2 - 8

61 29 1
                                    

Helikopter mengudara membelah langit yang masih sedikit gelap. Udara berhembus dengan kencang, ombak-ombak di bawah saling beradu membuat suaranya tak luput dari pendengaran. Perjalanan masih cukup jauh untuk ke pangkalan penelitian. Matahari naik perlahan. Deru baling-baling heli membelah suara-suara ombak yang berada di bawah.

Tiga puluh lima menit berlalu pangkalan penelitian kian dekat, membuat lekungan dibibir mereka semakin tertarik ke atas. Orion menyipitkan matanya karena melihat heli semakin terbang tinggi ke atas. Lelaki itu membuka sabuk pengaman yang melingkar di tubuhnya ia berjalan ke arah ruang kendali heli.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Athar. Orion mengabaikan lelaki itu dan mengetuk pembatas kokpit ruang kendali heli Seseorang keluar dari dalam, dia lelaki tadi.

"Mengapa heli ini terbang dengan sangat tinggi?" Wajahnya tampak pucat. Membuat Orion gelagapan. "ada apa Brown? Kau tidak melihat hantu bukan?"

"Ada yang membajak heli ini," suaranya memelan. Orion melotot ke arah Brown.

"Jangan bercanda bung, Aku tidak suka, siapa yang akan membajak heli ini? Dan untuk apa?"

"Aku tidak tahu, heli ini dibajak lima menit yang lalu dan sesaat setelah kita terbang melewati lepas pantai heli ini juga dibajak namun, dapat diambil kembali,"

Orion mengusap wajahnya gusar. "Katakan kalau kau berbohong,"

"A-aku tidak berbohong, Pilot kami sedang berusaha mengambil kendali heli ini. Aku harap berhasil,"

"Memangnya kenapa kalau tidak berhasil?"

"Kita akan berputar di atas sini sampai bahan bakar habis," Brown terduduk lemas di lantai heli. Membuat yang lainnya panik karenanya.

"Kau kenapa?! Kenapa duduk di sini?!" Athar datang dengan tidak santainya, ia menatap wajah keduanya bergantian. "Apa yang kau lakukan kepada Brown?!" Athar melotot ke arah Orion, membuatnya sedikit mundur dari pijakannya.

"B-bukan Aku! Tanyakan saja kepadanya!" Orion menatap Brown menuntut penjelasan dari lelaki itu.

"H-heli dibajak,"

"Apa yang kau katakan?" Athar berjongkok menyamakan tinggi keduanya.

"Heli dibajak," ia mengulangnya kembali.

Lelaki itu berdiri ia membuang nafas kasar. "Bagaimana bisa?!" Athar panik setengah mati, peluh membasahi tubuhnya.

"Seseorang meretas sistem kendali heli,"

"Ada apa? Kenapa kalia--"

"Diamlah Mola, heli kita dibajak! Pantas saja lama sekali kita mengudara di atas sini!"

Taksa, Bentala dan Mola dibuat kaget karena Athar. Mola menatap sengit ke arah Brown, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling. "Bagaimana bisa?!"

"Sistem kendali heli diretas," Orion menjawab dengan gusar, Mola terduduk di lantai.

"K-kita akan mati?"

"Diamlah, kita tidak akan mati konyol di sini."

Orion bergerak membuka pembatas kokpit. Ia masuk dan menatap pilot dan kopilot bergantian.

"Bagaimana?"

"Masih kami usahakan, bersabarlah." Lelaki berusia tiga puluh sembilan tahun itu tetap fokus.

"Bagaimana bisa bersabar?! Kami bertaruh nyawa di sini!" Mola berteriak kesal.

"Tenanglah, bukan kita saja yang bertaruh nyawa di sini, pilot, kopilot, Brown. Kita semua," Taksa berusaha menenangkan Mola. Wanita itu terduduk di kursi, sedangkan Bentala berusaha menurunkan amarah wanita itu dengan cara mengipasi Mola dengan sarung tangan miliknya, walaupun ia tahu cara itu tidak akan berhasil.

"Untuk para penumpang silakan kembali ke tempat duduk dan pakai sabuk pengaman, kami akan melakukan manuver balik."

Semuanya bergerak menuju tempat duduk, helaan nafas terdengar sampai ke indera pendengaran Orion. Lelaki itu mengencangkan sabuk pengaman pada tubuhnya. Taksa merapalkan doa-doa, ia jadi teringat dengan Ibunya ketika disaat-saat seperti ini.

"Aku akan matikan pengatur autopilot, kau bersiaplah," lelaki itu mengangguk. "satu, dua, tiga, tahan!"

Tombol autopilot telah dimatikan, disusul cepat suara dengung mesin heli. Tuas setir telah ditahan kopilot.

"Kita turunkan ketinggiannya menjadi satu kilo meter di atas permukaan laut," kopilot mengangguk. Tangan kiri pilot perlahan mendorong turun tuas pengatur tinggi. Helikopter merespon dengan bergerak turun ke bawah, helikopter terus turun merendah sampai batas yang ditentukan. Pilot kembali mengambil alih kendali dari kopilot ia memajukan tuasnya lalu menggeser ke arah kiri. Lekungan terbit dikedua wajah pria itu.

Orion merasakan dirinya seperti sedang menaiki lift, lelaki itu menoleh ke jendela heli, ombak-ombak biru saling beradu di bawah sana, tampaknya pagi ini angin sangat kencang, ia memalingkan wajahnya ketika merasakan dentuman seperti ada yang menahan beban heli.

Heli melaju memutar balik ke arah tujuan. Belum sampai lima menit memegang kendali terdengar suara alarm yang membuat pilot dan kopilot melotot. Tampilan layar di depan keduanya mendadak error. Layar kembali menyala, namun ada yang aneh, layar menampilkan deretan kode dan angka-angka yang berjejer rapi, yang tak dapat dimengerti pilot dan kopilot. Kembali muncul pemberitahuan, lelaki itu menggeleng lemah kepada temannya.


[ M A R I A N A  T R E N C H ]


Terimakasih telah membaca cerita ini, saya tahu cara kalian menghargai seorang penulis. Luangkan waktu sejenak untuk meninggalkan jejak berupa bintang-🌟 itu akan sangat membantu saya dalam berkarya. Jangan mengcopas cerita ini, saya tidak mengizinkan siapapun untuk mengcopas cerita saya. Terimakasih.

Rabu, 31 Maret 2021. [Draf]

Minggu, 4 April 2021. [Publish]

Mariana Trench [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang