Bagian 9

12 2 0
                                    

"Malapetaka itu datang!"

•••

Siang yang seharusnya panas tiba-tiba hujan. David tetap melakukan perjalanannya yang hanya sebentar lagi.

Keberadaan mrs.Cintia memang jauh dari pedesaan. Bertempat di rumah tua yang letaknya di kaki gunung.

Dengan hati yang berkecamuk antara takut dan kedinginan David mulai mengepalkan telapak tangannya di udara. Berniat akan mengetuk pintu kayu yang sedikit keropos, namun si Tuan rumah sudah membukakan pintu.

"Masuklah, jangan biarkan badan tua mu kedinginan."

Suara perempuan itu terdengar, tanpa basa basi David langsung masuk. Tubuhnya tiba-tiba menghangat, itu pasti efek dari api unggun yang menyala di atas tungku. Lengah sedikit, habis rumah ini terbakar. Mengingat rumah ini sepenuhnya kayu, bahkan lantai yang sekarang dipijak terbuat dari papan jati yang sudah lembab.

David ingin memprotes, mrs Cintia menyebut dirinya tua. Padahal mrs Cintia sendiri jauh lebih tau dari dirinya, kurus dengan rambut panjang, kuku kotor yang entah kapan terakhir kali dipotong. Muka keriput dan punggung bongkok macam jenglot.

"Hey! Aku tidak setua itu, ingatlah! Aku seperti ini, karena menahan kekuatanku yang semakin kuat setiap tahunnya."

David menahan napas, mrs Cintia pasti bisa membaca pikiran, ia harus hati-hati sekarang.

"Ya, memang aku bisa membaca pikiran seseorang, tapi apabila aku mau. Jika tidak mau, aku bisa menutup kemampuanku itu."

David berdeham. "Maka dari itu, saya memohon mrs untuk menutup kemampuan yang Anda punya, saya butuh privasi."

Mrs cintia tersenyum miring, menatap manik David. "Bahkan saat satu kilo meter dirimu menuju tempat ini, aku sudah tau maksud kedatanganmu ke tempat ini."

David tercengang tak percaya. "Apa!"

"Kejadian seperti ini pernah aku pecahkan sebelumnya, puluhan tahun lalu, seseorang datang dari masa depan, itu disebabkan oleh kecerobohan ilmuwan kala itu, melakukan uji coba pada mesin generator van der graaf sendirian, sehingga ia terpental jauh ke masa lalu karena pergeseran masa," mrs cintia beralih menduduki kursi goyang dekat jendela, sambil menyesap air di gelas yang kini digenggamnya.

"Dia terjebak di sini, karena itu kecelakaan mesin, dengan susah payah, aku harus membuat portal dengan kekuatanku."

David mengerutkan dahinya. "Fisika ada hubungannya dengan sihir?"

"Tidak semua orang percaya takhayul. Tapi ilmu ku bisa menyelesaikan semuanya, bahkan mesin bodoh kekinian itu kalah dengan ilmu kuno ku," mrs Cintia tersenyum miring.

"Tapi gadis yang ada di rumahku, dia kesini bukan karena mesin!"

"Lalu?"

David menceritakan a-z tentang Anneth. Sedikit membuat mrs.Cintia tercengang.

"Ada drama dibalik roh menguasai alam bawah sadar, dasar takdir anak muda," mrs.Cintia tertawa kecil.

"Apakah kau tidak memiliki solusi untuk semua ini? Jika tidak ada, apa gunanya aku jauh-jauh datang kemari!" David menatap intens mrs.Cintia, ingin sekali mengacak-acak rambut putihnya itu.

"Bersenang-senanglah di sini selama beberapa pekan, biarkan anak muda itu mendapatkan jawaban atas pertanyaannya dimasa lalu. Putramu pasti akan membongkar semuanya, lagi pula menurutku, alasan ia hadir dimasa ini karena hal itu."

"Ya ya ya! Itu terserah, lalu bagaimana cara ia bisa kembali ke masanya?"

"Hanya ada satu cara."

David mengangkat sebelah alisnya "Apa itu?"

"Meditasi."

•••

"Oh ya?" tanyaku memastikan ucapan Caroline.

"Saat aku pergi belajar dan menginap di asrama. Andreas selalu ingin tau tentang ku. Aku dan Andreas berbeda satu taun, tapi aku kakak kelas Andreas, Andreas memang bodoh! Ia sekolah tiga tahun di Taman Kanak-kanak karena sulit membaca."

Aku tersenyum. "Kalian sedekat itu, ya," kini aku meletakan sumpit lalu meminum air mineral hingga tandas.

"Semenjak mommy nya meninggal, ia menjadi murung, tidak sebandel dulu, sikapnya berubah, ia juga menjauhi ku, semenjak ia kuliah di Indonesia, hanya kamu lah yang membuat Andreas kembali tersenyum."

Aku tersentak, kedua mataku membelo. "Kamu sudah tahu?"

"Ya, Anneth, aku percaya kamu dari masa lalu. Aku tidak akan menertawakanmu, aku yakin seribu persen kamu adalah Anneth kekasih Andreas."

Aku menggeleng. "Aku bukan kekasih Andreas."

Caroline menatapku sayu. "Katakan saja Anneth, bahkan aku selalu was-was setiap saat. Kamu pasti jatuh cinta kembali pada Andreas kan?"

"Caroline, kamu mencintai Andreas?"

Tidak ada jawaban, dan aku menyimpulkan bahwa itu adalah iya.

•••

Meditasi ✔ [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang