2. Astaghfirullah

260 84 15
                                    

Seorang pria dengan perawakan tinggi, dengan kulit berwarna cokelat eksotis, matanya berwarna coklat, hidungnya yang mancung, dan alisnya yang tebal. Baju Koko dan sarung yang ia pakai setiap harinya. Kini dirinya sedang menata kembali Al Qur'an dengan rapih.

"Ray," panggil pria paruh baya.

Pria yang di panggil Ray itu pun menghampiri pria paruh baya, "iya Pak Kiyai,"

Pria paruh baya itu mengeluarkan selembar uang kertas berwarna merah. "Kamu masih ingat warung makan yang waktu itu saya dan kamu makan di sana?"

Pak Kiyai Nazaruddin adalah salah satu Kiyai yang mengajar di pesantren sekaligus imam di masjid Al-Ridwan.

"Warteg Bu Ani, Pak?" Tanya Ray memastikan.

"Nah iya benar, saya lupa nama penjualannya. Boleh kamu belikkan saya lauk di sana?" Ujarnya menyerahkan selembar uang kertas berwarna merah.

"Ini tolong kamu belikkan ayam serundeng semua ya,"

"Baik Pak, kalau gitu saya pamit untuk ke warteg Bu Ani dulu," Ray mencium punggung tangan Pak Kiyai berpamitan.
"Assalamualaikum." Lanjutnya.

"Wa'alaikumsalam, hati-hati."

Ray pergi ke kamarnya terlebih dahulu untuk mengganti baju Koko dan sarungnya menjadi hoodie dan juga celana jeans, setelah itu ia mengambil kunci motor dan tak lupa memakai helm.

...

Dengan kecepatan sedang Ray sampai di warteg yang bertuliskan ' Warteg Bu Ani', ia memarkirkan motor CBR-nya tepat di samping warteg Bu Ani yang memang sudah menyediakan parkiran untuk pembeli. Ray membuka helmnya dan mengadarkan pandangannya.

Wartegnya tampak begitu ramai, di dalam banyak bapak-bapak dan ibu-ibu yang makan di tempat, sedangkan area luar di isi dengan anak muda yang masih memakai seragam sekolahnya. Ray tampak begitu risih saat banyak perempuan menatap ke arahnya. Ia menundukkan pandangannya takut akan menatap manik perempuan yang bukan mahramnya.

Ia beranjak dari parkiran untuk masuk ke dalam warteg. "Assalamualaikum Bu Ani,"

"Eh wa'alaikumsalam, ini abang ganteng yang waktu itu dateng sama Ayahnya ya?" Tanya Bu Ani, yang ia maksud adalah Pak Kiyai.

"Bukan Ayah saya Bu, beliau adalah Kiyai, guru saya." Jelas Ray.

"Oh gitu toh, yowes maaf ya Ibu nggak tau," ucap Bu Ani yang masih sibuk menyiapkan pesanan para pembelinya. "Siapa namanya abang ganteng?"

"Ray Bu,"

"Oh Ray toh namanya, Ibu panggil mas Ray saja kalau begitu, mau beli apa mas Ray?"

Ray memberikkan uang seratus ribu kepada Bu Ani, "ini Bu, ayam serundengnya 100 ribu."

"Siap mas, kalau gitu tunggu sebentar ya, mas Ray duduk dulu nanti Ibu antar kalau sudah jadi, karena stoknya sudah abis, baru di masak lagi di dalam," ucap Bu Ani.

"Nggih Bu," Ray mengangguk, ia mencari tempat duduk yang kosong dan jauh dari perempuan. Ia pun duduk di area luar dekat taman, hanya itu meja yang masih kosong.

Warteg Bu Ani memang terkenal akan masakkannya yang enak, ayam serundeng lah menu favorit di warteg Bu Ani yang pastinya sangat laris.

RAYALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang