3 - 15

68 28 2
                                    

Bagian terdalam dan tergelap disekitar samudra. Secara resmi palung ini dimulai dari kedalaman 6.000 meter. Tempat ini adalah tempat yang paling tidak tereskplor dan tempat yang paling diminati oleh para ilmuwan dan petualang. Termasuk tim OCIO I. Direkrut oleh Jasson Vescovo adalah mimpi bagi Orion dan teman-temannya.

"Aku akan menuju kapal PTJ," sinar lampu menerangi kapal selam PTJ, ia dapat melihat kapal selam yang ditumpangi Kiel dalam keadaan mengenaskan. Athar menurunkan tuas secara perlahan, mendekat ke arah badan kapal yang berada di bawahnya.

"Jangkauan ke target, dua meter," suara Lepez terdengar.

"Taksa, Bentala kalian bersiaplah," kata Orion. Dengan hati-hati Athar menyambungkan kapal selam PTJ 02 dan PTJ. Bunyi besi terdengar, lelaki itu bangkit dari kursinya.

"Ekstraksi air selesai," kata robot wanita itu. Taksa dan Bentala menuju palkan dan membukanya. Taksa mengambil alat yang dapat memisahkan ganggang palkan dari tempatnya. Setelah itu ia mengambil alat yang dapat membuka palkannya. Bentala memompa alat itu dengan tenagannya. Taksa menyerahkan kunci yang berukuran cukup besar kepada Bentala. Lelaki itu memukul palkan PTJ.

"Mereka datang!" Edgar memekik, dan berjalan ke arah tangga, ia mendorong palkan dari bawah, pintu besi itu terbuka. Air sempat membasahi tubuhnya. Lelaki di seberang sana tersenyum.

"Kami datang," katanya. Johnson muncul dengan Kiel di dekapannya, darahnya mengucur terus menerus sehingga meninggalkan noda darah di bajunya dan Johnson.

"Ulurkan tanganmu Kiel!" ucap Taksa. Ia menarik tubuh Kiel dibantu oleh Edgar yang mendorong tubuhnya dari bawah.

"Sialan, berat sekali tubuhmu Kiel!" kesal Edgar setelah lelaki itu di tarik ke atas oleh Taksa dan Bentala.

"Dia akan kehabisan darah! Mola, ambil kotak P3K yang berada di sana. Dan Balut kepala Kiel!" perintah Bentala.

"Pegang tanganku Edgar!" Taksa menarik tubuh Edgar hingga melewati palkan. Ia menarik nafas dalam-dalam.

"Jangan buat kebisingan! Makhluk itu akan menyerang kita nanti!" kata Johnson setengah berbisik. Ia meraih tangan Taksa dan naik secara perlahan ke atas.

"Ada yang mendekat!" Athar memekik dari tempatnya. "gerakannya sangat cepat! Tarik dia Taksa!" Radar mendeteksi adanya gerakan yang sangat cepat, nafas Taksa terengah-engah karena menarik Johnson ke atas dengan sendirinya.

"Lepas tanknya! Lepas! Makhluk itu semakin mendekat ke arah kita!" kata Orion panik. Ia berjalan ke arah palkan kapal dan menariknya dengan cepat. Athar melepas tank dan mereka meluncur ke atas. Dentuman keras terdengar, api berkobar di bawah sana. Peluh membasahi badan Athar, ia menatap samar-samar api yang semakin membesar.

"Kita selamat," suara lemah Kiel terdengar.

Athar kembali ke tempat duduknya, ia menekan tombol kecil yang terdapat di alat komunikasi itu. "Kiel dan kedua temannya selamat. Kami dalam perjalanan pulang." Lapor Athar disela-sela nafasnya yang tak beraturan.

Suara riuh terdengar dari ruangan monitor. Jasson menghela nafas lega. Ia menatap layar di depannya. Gwen melempar senyum ke arah kawan-kawannya.

"Mereka dalam perjalanan kemari," ucap Luce.

"Ada kabar buruk Jasson," kata suara di seberang sana. "kapal selam PTJ meledak setelah tank dilepaskan, sasuatu menabrak kapal itu," katanya. Jasson mengangguk.

"Putar rekaman beberapa menit yang lalu Luce," Luce mengangguk samar dan memutar rekaman untuk Jasson.

"Sama seperti sebelumnya, makhluk itu lagi yang menabrak badan kapal," kata Luce melapor, dalam rekaman tampak sebuah tubuh mendekat dengan cepat ke arah kapal selam PTJ. Jasson berjalan meninggalkan Luce dan berdiri di sebelah Gwen

"Setelah ini kita perlu bicara tim OCIO I, Aku butuh informasi kalian tentang makhluk itu," Jasson berdehem. "Luce, Gwen, kumpulkan beberapa vidio rekaman tentang makhluk itu." Ia berbalik dan meninggalkan ruangan.

"Baik Jasson," balas Gwen. "secepatnya akanku kumpulkan vidionya bersama Luce. Iya kan Luc?"

"Ya. Tetap fokus Gwen, mereka masih di dalam palung itu. Bahaya bisa saja menghampiri mereka," balas Luce.

Athar melepaskan tuasnya dan menghampiri Kiel yang sedang Mola obati, ia menatap luka robekan dipelipis lelaki itu.

"Bagaimana bisa kau terluka seperti ini Kiel?" Athar mengulurkan tangannya ingin menyentuh luka yang sedang dibersihkan namun sebelum sempat menyentuhnya Mola memukul tangan Athar sehingga membuat lelaki itu meringis kesakitan. "kenapa kau memukulku?!" kesal Athar, ia mengibas-ngibaskan tangannya di udara.

"Kuman bisa saja menyebar dari tangamu dan berpindah ke luka sobek Kiel!" sentak Mola galak.

"Y-ya, maafkan Aku. Tapi bagaimana bisa pelipisnya tersobek?" Athar mundur beberapa langkah, menjaga jarak dari Kiel dan Mola.

"Pelipisnya terkena sesuatu yang tajam, sehingga menyebabkan luka sobek," kata Mola lebih tenang dari sebelumnya.

"Kau lebih cocok menjadi dokter dari pada penyelam," balas Athar.

"Dokter?" Mola tertawa. "Aku takut dengan mayat," jawabnya.

"K-kau takut dengan mayat?" itu suara Taksa, ia tampak menahan tawa dari ujung sana.

"Ya. Memangnya kenapa?" Mola mendelik tajam ke arah Taksa. Tangannya sibuk memasang perban ke kepala Kiel.

"Tidak ada. Jangan marah-marah begitu," Taksa tertawa sampai wajahnya memanas.

"Jangan membuat suara yang keras. Makhluk itu akan menyerang kita," tegur Johnson kepada Taksa.

"Ya, maafkan Aku," ucapnya disela-sela tawanya yang masih tersisa.





[ M A R I A N A  T R E N C H ]





Terimakasih telah membaca cerita ini, saya tahu cara kalian menghargai seorang penulis. Luangkan waktu sejenak untuk meninggalkan jejak berupa bintang-🌟 itu akan sangat membantu saya dalam berkarya. Jangan mengcopas cerita ini, saya tidak mengizinkan siapapun untuk mengcopas cerita saya. Terimakasih.

Jumat, 2 April 2021. [Draf]

Minggu, 4 April 2021. [Publish]

Mariana Trench [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang