10. GOSIP

503 90 2
                                    

Pagi itu samar-samar Gisel mendengar sayup-sayup suara empat orang di gedung belakang sekolah, gadis itu baru akan membuang sampah karena hari ini dia yang sedang piket.

"Andre makin nantang, si monyet itu terus ngancem bakal ngabisin Yoshi setelah dia ngabisin Haruto"

Gisel melotot kaget, gadis itu sedikit menjulurkan kepala hendak melihat siapa yang sedang berbicara disana.

Gisel sedikit mengerjap kali ini melihat ada Shaka si pemuda dikelas sebelah, Gisel mengenalnya karena sempat berkali-kali datang ke kelas, ada Aldo juga dua orang yang Gisel tidak tau siapa.

Gadis itu kembali merapat mendengarkan dengan seksama.

"Apa kita aja yang maju?" itu suara Aldo.

"Enggak, kalo kita gegabah Andre pasti bakal langsung gerak cepet nyakitin Yoshi, kalo Yoshi kenapa-kenapa gue bisa jamin Haruto bakal enggak terkendali sampe bisa aja kalian juga kena imbasnya"

Gisel mengernyit, Haruto sampe segitunya ke Yoshi?

"Tapi kalo kita tetep diem si monyet itu udah gerak nyerang satu persatu dari kita, kita gak bisa terus nunggu aba-aba dari Ruto atau kita semua bakal abis" kali ini suara Shaka.

"Emang Andre anjing" umpat Aldo.

Gisel menahan nafas kini merasa keempat orang disana sudah mulai melangkahkan kaki, gadis itu panik langsung berlari dari tempatnya.








***







"Kentang banget hape lo, cogan foto kok ngeblur"

Karina mendelik mendengar itu, gadis jangkung itu langsung berdiri dari duduknya kemudian merebut ponselnya ditangan Reihan yang kini masih berpose narsis dengan tangan membentuk peace.

"Kentang tapi lo masih narsis, Kadal mah kadal aja" gerutunya kesal.

Reihan menjulurkan lidah meledek dengan kedua tangan menyatu diatas kepala menyerupai ular, pemuda itu kemudian menoleh kearah pintu kelas saat Jihan si sekretaris dengan Wulan si bendahara kelas sudah heboh memegang buku kas ditangannya.

Wulan memicingkan mata menatap horor pemuda itu yang kini menciut ditempatnya agak bergeser merapat kepada Bian yang masih tertidur dengan damainya.

"REIHANNNN!!!" Kedua gadis itu berjalan cepat menghampiri bangku pojok tempat Reihan yang kini berpura-pura tak tahu memasang wajah polosnya.

"BAYAR KAS!!" Gas Wulan membanting buku kas ditangannya keatas meja.

Reihan mengumpat didalam hati, pemuda kurus itu memasang senyum tertahan berusaha semanis mungkin bernegosiasi dengan sang bendahara berdarah manado itu.

"Gak usah sok imut gitu, menjijikan!"

Ok fix, taktik negosiasi dengan senyuman dinyatakan gagal.

"Elo nunggak udah sebulan! Mau bayar kapan heh Reihanudin!" Wulan kini berkacak pinggang kesal memandang pemuda dihadapannya.

"Iya anjir! mana ganti-ganti nama orang seenak jidat, kemaren gue mau bayar elo enggak ada, terus gue nyamperin mang dul dikantin jadi gua beliin cilok"

Stars √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang