Sekecil apapun jarum di dalam tumpukan jerami akan di temukan oleh seorang yang sabar dan teliti dalam mencari.
"Awsss.."
Aya meringis ketika pinggangnya terkena ujung bangku.
Bianca dan Gaby langsung bangkit membantu Aya berdiri.
"Lo gapapa Ya?" Tanya Bianca.
"Aduh Aya, sorry. Gue nggak sengaja." Ujar siswi itu tanpa membantu.
"Iya gapapa."
Bianca menatap siswi itu tajam. "Siapa sih lo?"
Siswi itu mengulurkan tangannya. "Giselle Nicholas. Sebelas ips a, teman baru Aya."
Bianca tidak menggubrisnya, ia kembali menatap Aya. "Ada yang sakit?" Tanyanya khawatir.
Aya menggeleng sedikit berbohong.
"Lo ngapain sih ke sini? Nggak punya temen lo ya? Kenapa harus ke meja kita, hah? Kan banyak tempat lain!" Kesal Ladya.
"Loh, emangnya gue nggak boleh gabung?"
"GAK!" jawab mereka serempak.
"Boleh kok Sel," ujar Aya.
"Tuh Aya aja ngebolehin."
"Pindah." Gisel menoleh ke sumber suara.
"Nggak mau. Gue mau duduk di sini."
"Itu tempat Aya."
"Udah Gio, gapapa. Gue duduk di sini aja." Gio hanya bisa menghembuskan napas kasar.
Aya bangkit dari duduknya, "bentar ya."
"Ya, kemana?" Tanya Gio.
"Beli air mineral."
Gio menatap ke arah Devan. Devan yang paham hanya bisa cengengesan tak jelas.
"Sorry Gi, gue lupa."
"Eh Aya, gue nitip dong." Mereka menatap Gisel semakin tak suka.
"Lo apa-apaan si?!" Gaby menggebrak meja.
"Loh? Kenapa sih?"
"Siapa lo, beraninya main nyuruh-nyuruh sahabat gue?!" Ladya yang sedari tadi menahan emosi di buat geram olehnya.
"Gue kan minta tolong, lagian sekalian kan Aya juga mau beli air mineral." Ujar Gisel santai.
"Udah-udah, kalian jangan ribut dong, malu di liatin. Lo mau nitip apa Sel?" Tengah Aya tidak ingin memperpanjang.
Karena satu kantin sudah menatap ke arah mereka.
Gisel tersenyum senang, memberikan satu lembar uang kertas berwarna biru kepada Aya. "Nasi goreng seafood sama jus mangga ya."
Aya mengangguk, "eh tapi jangan pedas ya, gue nggak bisa makan pedas."
"Ngelunjak lo," sinis Bianca.
