14. Markas

98 56 1
                                    

Aku tidak akan membiarkan kamu terus tertawa. Jika memang bahagia sudah menjadi temanmu, maka aku akan ciptakan luka sebagai pelengkapmu.

Dedaunan dan ranting kering berjatuhan mengikuti arah gravitasi bumi. Angin bertiup kencang membawa debu berterbangan tak karuan.

Suara gonggongan anjing liar mengisi kesunyian sebuah gedung sekolah yang sudah terbengkalai tidak terpakai. Diikuti oleh suara burung gagak seolah memberikan suatu informasi.

Tidak ada satu cahaya pun menerangi kecuali bulan dan bintang yang ikut ambil bagian, memancarkan terangnya cahaya pengganti lentera.

"Kalian nggak capek rahasiain ini semua?" Tanya seorang pria memecahkan keheningan yang sedari awal kedatangan delapan orang tersebut.

Ruangan besar yang di hiasi oleh cahaya remang. Beberapa pria memainkan billiard, ada juga yang bermain kartu. Tempat ini begitu sesak karena polusi udara yang di sebabkan oleh kepulan asap rokok maupun Vape.

"Bang, rokok." Ujar seorang perempuan menahan sakitnya sesak di dada akibat asap rokok tersebut.

Beberapa dari mereka yang merokok dan menghisap Vape langsung menghentikan aksinya. Karena melihat gadis itu kesulitan bernafas.

"Sorry,"

"Santai bang."

"Minum dulu Ya," Gio membantu Aya untuk minum.

For information, Aya juga biasa di panggil 'Ya' sama beberapa orang. So sesuain aja ya saat ada kata 'ya' bisa itu iya, bisa juga itu Aya.

Aya meneguk minum yang di berikan oleh Gio. Dirinya sudah merasa baikan, nafasnya pun mulai teratur.

Saat ini, Aya, Ladya, Gaby, Bianca, Gio, Devan, Azka, dan Genta berada di sebuah gedung sekolah. Tepatnya berada di dalam sebuah ruangan besar yang mayoritas isinya adalah laki-laki.

"Bukannya dulu lo suka ngevape, Ya?" Tanya pria berjaket.

"Iya bang, tapi itu dulu," jawab Aya sedikit berbohong.

"Lain kali kalau nggak kuat langsung keluar aja, jangan di tahan kek tadi," ujar pria berkacamata mengelus puncak kepala Aya.

"Yeee, lagian lo bang udah tau si Aya kaga bisa nyium asap, bukannya di matiin dari tadi," kesal Ladya.

Sebab bukan semenit dua menit Aya menahan sesaknya, tetapi sudah berjam-jam dirinya menahan sesak saat kedatangannya sepulang sekolah tadi sampai detik ini. Langit yang cerah sampai berganti gelap.

"Untung nggak mati teman gue, kalau sampai kenapa-kenapa abis lo bang," Gaby yang khawatir melihat wajah Aya ikut ambil bicara.

"Sorry, siapa suruh lo pada diem aja kek kambing conge, nggak ada yang bersuara," ujar pria berjaket.

Iya benar setelah membahas mengenai yang ingin Genta sampaikan lewat grup, dari sepulang sekolah mereka memutuskan untuk langsung pergi ke tempat ini dan masih memakai seragam sekolahnya. Sebenarnya Gio dan Ladya sudah menyuruh Aya keluar karena asap di dalam ruangan ini benar-benar banyak. Tetapi Aya meyakinkan temannya bahwa dia tidak apa-apa.

RAYALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang