02. NEW SCHOOL

847 118 9
                                    

Gadis berambut panjang dengan jepit rambut berbentuk love itu berjalan riang menyusuri koridor sekolah barunya pagi ini.

Telinganya tersumpal headset dengan kepala mengangguk-angguk dan kedua tangan yang bergerak mengikuti irama musik yang ia dengarkan.

"Neol sarangheee~ babababam babababam..."


BRUK.

"MANG SAMID DUA RIBU!!!" Gadis itu, Gisel tanpa sadar latah kencang karena tiba-tiba saja bertabrakan dengan seseorang yang entah sejak kapan sudah berada didepannya.

Gisel memaki dirinya sendiri karena bisa-bisanya latah dengan tidak aestetik, gadis itu menggerutu berfikir karena terlalu sering membeli cilok Mang Samid jadi sampai latah pun mengucap dialog ketika meminta cilok.

Masih sibuk dengan gerutuannya sampai ia tak sadar seseorang dihadapannya juga sedang memaki, sorot matanya sudah menunjukkan sinar laser yang sepertinya bisa kapan saja menembus jantung gadis dihadapannya.

Gisel merapikan posisinya yang tadi terduduk dilantai koridor, baru saja akan berdiri, gadis itu tersentak saat sebuah tangan terjulur kehadapannya hendak membantu.

Gisel mendongak menatap si pemilik tangan, gadis itu berkali-kali mengerjap menajamkan penglihatan saat kini netranya menatap wajah teduh seseorang dengan warna kulit seputih susu tersenyum ramah masih menjulurkan tangannya kehadapan gadis itu.

Gisel tersadar kemudian dengan gerakan cepat memegang tangan pemuda tadi yang setelahnya langsung menariknya berdiri, Gisel melirik nametag diseragam pemuda itu bertuliskan 'Yamazaki Yoshinori'.

Gadis itu memutar otak, jika dilihat dari namanya, Gisel langsung terfikir bahwa pemuda dihadapannya itu sudah pasti keturunan Jepang.

Tapi apa panggilannya?

Yoshi? Atau Nori?

Gisel menggeleng tidak mungkin jika Nori kan? Baiklah gadis itu memutuskan Yoshi saja, karena kepanjangan kalau harus menyebutnya Yoshinori.

Karena terlalu fokus pada pemuda dihadapannya, Gisel sampai tidak menyadari seorang pemuda yang tadi menabraknya sedang mengumpat kesal.

"Lo punya mata?" tanya pemuda itu kepada Gisel yang langsung tersadar kemudian mengalihkan pandangan kepada seseorang disebelah Yoshi.

Gisel melotot kaget menatap siapa pemuda yang tadi menabraknya, gadis itu hampir saja reflek berteriak kalau tidak mengingat ada Yoshi, si pemuda tampan berkulit seputih susu yang tadi membantunya berdiri.

Untung Gisel enggak kelepasan.

Bisa luruh image putrinya dihadapan pangeran.

"Elo kan yang waktu semal— AWW!!"

Ucapan Gisel terhenti saat si pemuda yang tadi menabraknya itu bergerak cepat kini sudah berada didepannya dengan kaki yang sengaja menginjak kakinya kencang.

Pemuda itu menoleh kebelakang punggungnya menatap Yoshi yang mengernyit bingung.

"Yo, duluan aja nanti gue nyusul"

Yoshi memicingkan mata menatap curiga, "Kenapa sih?" tanyanya.

Gisel sudah akan membuka suara tapi pemuda didepannya langsung membekap mulutnya.

"Enggak ada apa-apa, udah cepet duluan!" titahnya tergesa karena Gisel memberontak dibekapannya.

Yoshi menggeleng tak paham tapi kemudian mengangguk menurut saja, pemuda itu berbalik yang setelahnya langsung berjalan santai meninggalkan dua muda-mudi disana.

Stars √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang