11. Kelas ambis

104 53 0
                                    

Setelah tiga jam ia menunggu mata pelajaran biologi selesai, Aya pun beranjak dari kantin untuk pergi ke kelasnya, bell pergantian mata pelajaran sudah berbunyi. Aya memasuki kelasnya dengan wajah juteknya.

"Lo kemana tadi?" Tanya Ladya teman sebangkunya di kelas.

"Kantin, Bu Mega ngasih tugas nggak?" Tanya Aya saat dirinya duduk di kursi.

Ladya menggeleng, "nggak ada sih, cuma tadi ceramah karena lo,"

"Ya elah kek gue telat setiap hari aja, padahal baru pertama kali gue telat,"

"Lo kek nggak tau Bu Mega aja,"

"Liat buku catatan lo dong?" Ladya memberikan buku catatan biologinya kepada Aya.

Ladya Cheryl Tanzil adalah gadis yang menjadi sahabat Aya sejak mereka pertama kali masuk ke sekolah ini, saat ini ke duanya sudah duduk di bangku kelas XI. Mereka berdua memiliki keyakinan yang berbeda tetapi tidak menghambat persahabatannya. Ladya yang memiliki sifat friendly ke semua orang sampai-sampai dirinya di sebut buaya betina, karena suka meng-ghosting para cowok yang pernah dekat dengannya. Ia terlahir dari keluarga yang di bilang cukup kaya, Ladya adalah seorang model dan juga ballerina, ia mempunyai bentuk tubuh yang sangat ideal di usianya yang masih belia, memiliki paras dan bentuk tubuh bak bidadari.

Aya dan Ladya sudah sangat di kenal oleh para siswa maupun siswi, bahkan juga guru di sekolahnya, bukan hanya karena paras mereka yang cantik tapi juga kecerdasannya. Dua gadis dengan keyakinan yang berbeda tetapi mereka memiliki sifat rendah hati.

"Selamat pagi," ujar seorang guru memasuki kelas XI Ipa A. Aya yang sedari tadi sedang menyalin catatan biologinya langsung menghentikannya karena guru mata pelajaran fisika telah datang.

"Pagi Pak," jawab semua murid serempak.

"Sebelum saya masuk ke materinya, saya akan mengingatkan kalian bahwa delapan bulan lagi kalian akan berperang pada soal-soal ujian," semua murid yang tadinya santai seketika sekujur tubuhnya menegang, kelas XI Ipa A yang di isi oleh para anak ambis dan anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Walaupun mereka sudah menyiapkan dirinya dari enam bulan sebelumnya, untuk ujian yang akan di adakan delapan bulan lagi, tetapi tetap saja rasa tegang dan takut menghantui mereka.

Kelas XI Ipa A berada di paling pojok koridor lantai tiga, ia berisi empat puluh murid anak ambis di dalamnya. Kelasnya terkenal akan para cowok ganteng dan juga cewek cantiknya, di tambah kecerdasannya yang membuat orang iri melihatnya.

"Baru juga masuk kelas XI eh udah mau ujian lagi, cepet amat," gumam Aya.

"Yah Pak, kenapa di ingetin sih, saya kan jadi parno lagi," ujar Gabriela, siswi yang duduk di depan.

"Justru itu, saya harus mengingatkan kalian agar tidak menganggapnya sepele, karena ujian nanti yang akan menentukan kalian naik atau tidaknya, jangan membuang waktu kalian selama delapan bulan hanya untuk bersantai," jelas Pak Januar.

"Huft, rasanya berat sekali meninggalkan kelas ini," ucap seorang cowok bernama Azka.

"Apakah kamu tidak mau meninggalkan kelas ini, Azka? Kalau kamu masih betah di sini tidak apa-apa nanti saya akan bilang kepada kepala sekolah agar tidak menaik kelaskan kamu," ujar Pak Januar membuat murid yang berada di kelas tertawa.

RAYALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang