*
*
*
Happy reading 😁😉Asap putih penuh nikotin perlahan keluar dari irisan-irisan bibir. Tampak ketenangan terukir di wajahnya saat ketiga pemuda masih dalam balutan rokok yang melekat di kedua jarinya. Menikmati setiap embusan yang keluar dari organ pernafasan. Menyeruak sejenak kemudian menghembuskannya dengan penuh kenikmatan. Demikian hal itu terjadi berulang-ulang tanpa ada satu pun diantara mereka memecahkan kesunyian. Mereka berpikir kalau suasana yang sunyi ini cocok tuk sekedar mencari sudut tema yang akan didiskusikan.
Ketiga pengisap rokok mild itu duduk melingkar sambil memainkan ayunan asap putih yang penuh nikotin tersebut. Di sebelah kiri, terdapat pemuda ceking yang dilahirkan dengan nama Izhal. Di sebelah kanan, terdapat pemuda berkacamata dengan nama yang begitu singkat Al. Sedangkan pemuda dengan badan luncai, katakanlah berisi ini dipanggil Bobi. Mereka bertiga memiliki latar belakang pendidikan hampir sama. Namun dengan metode system yang berbeda. Hal ini menjadikan cara mereka dalam menyelesaikan masalah ketika forum diskusi. Izhal yang menduduki pendidikan SMA menempuni pikiran dalam ilmu ke umuman. Al yang menduduki MA, menempuni dalam masalah ke agama. Sedangkan Bobi yang menduduki pendidikan SMK, membuatnya tangkas dalam permasalahan keahlian.
Sebenarnya mereka merupakan sahabat yang melebihi akrab. Apalagi di waktu luar forum atau kala senggang mereka saling ambyar dalam bercanda. Tapi masing-masing mereka mempunyai sikon yang ia tegakkan dan mereka bertiga memiliki pendekatan yang sangat ulet. Lebih-lebih dalam menyelesaikan masalah.
Kamis sore menuju malam Jumat, memang selalu mereka isi dengan diskusi mulai dari tema yang ringan seperti tentang keadaan sosial , sehari-hari sampai dengan tema yang berat seperti tentang politik, kenegaraan dan semacamnya. Kadang mereka isi dengan dialog interaktif, kadang juga mereka isi dengan debat Ilmiyah.
Sepuluh menit telah dilalui dengan basa-basi, mereka masih belum menemukan titik tema pas untuk didiskusikan. Hingga dua puluh menit berlalu pun tak ada satu tema yang dianggap layak oleh mereka untuk dijadikan bahan pertukaran argumen.
"Sepertinya diskusi kali ini tak akan nikmat tanpa ditemani secarik kopi hangat ya? Ditambah lagi dengan rokok yang kita hisap ini," ungkap pertamanya Izhal.
"Usulan yang bilian," saut Bobi.
"Baik tunggu sebentar, Aku buat dulu," Izha berdiri sambil meletakkan buku yang sedari tadi ia pegang. Ia letakkan tepat di tengah-tengah mereka bertiga melingkar.
"Kutunggu nikmatnya kopi buatanmu Zal." Jawab Al, dengan senyum lesung yang terukir disebelah bibirnya.
Tidak butuh waktu lama, Izhal muncul di ambang pintu kamar kecil dengan ditemani sebuah gelas berisi hasil sebukan hitam yang menghujaninya. Serta tak lupa pula dengan tadah kecil berbentuk piring ditolongnya. Saat ini, posisi melingkar mereka bertiga berada di depan kamar asrama yang memang sore ini merupakan waktu rehat para santri setelah mengikuti KBM kajian kitab siang. Tapi mereka bertiga sepakat kalau di setiap kamis sore, mereka isi dengan diskusi melingkar.
Izhal memulai pertama menikmati kopi yang dibuatnya sendiri sambil bergantian dengan sebatang rokok mild yang Dipegangnya. . dengan Al dan Boby mengikuti alurnya.
"Gimana buku ini kita diskusi dengan penjabaran yang kita ketahui?" Boby berusul riteme diskusi dan memegang buku yang Izhal letakkan tadi.
"Baik, aku akan memulainya terlebih dahulu," Al langsung alih awal pendiskusian sambil mengubah posisi duduknya dan mengutarakan argumennya. " Seorang yang bodoh disulap menjadi pintar. Seorang yang tidak tahu apa-apa, akan tahu berbagai hal, dengan apa? Dengan membaca, membaca apa? Membaca buku," tambahnya Al kemudian kembali menghirup batang rokoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBUAH INSPIRASI DARI PENULIS (ANTOLOGI CERPEN) [END]
Short StoryBerawal dari penikmat cerpen, Alhamdulillah dengan izin Allah penulis akhirnya bisa menuangkan pikiran lewat tulisan cerpen ini, ya walaupun tak sebagus karya cerpen sastrawan. SEBUAH INSPIRASI DARI PENULIS, merupakan judul yang penulis gadang-gada...