#5 IMAJINASI TERTINDAS

117 105 18
                                    

Sore ini kantin sekolah Nusa Bangsa sudah sepi pengunjung, bahkan beberapa stan sudah tutup dikarenakan memang sekarang sudah jam pulang sekolah. Namun aku masih duduk santai menikmati sisa camilan punya Rio, disalah satu meja yang berada di pojok kantin. Dengan santai, dan tenang aku mengunyah satu persatu camilan yang akan melewati rongga mulut, sambil memainkan sebuah kecil berukuran 5 inci.

Mengedarkan pandangan sebentar bermaksud mencari Rio (sahabat bar-bar) yang menyuruhku untuk menunggunya disini. Ya, dia sekarang sedang mengikuti ekskul Karate. Aku sendiri ikut bela diri Taekwondo, beda karena dulu saat baru pendaftaran ekskul, kita berdua pernah bikin janji tuk masuk ekskul bela diri yang berbeda. Alasannya tak lain agar kita berdua bisa sharing tentang pengalaman belajar beladiri.

Sedangkan hari ini aku gak punya waktu latihan, yuhu.

Dari kantin semua siswa bisa melihat sebagian area lapangan basket yang dijadikan latihan ekskul karate, jadi aku masih bisa memantau anak-anak karate yang sedang lincah memukul, menendang ke sana kemari sambil diawasi dua pelatih. Dalam bela diri Karate seorang pelatih dinamakan dengan julukan sensei yang memang diambil bahasa Jepang. Beda halnya dengan bela diri Taekwondo berasal dari negara Korea, seorang pelatih dipanggil dengan istilah saboeum.

ih Rio tu lama banget latihannya, gak biasanya deh. gumam hatiku sambil menggeram botol air yang sedari tadi aku pegang. Dan membuangnya dengan sembarangan.

jujur saja tak biasanya Rio latihan lama kayak hari ini, biasanya kalo udah bel pulang tu anak muncul di hadapan gue. Atau mungkin ada materi tambahan kali dia.

lebih baik aku tidur sebentar , menunggu Rio selesai ekskul ah... gumam lagi hatiku dengan nuansa berbeda.

Kemudian aku tumpukkan kedua lengan di atas meja, sebagai bantalan kepalaku. Tidak lupa memakai earphone juga. Baru saja aku memejamkan mata, tiba-tiba terasa ada yang menepuk pundakku dengan pelan. Saat aku mendongakkan kepala ada hal aneh yang aku lihat. Cewek yang kemarin aku tolongin sudah berdiri di seberang mejaku sambil mengelus pundak ku dengan tangan kanannya.

"Kakak bangun, udah larut nih." Dengan suara amat lembut, Dia membangunkan dengan sebutan kakak yang sat itu tepat bereda disebalah kanan aku tidur.

Pada saat itu suasana sekolah tampak sudah mulai sepi dan matahari sudah berada diujung barat. Palingan tinggal antara empat, lima siswa masih berada disekolah, dan itu dikarenakan mereka baru usai latihan ekskul tertentu. Aku celingak-celinguk mencari keberadaan sekitar. Saat melihat ke arah suasana kantin, ternyata kantin sudah tinggal aku, dia dan Buk Rifah penjaga kantin yang masih sibuk mengelap meja kosong. Mengedarkan pandangan kembali, aku menyadari tinggal kami berdua dan satu Buk Rifah yang ada di kantin.

'Gila jam berapa sekarang, sudah berapa lama aku tertidur disini?' kesalku pada diri sendiri.

"E-eh, Ehem i-iya dek.." aku sedikit terkejut dan mencoba memastikan. "Bentar-bentar, kamu kan pas waktu aku tolongin yang kemarin Tah,?" sambil melepaskan earphone yang sedari tadi ada di relungan dan berdecih aku mengucapkannya.

"Iya Kak.." dia menjeda sejenak lalu melanjutkan kembali "Untung aja ada kakak dan temen kakak coba saja gak ada... Habis deh. Sekal lagi makasih ya kak !" jawab dia sambil melemparkan senyum sekitar 1cm di depan wajahku dan seolah-olah memujaku.

'Em cantik banget.. mumpung pas disini aku kenalan ah.... Yuhu' pinta dalam benakku dengan ketawa terkekeh sedikit. Dan aku mulai bangkit dari possi tidurku tadi.

"Kok ketawa sendiri kak, ada yang aneh dari penampilan saya Kak ya?" sambung dia kembali hingga aku dibuat terkejut seketika itu.

"Eh ngak ada kok.. cuman tadi kakak pas waktu tidur tuh mimpi dikejar-kejar sama orang gila, ya jadinya kakak keinget terus deh." Tertawa sebentar sambil menggaruk-garuk kening kepalaku. Lalu aku pun melanjutkan, menuruti kalimat dalam benakku tadi " Oh iya kita kan belom kenalan, mumpung juga pas ketemu disini.." kataku dengan enteng.

"Hehehehe iyak kak" kali ini dia melemparkan tawanya dibarengin senyum lesungnya. 'aduh tambah Ayu deh..' bayangku lagi.

"Woi sadar San sadar." timpal sifat positif benakku.

"Nama kakak Muhammad Faris Al-hasan, you can call me Faris, Al ,Hasan atau abang juga.. aduh mulut nih keceplosan kurang ajar deh.. maaf yo dek." tanganku terulur bermaksud berkenalan sambil celingak-celinguk atas ucapan aku yang tadi.

Seorang gadis yang ada di depanku ini tampak terlihat terkekeh mungkin dengan ucapanku tadi. Ya ampun mulutku ini harus dilem kali. Jadi kesel sendiri ceritanya.

"Mila Hawasyi" sebutnya, aku menyahutinya dengan senyuman khas milikku. Begitu juga iya membalasnya dengan senyuman dan ditambah dengan lesungnya

Aku ingat sekali ketika ekspresi wajahnya saat dia hampir dikeroyok segerombolan pemuda, ketakutan kegirangan masih saja kecantikannya melekat. Kala itu aku sedang berdiri disamping-Nya untuk menghadang para segerombolan pemuda, untungnya kala itu aku sama Rio. Alhamdulillah kita berdua bisa mengusirnya dengan tanpa luka sepele pun.

Disaat pas dia sebut namanya, disaat itulah tangan dia juga terulur untuk membalas uluran tanganku yang sedari tadi aku menunggu balasannya. Dalam pertemuan dua tangan beda insan ini, aku merasakan hal yang, yang membuatku enggan untuk melepaskannya. Lembut, putih em...

Saat aku masih mengerjapkan mata untuk memastikan, aku merasa ada tarikan di pergelangan tanganku yang semakin lama semakin keras. Terus ditarik tarik seolah mentututku bergegas bangkit dan sadar dari lamunan.

"HEH WOI SAN!" Suara lembut yang tadi kudengar berubah menjadi suara teriakan ngebas. Kok mirip suara Rio ya? Gumamku.

"SAN BANGUN OI AYO PULANG!" Teriakkan itu disusul dengan gebrakan di meja beberapa kali. Lalu tamparan pelan di pipi kiriku.

"Loh Rio, ngapain lo disini?!" Aku terkejut ketika pas gebrakan hebat Rio tadi sangat mencuingkan telinga.

"Pake nanya, ya nyamperin lo lah. Udah gelap ini ayo pulang!" sentak dia kepadaku sambil menarik-narik pergelangan tangan kanan dengan sedikit keras.

Jadi dari tadi yang membangunkanku itu Rio. Tetapi aku masih ingat jelas bahwa adek yang kemarin aku tolongin membangunkan untuk pulang ketika pas kantin sepi.

Dengan nuansa yang masih mengikat ke tidak sadarkan, Aku berjalan saja mengikuti Rio ke arah pintu gerbang dengan pikiran yang masih belum begitu sadar. Sampai di luar pintu gerbang r aku melihat adek yang aku tolongin sedang mengenakkan helm bersiap untuk pulang bersama temanya.

Kalau adek yang aku tolongin tu ada disini, berarti tadi itu.... Aisshhh mimpi sialan!

"Makanya kalu mau tidur, baca doa terlebih dahulu. Biar gak amburadul pikirannya." Rio sahut, paham betul apa yang aku pikirkan.


SEBUAH INSPIRASI DARI PENULIS (ANTOLOGI CERPEN) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang