09. HUKUMAN

488 86 3
                                    

Yoshi berlari cepat setelah turun dari motornya menyusuri halaman luas rumah mewah bercat serba putih itu.

Yoshi berharap ia tidak terlambat.

Pemuda itu mencari kesegala arah, melihat ruang tamu yang tampak kosong seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Tidak ada yang bisa ia tanyai saat ini, karena pemuda itu tahu persis bahwa para penjaga serta para pelayan dirumah besar itu tidak akan ada saat sang pemilik rumah sedang menghukum anaknya.

Haruto.

Yoshi terus berlari mencari tapi nihil, pemuda itu menggigit bibir bawahnya frustasi, Yoshi diam sejenak memikirkan kira-kira diruangan mana ia bisa menemukan Haruto.

Tapi pendengarannya menangkap sesuatu, seperti..

Suara cambukan.

Yoshi tersentak, langsung berlari menaiki tangga mencari dimana arah suara itu.



"PAPA!!!"

Yoshi tercekat merasakan lututnya melemas saat matanya kini melihat dengan jelas seseorang yang sudah tak berdaya terduduk lemas dilantai.











Ia terlambat.




Yoshi langsung berlari memeluk Haruto yang terbatuk dengan darah mengalir dari ujung bibirnya, serta bekas cambukan dipunggungnya.

"CUKUP!"

"Minggir kamu!" tegas sang ayah menyuruh Yoshi menyingkir.

"Cukup pa, cukup! AKU BILANG CUKUP!!" Yoshi menarik cambuk ditangan sang ayah.

"YOSHI!"

"Ini bukan salah Ruto!"

"Jelas-jelas dia sudah mempermalukan papa!, buat apa kamu mukulin temen kamu sampe masuk rumah sakit? mau jadi jagoan kamu, Yamazaki Haruto?!" bentak sang ayah kepada Haruto yang masih diam dipelukan Yoshi.




"INI SALAH PAPA!"

Plak.


Haruto melotot mendengar tamparan itu karena baru kali ini pemuda itu melihat ayah yang sangat menyayangi dan membanggakan anak tirinya itu justru memukul anak yang ia banggakan.

Haruto melepas pelukan Yoshi, pemuda itu berdiri dengan sekuat tenaga kemudian dengan gerakan cepat langsung memberikan bogem mentah kepada ayahnya.

"PAPA BISA PUKUL AKU, TAPI ENGGAK YOSHI!"

Ryo, sang ayah menarik paksa cambuk yang masih ada ditangan Yoshi, pria paruh baya itu sudah hendak melayangkan cambuknya kembali kepada Haruto, namun Yoshi langsung berdiri menghadang.

"Yoshi minggir!"

"Enggak!"

"MINGGIR!"

"ENGGAK AKAN SEBELUM PAPA BERHENTI!"

Ryo menurut, pria itu menaruh cambuk disofa, menatap tajam Haruto yang masih berdiri dengan sisa tenaganya.

"Ini akibat karena kamu udah berani ngelanggar aturan papa"

"Papa pernah gak mikirin perasaan Haruto meskipun sedikit aja?" tanya Yoshi.

"Apa papa tahu gimana kerasnya Haruto berusaha jadi yang terbaik cuma buat menuhin nafsu papa?!" lanjutnya.

Yoshi diam sebentar mengatur nafasnya kemudian kembali melanjutkan, pemuda itu menatap tepat mata ayah tirinya itu.

"Apa papa tau segimana tertekannya Haruto selama ini?!"

Stars √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang