#17 MENGUKIR KEBINGUNGAN

36 6 23
                                    

Happy reading guys 😊
Spesial pengalaman pribadi
Udah lama sih yang nulis cerita ini
Ya baru update sekarang 😂😭😄


Tiupan angin malam berembus kencang, menyelimuti indahnya alam, sampai fajar pagi bisa tertembus olehnya. Saat subuh menjamu suasana pagi, ibuku langsung beranjak ke sebuah kamar kecil. Tak lain untuk membanguniku.

"Han... bangun nak.. sudah Subuh nih." Dengan nada lembut, ibuku membanguni tepat di samping tubuhku.

"Iya Bu..." Aku mulai bersuara dan mencoba membuka kedua kelopak mata. Aku lihat sekitar, ternyata ibu telah beranjak pergi keluar kamar.

Walaupun dengan rasa kantuk dan beban malas yang menimpa, tubuhku ini perlahan mencoba bangun dan beranjak ke kamar mandi. Terkadang ketika hendak bangun telinga kiri terbesit sesuatu yang mengganjal udah han.. mumpung ibu keluar.. tidur lagi kan enak. Tak lupa telinga kanan selalu berpesan mengingatkan udah.. pilih masuk neraka atau surga?.. kalo surga yok semangat bangun.. lalu cepat Shalat.

Ah.. aku langsung melanjutkan niat pertamaku bangun, Shalat subuh. Beranjak ke kamar mandi membasahi wajah dengan niatan berwudu' sebagai syarat indahnya Shalat subuhku.

"Nak..Nak kalau shalatnya udah selesai, jangan lupa pula siapin buku pelajarannya," pesan ibu menyuruhku dari ujung dapur ketika aku pas sudah membasahi wajah.

"Iya Bu.." jawabku di luar kamar mandi.

***

Oh iya.. perkenalkan namaku Rehan syarif. Bisa di panggil Rehan atau syarif, tapi teman-temanku kebanyakan panggil Rehan. Aku anak tunggal dan satu-satunya anak dari ayah dan ibuku tercinta. Aku masih kelas 6 SD katakanlah bocah atau bahasa gaulnya bocil. Nah aku mau cerita sedikit lewat tulisanku ini. Sekedar cerita tentang kebingungan aku memilih antara dua kepastian.

Saat itu pagi bertepatan pagi yang tidak bersahabat. Setelah usai Shalat subuh berjamaah sama ayah, tak terasa tubuhku sudah terguyur dari dinginnya air pagi hari. Secepat mungkin badan ini kukeringkan dengan handuk hangat dan kemudian menggunakan baju yang sudah tak asing bagiku, yakni baju sekolah merah putih SD. Hal Itu semua aku lakukan setiap hari kecuali hari libur. Dan tak lupa dengan selalu mempersiapkan buku pelajaran setelah usai Shalat subuh.

Angin pun mulai menerpa tubuhku, setelah itu aku beranjak ke meja makan. Sekedar mengisi perut yang sudah dari malam belum berisi apa pun. Tampak ayah dan ibu sudah menungguku di sana dengan ditemani berbagai varian sarapan pagi yang akan disantap.

Pukul enam sudah melewati 30 menit, kulangkahkan kakiku dan tak lupa sebuah salam sebelum tangan ayah dan ibu kucium.

"Ayah, ibu Reyhan berangkat dulu, Assalamualaikum." Ucapku.

"Walaikumsalam" jawab ayah dan ibu bersamaan.

Kemudian kulanjutkan kakiku melaju ke sekolah SDN Pakong 2. Sebelum aku benar-benar samapai disana, aku selalu istiqomah menunggu sahabatku di suatu tempat yang kita jadikan tempat candaku dengannya, yaitu posko amal. Sebuah gubuk kecil berada di pinggir jalan dan bersebelahan dengan Masjid bernama Al-falah. Sebut saja sahabatku namanya Dana.

Tidak membutuhkan waktu lama, dia akhirnya sudah datang di hadapanku. Dan kemudian ku ajak tuk segera berangkat.

Jalan yang besar, pepohonan yang tak berdaunan, segala kendaraan yang berhamburan menjadi ciri khas depan gerbang sekolahku. Kemudian kaki yang sempat terhenti tadi, aku dan sahabatku lajukan kembali dengan langkah kaki yang beriringan hingga sampai di depan gerbang.

Teng... teng... teng....

Bel pun berbunyi, dan memaksaku untuk segera masuk ke dalam kelas 6A. Di ruang itulah tempat di mana otak aku akan dibolak-balik dengan berbagai varian ilmu yang disajikan.

"Han.. Ayok masuk?" Ajak Dana setelah langkah kaki ini terjeda lagi.

"Em.. yok," jawabku agak terkejut.

Ya begitulah, sejak kecil aku dan dia selalu bersama. Mungkin ibarat permen karet yang selalu menempel terhadap sesuatu. Bahkan aku anggap dia sebagai saudaraku sendiri. Sebaliknya dia pun juga begitu. Begitu pun dengan ibuku dan ibunya sama menggagap kita adalah anak kandungnya.

Jam menunjukkan 08:30. Wali kelas perlahan memasuki kelas dengan membawa selembar kertas kosong.

"Assalamualaikum anak-anak," ucapnya mengawali percakapan pagi.

"Walaikumsalam Bu..." Jawab serentak teman kelasku.

"Begini anak-anak... berhubungan dengan Ujian Nasional sudah selesai. Ibu mau minta kepada anak-anakku untuk menulis nama sekolah yang nanti kalian akan lanjutkan. Di lembaran kertas ini ya?" jelas Bu guruku bernama Bu Arinda.

Bu Arinda langsung membagikan lembaran kertas tadi. Ia bagikan ke kiri paling pojok depan. Dan berhubungan bangku aku paling pojok kanan, aku sempatkan berpikir dan bertanya ke teman-teman tentang sekolah yang akan di lanjutkan. Awalnya pikiranku sudah positif untuk melanjutkan MTsN dan lebih positifnya lagi aku sudah lolos tes dan di terima kelas unggulan.

Tapi selang beberapa saat, pikiranku termenung sesuatu yang membuatku jadi bingung dan bimbang. Ya dua perkataan ibuku dan guru ngajiku. Dua-duanya membuat aku termotivasi untuk mondok di pondok pesantren. Saking ibu semangatnya mengajak aku mondok, ibu akan menuruti segala permintaanku hingga aku sukses nanti. Tapi ibu ibu juga tidak memaksaku untuk bulat mondok.

Detik demi detik, menit demit menit hingga akhirnya timbullah pikiranku untuk positif pada pondok pesantren. Aku tak lupa dengan meminta pertimbangan kepada Dana.

"Dan... gimana aku lanjut mondok? Kamu mau lanjutin ucapannya Pak Ustad tah?" tanyaku.

"Sip banget tuh Han.. ya aku juga mau mondok kok kan kita sejoli." Jawabnya dengan nada santai membuatku jadi tambah semangat untuk mondok.

Selang beberapa menit, kertas putih pun sudah berada di posisi tanganku. Aku lihat dari bagian atas sampai bagian bawah hanya terisi tulisan sekolah yang sama. Semuanya menulis sekolah MTsN 3 PAMEKASAN.

Jarum jam pun terus berputar, hati pun berdentang kencang, setetes keringat mulai berjatuhan. Kemudian dengan sigap tangan aku memberanikan diri menulis, dengan tulisan yang sangat beda. Ya Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata.

Entah kebingunganku sudah hilang seketika usai menulis dan aku harap akan melukis sesuatu yang baik di tempat suci itu. Amin ya rabbal alamin.


SEBUAH INSPIRASI DARI PENULIS (ANTOLOGI CERPEN) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang