#10 MENGENAL CINTA

77 59 34
                                    

Siang dengan terik Bagaskara yang membuat suasana tampak indah, menghiasi langit biru dan terasa sakit jika Selalu dipandang. Sedangkan kendaraan masih berlalu lalang di jalan pukul 12:30 tengah hari, tempat - tempat masih ramai di kunjungi orang- orang. Entah ada apa hari ini atau mungkin karena hari ini hari yang spesial.

"San...aku punya pertanyaan buat kamu nih." Iwan memulai topik pembicaraan setelah beberapa menit lalu diam, tidak ada topik pembicaraan. Mungkin karena kita berdua lama tak bergurau seperti dulu-dulu yang pernah ngakak bareng, ya jadinya Iwan mulai mengutarakan dulu.

Aku masih terlihat canggung tuk menjawabnya.

"Em...! Apa cobak?" Aku coba memberanikan mengeluarkan gaya penasaran lamaku dan membuang rasa canggung tadi.

Iwan mengangguk kemudian tertawa sekejap.

"Pertanyaan yang gak usah pikir San." Alih-alih Iwan mengambil posisi duduk yang sekiranya nyaman kemudian ia lanjutkan kembali "Lebih awal mana telur dan ayamnya?" dengan enteng ia lontarkan pertanyaan tersebut.

Kita berdua satu sekolah sejak duduk dibangku tk-sd. Tapi semenjak aku memutuskan mondok dan Iwan memutuskan sekolah luaran, Kita berdua jarang bertemu, jarang bersama. Cuman hari liburan saja kita bisa bertemu, bersama lagi. itu-pun satu kali dalam setahun. Sebenarnya sih Iwan juga memutuskan mondok namun, aku masih begitu tahu ada sedikit konflik yang membuatnya batal tuk mondok.

"Lebih awal ayamlah." Jawabku tanpa secoret pikiran sambil memastikan bahwa jawabanku benar.

"Masak..! Bukannya ayam keluar dari telurnya ya?" Iwan mencoba membolak-balik otakku tuk berpikir.

Tiga puluh detik otakku berputar dan akhirnya menemukan ide jawaban yang cemerlang.

"Em .. benar ayam keluar dari telurnya" Suaraku terjeda sejenak " Tapi, kan kamu sudah tahu bahwasanya Allah itu menciptakan semua makhluk hidup dan ayam itu adalah salah satu makhluk hidupnya . Maka otomatis lebih awal ayam dari pada telurnya dan tak mungkin jika telur lebih awal dari ayam, karena telur akan menjadi ayam bila induknya itu terus bersamanya dan induknya itu ayam" pukasku dengan panjang lebar dan tak kalah enteng dengan pertanyaannya itu. Sungguh Aku sendiri begitu takjub dengan jawaban panjang tersebut.

Kok bisa ya? tanyaku pada sendiri.

Iwan mengerutkan kening sejenak terdiam beberapa saat, kemudian berubah dengan senyuman sinisnya.

Bertahun-tahun mengenal Iwan, aku mulai tahu betapa gantengnya Iwan. Anak laki-laki yang baik nan tampan. Seperti kemarin pas saat kita berdua jalan-jalan ke taman semua para penghuni wanita terpana melihat keberadaan kita. Tak kirain kaum wanita tersebut melihat ketampananku eh ternyata mereka semua pandangannya ke Iwan. Kependetaan kali aku ya.

"Kau sangat pandai sekarang San, tak sia-sia aku memondokkan kamu San good deh" Iwan memujiku sambil bergurau yang tak main-main. Kemudian ia mengeluskan tangan kanannya ke pundakku seolah-olah dia emakku.

"Hurah emangnya kamu emakku bilang kayak gitu, kayak gak punya salah gitu" Celetukku ke Iwan dengan memasang wajah kesalku.

Iwan cuman tersenyum.

Lima belas menit kita berdua masih duduk manis diteres rumahnya Iwan, bercakap-cakap, menghabiskan sebotol minuman spirite dingin yang Iwan ambil di lemari esnya. Iwan bercerita tentang sekolahnya , suasananya, teman-temanya, guru-gurunya terutama tentang guru paling kilernya. Aku tertawa lebar saat Iwan tiba di bagian mengerjai guru kilernya. Yang pada akhirnya Iwan sendiri kena balasannya. Pas giliran aku bercerita, aku gak mau kalah ngakak juga. Aku bercerita teman-teman kamar yang dihukum bareng membersihkan kamar mandi yang luasnya sekitar 10x3 persegi.

Cinta?. Tiba-tiba pikiranku melayang soal cinta, entah ada angin apa yang membuatku bisa berpikir soal cinta. Mungkin pas ngeliat postingan teman-teman yang isinya berbagai soal percintaan, aku teringat. Apalagi postingan Iwan yang statusnya cuman cinta saja bahkan dia mosting bersama cewek-cewek ditambah dengan caption 'tolong jaga hati ini, karena hati ini sudahku ukir namamu'. Gila benar deh.

Dan Aku pernah baca sebuah buku yang judulnya "ada apa dengan cinta". Buku tersebut berisi tentang sebuah cerita seseorang pria yang terjebak dalam cinta pada wanita Anindya(cantik jelita). Alur ceritanya sangat membingungkan membuat pikiran berpikir keras. Di awal ada kasih sayang, ada rasa kanngen, ada saling mengerti dan eh ketika hampir akhir ceritanya saling tak akur, saling menyakitkan, saling benci. Kok bisa ya kan cinta itu saling kasih sayang kok pas ada saling membenci ya?.

Dan setahu aku cinta adalah kata yang indah dengan ungkapan yang tak pasti yang mana juga merupakan dari bagian fitrah. Seorang yang bercinta akan merasakan kebahagiaan dan hidupnya akan bertaburan makna yang akan tak terlupakan, entah makna yang indah, adem, tenang, pejamkan dalam hati dan pikiran, yang mana itu semua tak lain cinta kepada Allah swt. Dan selainnya merupakan cabang dari cinta yang utama, mencintainya berarti akan mengutamakan Allah swt. Atas siapa pun juga. Itu sih setahu aku tentang cinta, dan itu juga kudengar penjelasan dari ustaz di pondok.

"Woi..! bengong terus lu San, pasti lagi mikirin putri nih?" Tiba-tiba Iwan membentakku sambil menyenggol tangan kananya ke samping badanku.

Aku langsung refleks seketika Iwan pas menyenggolku. "Apaan sih, sakit tau nih" dan aku berbohong kalau itu tidak sakit sama sekali.

"he he sory gak sengaja, habisnya lu sih bengong melulu." Wajah nyinyir ia tampakkan lagi.

"Eh wan, cinta menurut kamu itu bagaimana, kan kamu kalo soal cinta number one. Coba jelaskan deh." Akun coba alihkan topik tadi, tentang cinta.

"Cinta ya?" Iwan menjeda kalimatnya sebentar. "Kalau menurut saya cinta itu adalah sebuah kentut! Menurut kamu itu salah gak? Mungkin mayoritas orang yang normal akan menjawab salah!. Tapi tunggu dulu, kentut itu mempunyai kesamaan dengan cinta, yaitu sama-sama dapat dirasakan namun wujudnya abstrak." Ia mulai bergurau lagi.

"Anjay lu Wan, Gue lagi serius nih." Aku berpikir sejenak tentang jawaban Iwan. "Tapi kalo dipikir-pikir juga jawaban kamu masuk akal ya!"

"Nah itu. Dengar ya, simak dengan betul. Aku mengatakan seperti itu karena , Kalau melihat definisi yang dibuat orang yang normal tentang cinta, maka kentut-pun juga akan menjadi sebuah cinta. Karena kentut itu cuman dapat dirasakan dan tak dapat dilihat, sama dengan cinta tidak bisa dirasakan akan tetapi tak tampak"

"Terus..!"

"Kebanyakan orang sekarang tidak menyadari definsi hal itu, buktinya? Kalau kita mengerti cinta secara sempurna maka tidak ada dibumi ini yang namanya kebencian, iri dengki, dan peperangan. Jika manusia benar-benar mengerti tentang cinta, seharusnya konflik yang ada di timur tengah itu tidak pernaha ada, juga diantara manusia tidak ada yang saling mendahului, dan seharusnya dunia ini damai." Tambahnya dia lagi dengan panjang dan lebar. Aku sangat takjub dengan jawaban itu, memang kalo tentang cinta Iwan number one benaran. Dan dari situ aku pun dapat memahami tentang cinta walaupun, cinta itu sama dengan kentut katanya.

SEBUAH INSPIRASI DARI PENULIS (ANTOLOGI CERPEN) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang