2 - 7

75 31 8
                                    

Bandara.

Pelayan restoran mondar-mandir membawakan makanan, dan minuman. Beberapa ada yang membersihkan meja makan dan membawa peralatan makanan yang kotor ke dalam. Orion menggesturkan badannya agar tetap tegap, ia masih menyimak apa yang dikatakan Jasson Vescovo dan Nobal Risto, mereka berbincang-bincang kecil.

Orion mengambil sesendok puding coklat vanila dan memakannya dengan lahap, sesekali ia menuangkan susu kental ke dalam puding agar menambah cita rasa. Indera pendengarannya tetap fokus kepada Jasson dan Nobal.

"Saya akan membentuk tim bernama OCIO I. Kalian berlima adalah anggota, untuk ketua dan wakil sudah saya tentukan," katanya. Orion manggut-manggut sambil sesekali merapikan rambutnya.

"Apapun keputusan Anda, akan kami terima," jawab Mola.

"Ya. Dengan hormat saya meminta kebersediaan Athar Volta sebagai ketua OCIO I dan Orion Wilson sebagai wakil."

"Tentu Jasson."

Pagi-pagi sekali Athar sudah membangunkan teman-temannya, ia mendatangi kamar mereka satu persatu, membuat Taksa yang baru saja menyelesaikan ibadahnya keluar dengan sarung dan baju koko yang membalut tubuhnya. Athar sampai harus meminta maaf karena telah mengganggu lelaki itu sedangkan Taksa hanya menanggapinya dengan senyuman. Bentala, pria itu sudah rapi selepas sholat subuh. Ia memandangi dirinya di depan cermin dengan lekungan di ujung bibirnya.

"Bismillahirrohmannirohim! Semoga megaladon hanya mitos." Bentala bergerak ke arah pintu, ia meneliti sekitar lorong hotel lantai tiga. Saat ia menoleh ke arah kamar Orion lelaki itu keluar dengan setelan jas yang sama seperti kemarin, ia melempar senyum kepada Bentala. "Selamat pagi," Bentala menyapa Orion.

"Selamat pagi, heli akan tiba pukul enam nanti, kita akan makan di bawah terlebih dahulu." Bentala manggut-manggut, ia berjalan mengikuti langkah Orion yang akan turun ke lantai satu.

"Baik, jadi bagaimana perasaanmu?" Orion mengerutkan keningnya bingung, namun detik berikutnya ia menyamai langkah Bentala.

"Sangat baik, kita akan menjadi orang  kelima yang mendarat di palung mariana." Katanya sambil tetap fokus ke depan.

Bentala berdehem sejenak. "Kau tak takut?" pertanyaan Bentala membuat Orion tertawa geli.

"Apa yang harus ditakutkan?" Orion balik bertanya, sisa-sisa tawanya masih meluncur mulus dari mulutnya.

"Kau tahu mitos tentang megaladon?" Bentala sedikit berbisik ke arah Orion.

Lelaki itu menyipitkan matanya, dan kembali tertawa. "Hei bung, itu hanya mitos. Sejauh ini belum ada yang menemukan megaladon secara hidup-hidup."

"Aku hanya takut makhluk itu tiba-tiba muncul dan menyerang," Bentala bergidik ngeri.

Lelaki itu menekan tombol lift, menunggu beberapa detik dan pintu besi itu terbuka keduanya masuk secara. Orion menggeleng. "Kau terlalu parno."

Beberapa buah-buahan tersusun rapi di tengah-tengah meja makan. Pelayan-pelayan sibuk membuat pesanan pelanggan yang mengantri. Athar dan lainnya duduk rapi dikursi yang diletakkan di samping meja bundar. Staf-staf hotel berlalu-lalang untuk mengambil pesanan makan pagi mereka.

"Kapan makanan kita datang?" Athar menatap ke arah dapur restoran, ia memfokuskan kedua netranya.

"Sebentar lagi, kau tak lihat pelanggan yang datang lebih dulu dari kita? Mereka sangat banyak," kata wanita itu. Mola menopang dagunya dengan kedua tangannya, netranya sibuk melihat-lihat pelanggan yang berlalu-lalang.

Lima belas menit menunggu membuat Athar hampir mati, karena menahan umpatan-umpatan untuk koki-koki restoran. "Terimakasih, walaupun kau hampir membuatku mengacak seluruh isi restoran ini." Athar meneguk segelas air dingin agar mendinginkan kepalanya.

"Jangan begitu, kau tak kasihan melihat wajah pelayan tadi?" Bentala melirik Athar sekilas dan mulai memakan makanan yang ada di hadapannya.

"Makan yang cepat, heli akan datang sepuluh menit lagi," Orion menutup ponsel miliknya. Lelaki itu mengambil sendok dan garpu, memotong daging dan memasukkannya ke dalam mulut.

"H-heh?! Kita tidak bisa makan secepat itu!" Athar menggerutu kesal.

"Ya, tinggal sisakan saja nanti,"

"Aku masih lapar tahu!" Mola menatap makanan yang berjejer rapi.

"Siapa suruh kau berjanji pada Jasson," ucap Taksa, ia melirik Athar dengan ekor matanya tanpa berminat.

"Aku hanya berusaha untuk menjadi pemimpin yang disiplin dengan waktu," balas lelaki itu.

"Ya, ya, ya! Cepat makan, lima menit lagi helikopter akan mendarat di atas." Orion meraih tisu dan melap bibirnya dari sisa-sisa makanan. "Aku akan ke atas terlebih dahulu, sampai jumpa."

Kedua kaki jenjang miliknya membawanya ke arah lift. Ia menekan tombol lift dari luar agar terbuka. Setelah terbuka ia masuk sendiri ke dalam. Menegakkan tubuh dan berusaha tenang, ia sedikit gugup. Pintu besi itu terbuka, cahaya lampu masuk dari sela-sela pintu. Badan tegapnya berjalan keluar, kaki jenjangnya membawanya ke arah landasan helipad mini yang terletak dilantai paling atas hotel.

Pintu besi menjulang tinggi setinggi dua meter. Tangan kananya meraih knop pintu, cahaya matahari yang perlahan naik menorobos masuk ke dalam koridor hotel lantai atas. Belum setengah terbuka Orion sudah menghentikan aktifitasnya.

Orion mempererat cengkeramannya diknop pintu besi itu, ia menarik nafas dalam-dalam dan membuka pintu. "Selamat pagi." Orion berjalan mendekati keduanya.

"Selamat pagi Tuan," lelaki itu tampak melihat ke arah belakang Orion. Lelaki itu juga mengikuti ke arah tatapannya.

"Mereka sedikit lagi akan sampai," Orion paham dengan apa yang lelaki itu lakukan. Ia mengangguk, sebagai jawaban, pria itu mengkode pilot heli untuk menunggu sedikit lagi.

[ M A R I A N A  T R E N C H ]

Terimakasih telah membaca cerita ini, saya tahu cara kalian menghargai seorang penulis. Luangkan waktu sejenak untuk meninggalkan jejak berupa bintang-🌟 itu akan sangat membantu saya dalam berkarya. Jangan mengcopas cerita ini, saya tidak mengizinkan siapapun untuk mengcopas cerita saya. Terimakasih.

Selasa, 30 Maret 2021. [Draf]

Minggu, 4 April 2021. [Publish]

Mariana Trench [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang