#8 JANJI SEORANG PRAJURIT

96 87 24
                                    

Panas matahari membentang sebuah siang, angin yang berhamburan, dan langit yang tampak cerah menerang serta dengan suasana yang cukup tergirang ringan. Bertempat di sebuah halaman berbentuk seperempat layangan. Dan tak lupa dengan lima belas insan manusia berbaris sejajar membentuk tiga saf disertai satu insan manusia di depannya. Serempak menyanyikan sebuah nyanyian kesenangan.

Walau Abang pergi berjuang badan Abang kurus dan hitam

Pulang-pulang tak kenal lagi Abang kau putusin

Abang izin pergi berjuang, Abang janji gak macam-macam

Asal adek bisa setia sampai Abang pulang

Oooh ....oooh....oooh....oooh.....oooh...oooh..oooh 2x

Aselole

Terpesona aku terpesona, memandang memandang wajahmu ya adek

Terpesona aku terpesona, memandang memandang wajahmu ya adek

Bagaikan mutiara matamu, bola-bola matamu

Bagaikan kain sutra lesungnya, lesung pipimu

Cantiknya kamu, Cantik-cantiknya kamu

Eloknya kamu eloknya, elok-eloknya kamu

Semua yang ada padamu, membuat aku jadi gelisah

Sampai-sampai aku mendapatkan dirimu

Nyanyian itulah menggema luasnya halaman dengan penuh suara lantang, gerakan yang serempak, kekompakan yang sama serta dengan penuh gaya yang ditampilkan. Tak lain hal demikian itu, dilakukan oleh para pasukan siswa Taruna. Walaupun di tengah teriknya matahari yang membentang keluh keringat, mereka tetap semangat melakukannya.

Pasukan siswa Taruna yang merupakan para siswa khusus untuk meningkatkan prestasi dengan membentuk siswa yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia dan cinta tanah air. Dan menciptakan keselarasan dan keseimbangan antara emosi, intelektual dan spiritual yang dimiliki siswa. Selain dari guru, seorang TNI dan Polri ikut andil melatih para siswa Taruna untuk lebih peka terhadap jasmani, sosial, pengetahuan, wawasan kebangsaan dan kenegaraan, dimana tak lain untuk membimbing para siswa ke jenjang selanjutnya yakni menjadi abdi negara (TNI/POLRI).

Disiplin nomor satu. Berbagai kedisiplinan yang harus dipikat oleh para siswa Taruna. Mulai dari waktu, tempat, perintah, aturan, tingkah laku, KBM, olahraga binsik (bina fisik), seragam dan semacamnya. Bahkan dalam aturan baju semua harus sama, dari merek dan warna kecuali ukuran harus sama entah baju eksternal maupun internal.

"Siap gerak," ambil alih seorang insan di depan dengan badan yang kekar, mata yang tajam dan suara yang durkasa. Ya dia seorang komandan TNI dengan empat tanda bintang di pangkal lengan lehernya, dengan baret merah yang begitu menawan. Hari dimana seorang komandan TNI mempunyai jadwal untuk melatih pasukan siswa Taruna.

"Siapa... kita?" tanya sang komandan kepada pasukan dengan nada keras yang berirama.

"Taruna... Taruna... Taruna." Jawab serempak pasukan tiga kali kata Taruna dengan suara dalam yang menggerang. Disertakan dengan tiga kali injakan kaki kanan ke bumi.

"Siapa...kita?" tanya lagi sang komandan dengan volume suara yang ditingkatkan.

"Taruna.. Taruna... Taruna" jawab pun sang pasukan tak kalah nyaring dengan jawaban sebelumnya.

Tatapan mata lurus ke depan sesuai lurusnya rata-rata air. Mulut seakan dilem tanpa sepatah kata diucapkan oleh pasukan. Terasa bungkam. Dagu ditarik ke.arah dalam dengan dagu dibusungkan. Kedua tangan didekapkan ke kedua pinggir paha dengan digenggam. Kedua tumit kaki dirapatkan, ujung telapak kaki dibuka 1 kepal membentuk +45°. Sikap sempurna lah yang sekarang dilaksanakan oleh para pasukan siswa Taruna.

SEBUAH INSPIRASI DARI PENULIS (ANTOLOGI CERPEN) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang