1. Warteg Bu Ani

359 91 18
                                    

"Aya," panggil seseorang dari belakang.

Gadis yang di panggil dengan nama 'Aya' itu menengok. "Iya Fal, kenapa?"

Fae laie Alyasid yang biasa di panggil Aya, tidak bukan hanya Aya, ia memiliki banyak nama panggilan, tetapi nama 'Aya' yang sering di panggil oleh kebanyakkan orang, katanya sih biar bisa di panggil 'ay dan ayang' itu yang membuat Aya kesal kepada mereka yang sengaja melesetkan namanya menjadi 'ayang'.

"Pulang bareng ya, kita kan satu arah," seru Rifal

Alya yang baru saja keluar gerbang sekolahnya, di hampiri oleh Rifal. Rifal tidak satu sekolah dengannya, ia bersekolah di seberang tidak jauh dari sekolahnya, karena ia salah satu anak club motor yang memang mempunyai bascamp di kedai MaCan tepat berada di belakang sekolah Aya. Ia sengaja selalu menunggu di depan gerbang sekolah Aya hanya untuk modus kepada cewek-cewek yang sekolah di SMA TaBar dan Aya lah salah satu cewek yang sudah ia incar sejak dulu.

"Nggak deh, gue pulang sama Gaby," ujar nya berbohong, ah tidak ia tidak berbohong. Awalnya Aya memang pulang dengan Gaby, tetapi tidak jadi karena Gaby ada latihan paskibra yang membuat dirinya pulang sendiri. Ia tidak mau pulang bersama Rifal, lebih baik ia naik angkutan umum dari pada harus bareng Rifal.

Wajah Rifal tampak sedih, tetapi ia tetap menerima keputusan Aya, dirinya tidak ingin memaksakan kehendak Aya.

"Hm gitu, yaudah deh gue duluan kalo gitu." Aya mengangguk sebagai jawaban.

Setelah ia melihat Rifal sudah jauh, Aya melanjutkan langkahnya untuk pulang. Karena letak sekolahnya yang berada di dalam kompleks, dirinya harus berjalan lumayan jauh untuk ke tempat pemberhentian angkot.

Terkadang Aya membawa motor ke sekolah kalau Ayah dan Mamahnya membolehkan. Tetapi Aya lebih nyaman naik angkutan umum, karena dirinya belum punya SIM dan juga malas untuk putar arah jikalau ia naik motor. Banyak polisi dan juga yang sangat di khawatirkan orang tuannya adalah saat Aya bawa kendaraan, ia tidak pernah bisa pelan.

Setelah jalan sekitar 5 menit, Aya sampai di tempat pemberhentian angkot. Aya harus menyebrangi rel kereta untuk menaik angkot arah rumahnya. Aya melihat ke kanan dan ke kiri memastikan kendaraan sepi, ketika ia yakin aman dirinya baru menyebrangi jalan raya. Ia juga harus hati-hati menyebrangi rel kereta, Ayahnya selalu mengingatkan kalau menyebrang harus selalu membaca sholawat nabi dan tidak boleh bengong apa lagi melamun, dan itu selalu Aya lakukan.

Aya sudah berada di sebrang jalan, ia menunggu di halte. Karena jalanan sangat macet, angkot pun sangat lama tibanya. Aya duduk di bangku halte sekitar 20 menit. Cuaca sore ini sangat panas, matahari pun begitu terik. Jam sudah menunjukkan pukul 15:20 Wib. Aya gelisah, bukan karena dirinya sendirian di halte, tapi karena dirinya belum melaksanakan ibadah sholat ashar. Aya berdiri dari duduknya, ia berjinjit melihat apakah angkotnya sudah terlihat. Tetapi belum ada tanda-tanda bahwa angkot arah ke rumahnya itu sudah dekat.

Suara klakson mobil dan motor saling bersahutan, membuat jalanan semakin panas. Aya akhirnya memutuskan berjalan sambil menunggu angkotnya tiba. Ia sudah berjalan di trotoar tetapi masih saja banyak suara klakson motor yang tidak karuan berjalan di trotoar untuk para pejalan kaki.

Aya sangat kesal, apakah mereka tidak bisa membawa motor? Sampai sampai trotoar pun mereka terobos.

Tin, tin, tin..

RAYALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang