam yang dipantulkan cermin. Setiap kali ia melihat matanya, ia merasa sedang melihat Ibunya. Wanita itu yang selalu ia rindukan. Berbekal foto Ibunya, ia bisa melihat wajah cantik yang melahirkannya itu, wanita itu meregang nyawa saat melahirkan Orion Wilson.

Orion memutar tubuhnya, mengambil beberapa oleh-oleh yang ia beli untuk anggotanya, satu hari sebelum keberangkatannya ia sengaja membeli oleh-oleh.

Satu hari sebelum keberangkatan Orion Wilson.

Orion menatap rak-rak yang berjejer rapi. Toko oleh-oleh ini menjual beberapa makanan daerah dari Indonesia selain menjual oleh-oleh, toko ini juga menjual makanan ringan. Lelaki itu mengambil beberapa makanan daerahnya dan menaruhnya ke dalam keranjang yang ia pegang sedari tadi.

"Ayah ingin beli apa?" Orion memutar balik tubuhnya ke arah lelaki paruh baya yang sibuk menatap tatanan keripik pisang yang sudah digoreng dan diberi bumbu.

"Keripik ini, sudah lama Aku tak memakannya." Orion mengangguk dan mengambil beberapa keripik pisang.

"Pilih sesuka Ayah saja, Aku akan membayarnya." Abian tertawa, tawanya membawa kehangatan direlung hati anak lelaki itu.

"Sudah dewasa ya." Abian menepuk pundak anaknya, ia bangga bisa memiliki anak seperti Orion.

"Tentu. Ayah yang mengajariku."

Orion melangkah ke luar ia melirik salah satu kamar yang berhadapan dengannya. Setelah mengambil nafas dalam-dalam ia mengetuk pintu itu. Mola keluar dengan masker diwajahnya, membuat Orion sedikit terperanjat dari tempat ia berpijak.

"Kau mengagetkanku," Katanya. "Aku membawa oleh-oleh dari negara asalku, terimalah ini sebagai tanda pertemanan kita." Orion menyerahkan oleh-oleh yang ia beli.

"Maaf tentang maskerku, terimakasih."

"Aku permisi dulu, ingin memberikan hal yang sama ke Ketua kita juga." Mola mengangguk. Lelaki itu berjalan ke arah kamar Athar.

Wanita itu menutup pintu dan kembali atas kasur--tempat favoritnya. Ia mengambil ponsel dan menelfon Ibunya kembali.

"Maaf Bu, temanku datang secara tiba-tiba tadi, jadi Aku matikan ponselku." Mola menggigit kuku-kuku jarinya, takut kalau Ibunya akan memarahinya.

"Ya. Ibu mengerti kau sudah makan?" Mola menghela nafas lega, bahkan Ibunya tidak memarahinya.

"Sudah, tadi Aku makan bersama dengan timku. Bagaimana dengan Ibu?"

"Belum, kalau begitu Ibu tutup dulu, takut Ayahmu marah jika Ibu makan telat, selamat malam sayang."

"Selamat malam." Panggilan telfon terputus secara sepihak, Mola merebahkan tubuhnya di kasur dengan perasaan lega. Ibunya tipe orangtua yang sangat memperhatikan anaknya, apa lagi soal pekerjaan. "sayang kalian!"




[ M A R I A N A  T R E N C H ]




Terimakasih telah membaca cerita ini, saya tahu cara kalian menghargai seorang penulis. Luangkan waktu sejenak untuk meninggalkan jejak berupa bintang-🌟 itu akan sangat membantu saya dalam berkarya. Jangan mengcopas cerita ini, saya tidak mengizinkan siapapun untuk mengcopas cerita saya. Terimakasih.

Sabtu, 27 Maret 2021. [Draf]

Minggu, 4 April 2021. [Publish]

Mariana Trench [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang