Pada kedalaman 1.100 meter, terdapat West Mata salah satu gunung api terdalam di dunia. Erupsi terakhir West Mata terjadi pada tahun 2009 dan peristiwa ini berhasil didokumentasikan.
Dasar laut secara umum telah dilalui. Kapal selam PTJ 02 telah mencapai rata-rata kedalaman samudra di dunia. Tim OCIO memasuki zona tengah malam.
"Memasuki zona abisal," kata Lepez. "Sistem mendeteksi adanya pergerakan yang sangat cepat," Athar tersentak dari lamunannya. Ia menatap sesuatu yang mendekat ke arah kapal selam PTJ 02. Pergerakannya sangat cepat, tiga puluh detik setelah Lepez melapor sesuatu menghantam kapal selam mereka dengan kuat.
"Oh tidak, apa itu tadi?" Mola memegang ke salah satu sisi kapal agar tidak terhuyung.
"Matikan lampu diluar!" perintah Athar, ia menatap sesuatu yang bergerak makin jauh dari kapal. "Jasson, ada yang menyerang kapal selam kami,"
"Kalian melihatnya?" tanyanya di seberang.
"Tidak,"
"Luce, apa kalian menaruh kamera di badan kapal selam?" tanya Jasson. Wanita itu mengangguk. "Buka rekaman beberapa menit yang lalu, ada yang menyerang kapal selam PTJ 02,"
"Alat mendeteksi adanya pergerakan disekitar kapal selam," lapor Gwen, ia sibuk melihat kurva yang naik turun.
"Kamera menangkap sesuatu, kurus dan putih seperti zombi," Luce memperlihatkan rekaman beberapa menit yang lalu, pergerakan yang cepat membuat kamera hanya menangkap bayang-bayang tubuhnya saja. Jasson mendesah kecewa.
"Periksa sistem kapal," kata Jasson.
"Sistem bekerja dengan baik, tidak ada yang rusak," jawab Gwen setelah memeriksanya.
"Kapan kita akan sampai?" tanya Taksa dari belakang.
"Tidak tahu. Pada kecepatan ini Aku akan menukar daya dengan pemanas. Dan matikan semua yang bisa dimatikan," balas Orion. "kita akan sampai lebih cepat. Semoga saja,"
Kiel Smith terbaring di lantai kapal selam. Ia menatap kedua temannya bergantian. Pusing menyerang kepalanya sesekali ia meringis karena kesakitan.
"Apa kalian bisa melihat sesuatu?" tanya Kiel. Darah dipelipisnya hampir mengering.
"Tidak ada apapun di sini. Gelap dan ...," Johnson menggantungkan kalimatnya. Matanya bergerak lincah menatap ke luar, sejauh memandang hanya ada kegelapan, lampu-lampu yang diluncurkan mati entah siapa yang menghancurkannya.
"Menakutkan," kata Edgar, ia memutar tubuhnya. "duduklah, Jasson pasti mengirim tim penyelamat, kita akan selamat,"
"Ya. Semoga saja," balas Johnson. "semoga dia memikirkan kru-krunya di bawah sini."
"Tenanglah, kita akan selamat," Edgar berusaha berdiri. "Aku akan memperbaiki sistemnya, dengan begitu komunikasi bisa saja tersambung, Kiel kau istirahatlah." Edgar berjalan ke belakang sambil membawa obeng.
"Aku tidak akan istirahat dengan tenang jika ada makhluk yang meneror kapal selam ini. Kita bisa saja mati,"
"Jangan parno begitu. Kau yang membawa Aku dan Johnson ke bawah sini dan malah kau yang khawatir," Kiel terkekeh.
"Aku masih ingin hidup tahu!" balas Kiel.
"Bukan kau saja yang ingin hidup," Edgar menyambungkan dua kabel sehingga membuat percikan api keluar dari dalamnya. "Waw. Coba sekarang,"
Kiel berusaha bangkit walaupun kepalanya rasanya akan pecah. Lelaki itu menekan beberapa tombol yang berada di dinding kapal. "Uh. Daya bantunya kembali," beberapa lampu kembali menyala, membuat lorong kapal menjadi lebih terang dari sebelumnya, walaupun hanya remang-remang. "Pemanasnya juga aktif. Tapi tak mungkin kita menyalakan mesinnya,"
Johnson menekan beberapa tombol di beberapa alat yang mirip dengan tablet. "Ini lebih baik," Johnson menyandarkan tubuhnya setelah menyalakan semua lampu.
"Tidak," Kiel menatap dingin ke arah lelaki itu.
"Apa yang kau lakukan Johnson?!" kata Edgar panik.
"Apa?" tanyanya.
"Kita tidak bisa menyalakan lam--"
"Kita dalam bahaya," sela Kiel. Dentuman lebih keras kembali terjadi, tubuh Kiel terpental ke atas menabrak atap kapal selam dengan cukup keras dan terjatuh ke bawah. Sistem kembali terganggu. Lorong kapal menjadi gelap, Johnson meringis ketika pantatnya mendarat dengan keras sedangkan Edgar sedikit terbentur di bagian kepalanya.
"Sudahku bilang jangan nyalakan lampu!" kesal Kiel, tubuhnya terasa seperti baru diinjak-injak oleh gajah. Darah kembali mengalir walaupun sedikit. Johnson meringis ketika Kiel dan Edgar mengomel padanya.
"Sudah! jangan marah-marah lagi. Kalian mau memancing makhluk itu ke sini dengan suara cempreng kalian?!" Johnson jadi kesal sendiri.
"Memangnya dia punya telinga?!" Edgar bertanya dengan tidak santainya.
"Manaku ... sialan!" Makhluk itu kembali menabrakan dirinya ke badan kapal, membuat kapal besi itu kembali terguncang hebat.
"Diamlah!" ucap Kiel setengah berbisik, lelaki itu menekan kembali pelipisnya agar darah tidak terlalu banyak keluar. Bagian kepala adalah bagian sensitif pada tubuh. "jangan buat makhluk itu kembali menabrak badan kapal. Badanku hampir remuk!"
Edgar dan Johnson saling bersitatap, mereka diam, tak berani bersuara. Kiel mencari tempat ternyaman untuk mengistirahatkan dirinya sementara selama menunggu bala bantuan datang.
"Aku akan tidur sebentar, kuharap kalian tidak menimbulkan masalah selama Aku masuk ke alam mimpi,"
"Tidak akan ada masalah Kiel," kata Edgar. "iya kan John?" Lelaki itu menyenggol Johnson yang duduk di sebelahnya.
"Ya. Tenang saja, semua akan aman sampai tim penyelamat datang," jawab Johnson.
"Semoga saja mereka datang,"
[ M A R I A N A T R E N C H ]
Terimakasih telah membaca cerita ini, saya tahu cara kalian menghargai seorang penulis. Luangkan waktu sejenak untuk meninggalkan jejak berupa bintang-🌟 itu akan sangat membantu saya dalam berkarya. Jangan mengcopas cerita ini, saya tidak mengizinkan siapapun untuk mengcopas cerita saya. Terimakasih.
Jumat, 2 April 2021. [Draf]
Minggu, 4 April 2021. [Publish]
KAMU SEDANG MEMBACA
Mariana Trench [Completed]
Science FictionTim cadangan yang direkrut Jasson Vescovo terjebak di palung mariana sehingga harus dilakukan misi penyelamatan. Misi penyelamatan itu lah yang menjadi kisah yang penuh dengan tantangan manusia. Ditulis pada tanggal, 27 Maret 2021. Dipublish pada t...