3 - 13

58 27 1
                                    

"Kiel, ayolah," Jasson menatap layar yang menggelap. "Johnson, bisa dengar Aku?" Jasson mengusap wajahnya gusar. "Kiel. Tolong tanggapi." Jasson Vescovo berbalik. "Berkumpul semua." Jasson memberi aba-aba.

Orion duduk dengan Athar, di depannya Jasson sedang gusar. Semua mata melihat ke arahnya, menunggu keputusan kepala Oceanographic Scientific Oraganization (OCIO).

"Sangat buruk," Mola bergumam.

"Jangkarnya macet yang artinya tak bisa naik sendiri. Jika kita mencoba menariknya, hasilnya tangkinya bisa meledak," Gwen mengusap peluh yang membanjiri pelipisnya. "Kamera eksternal menampilkan kerusakan pada palka,"

"Kita harus mencoba sesuatu," kata Luce. "seseorang harus turun ke sana," katanya lagi.

"Sejauh ini belum ada yang melakukan misi penyelamatan di bawah 10,000 meter."

"Kita akan mencobanya," Jasson memijit pelipisnya yang terasa pusing, kru-krunya berada di bawah sana. "OCIO I yang akan melakukan misi penyelamatan ini."

Orion menganga dibuatnya, ia menatap Athar. "Kami belum pernah melakukan misi penyelamatan Jasson," ucap Orion.

"Kalian akan melakukannya," katanya. "kalian adalah satu-satunya harapan kami."

Orion menyisir rambutnya ke belakang dengan tangan kirinya. Menatap hamparan laut yang menari-nari di bawah sana. Tubuhnya diapit oleh Mola dan Athar. Melakukan misi penyelamatan secara tiba-tiba bukanlah cita-cita Orion, ia ke sini bukan untuk itu. Bentala dan Taksa muncul dari arah belakang, memakai setelan yang sama dengan ketiganya.

"Aku percayakan sepenuhnya kepada kalian," Jasson menepuk pundak Athar dan Orion. "Buka palkanya!" Suara Jasson seakan tertelan bunyi angin. Mola mengikat rambutnya ke atas, permukaan wajahnya tersapu angin.

"Athar, kau masuk lebih dulu dari kami," Mola berdiri di tepi kapal dengan senyuman. Lelaki itu mengangguk dan masuk ke dalam kapal, setelah itu baru disusul keempat temannya.

Athar menekan tombol kecil dialat itu. "Kami sudah di dalam!"

Mereka tetap memakai alat komunikasi kecil yang dipasang ditelinga. Orion mengambil nafas dan duduk berhadapan dengan Mola. Athar yang akan memegang kendali kapal, sedangkan Taksa dan Bentala hanya perlu siaga.

"Athar, Aku sengaja menyiapkan alat penyelam di dalam kapal. Semua alat cukup untuk kalian semua," itu suara Jasson.

"Terimakasih Jasson. Kami akan menggunakannya dalam keadaan terdesak," katanya.

"Peluncuran PTJ 02 kurang dari lima belas detik," info Luce. Athar menghela nafas dan memegang tuas kendali dengan kuat, peluh membasahi badannya.

"Tak apa. Santai saja," Mola menepuk pundak tegap Athar. Setelah hitung mundur kapal selam PTJ 02 berhasil diluncurkan. Riak-riak air menyambut mereka, kapal mereka masih setengah di dalam laut.

"Sistem bersiap untuk turun." Suara wanita kerobot-robotan terdengar.

"Siapa lagi ini?"

"Panggil Aku Lopez,"

Athar menekan tuas kendali ke depan. "PTJ O2 berhasil diluncurkan," suara Lopez terdengar menggema di dalam kapal selam. Lelaki itu melepas tuas kendali dan memutar kursi yang ia duduki.

"Matikan semua sistem yang tidak penting, kita tidak punya banyak waktu," kata Athar.

"Kita akan pingsan," ucap Mola.

"Tidak akan. Percaya padaku." Athar menarik nafas gusar. "Aku sudah pernah melakukan hal seperti ini,"

"Baiklah, akanku matikan pemanas dan dukungan daya pada motor."

"Kita tidak punya banyak waktu di sini. Mereka dalam bahaya,"

"Apa mereka mendengar perbincangan kita?" tanya Orion.

"Tidak, selagi kau tidak menekan tombol kecil di alat itu dan tombol komunikasi di sebelah sana," Orion mengangguk.

"Kiel dan teman-temannya diserang manusia," ucap Orion sambil melirik ke arah kamera yang terpasang di belakang Athar.

"Manusia?!" Mola memekik dari tempatnya. Matanya beralih pada Taksa yang duduk berhadapan dengan Bentala.

"Ya. Manusia," akui Taksa.

"Mustahil ada manusia yang bisa menyelam sampai ke dalam palung tanpa alat apapun," kata Athar frustasi.

"Tentu bisa. Apa rekaman dari robot Alpha tidak cukup untukmu?" Orion menyandarkan punggungnya.

"Dia bukan manusia biasa," itu suara Bentala.

"Maksudmu?"

"Makhluk yang kita lihat tadi adalah manusia yang bermutasi," Bentala memiringkan kepalanya. "Aku sering melihat makhluk-makhluk seperti itu difilm-film."

"Oh Tuhan. Maksudmu mutan itu benar-benar ada?" Mola memijit pelipisnya yang mulai pusing memikirkan semuanya. "jadi, Thomas juga--"

"Thomas tertarik dalam pusaran yang mutan itu buat, kami tidak bisa menyelamatkannya," sela Taksa. "Aku dan Orion melihat mutan itu muncul dari dalam air membawa tubuh Thomas pergi,"

"Panjang tubuhnya dua meter, memiliki kulit seperti baja, keras dan pucat seperti mayat hidup," tambah Orion.

"Ini buruk. Dia bukan kanibal bukan?"

"Aku tidak tahu," balas Orion. Athar memutar kursinya.

"Diamlah." Athar menekan tombol pada samping telinganya. "Sampaikan pada Kiel kami tidak akan terlambat." dari layar, mereka berlima bisa melihat Jasson dan timnya.

"Tekanan darah kalian menurun," info Luce dari sana.

"Tak apa," balas Athar.

"Kapal selam PTJ 02 memasuki zona tengah malam. Tekanan di sini sangat besar, jika kamu berada di sini tanpa kapal selam, kamu akan remuk hanya dalam dua detik," itu suara Lopez. Mereka saling bersitatap, seakan tahu pikiran masing-masing.




[ M A R I A N A  T R E N C H ]




Terimakasih telah membaca cerita ini, saya tahu cara kalian menghargai seorang penulis. Luangkan waktu sejenak untuk meninggalkan jejak berupa bintang-🌟 itu akan sangat membantu saya dalam berkarya. Jangan mengcopas cerita ini, saya tidak mengizinkan siapapun untuk mengcopas cerita saya. Terimakasih.

Jumat, 2 April 2021. [Draf]

Minggu, 4 April 2021. [Publish]

Mariana Trench [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang