Bagian 28

5 1 0
                                    

Dua hari sebelum kejadian

Di ruangan gelap, 2031.

•••

Indra penciumanku terasa gatal, tangan yang lemah ini terpaksa harus mengikuti kata otak untuk menggesekkan jari telunjuk ke hidung, karena pergerakan itulah matapun kehilangan alat perekatnya.

Aku tersadar dari pingsan.

Perkakas rumah tangga yang penuh debu juga tumpukan jerami di sisi kananku, karena itulah aku yakin bahwa ini adalah tempat yang sempat Caroline rekomendasikan padaku untuk dipakai bersembunyi apabila ada hal yang mendesak, dan tentunya, berbahaya.

Walaupun sejatinya, hal yang mendesak dan berbahaya itu adalah dirinya sendiri.

Aku memang tidak diborgol, walaupun menyeramkan, tetapi matras yang dijadikan alas untuk aku terbaring lumayan nyaman juga.

Kendati demikian, bagaimana bisa aku keluar dari sini apabila tempat ini terkunci. Juga tidak ada celah untuk udara, senyap, dengan nuansa hitam dan kuning dari lampu pijar yang hampir mati.

Aku tidak akan sanggup mendobrak pintu, atau bahkan, di sini tidak mungkin ada pahlawan berupa lelaki menawan yang akan menolongku bak film bollywood.

Tubuhku terkulai lemas di badan pintu yang mulai rapuh. Dengan tulang kayu yang keropos, mungkin saja Andreas akan mudah menghancurkannya dan membawaku pulang ke rumahnya.

Ah dasar pikiran nakal, bisa-bisanya menghayalkan dia disaat-saat seperti ini.

Seseorang membuka pintu, aku yang sedang bersandar terjatuh ke belakang dan sangat terkejut.

Di hadapan ku, terlihat kaki jenjang yang dibalut jeans hitam. Aku mendongakkan kepala, seseorang itu melihat juga ke arahku.

"Kamu ingin keluar dari sini?"

Ia berjongkok menyetarakan tingginya denganku.

"Ayah dan Ibuku pergi ke rumah nenek untuk mempersiapkan natal, kurasa itu menguntungkan, karena akhirnya hari pembalasan telah tiba."

Aku merasakan ujung pisau menusuk ulu hatiku, walaupun kenyataannya dalam buku harian Andreas Caroline melakukan hal yang tidak baik, aku ingin membuktikan bahwa sekarang hal itu tidak akan pernah terjadi lagi.

Ternyata rasa bencinya masih berlanjut sampai sekarang, sampai aku dan Andreas sudah tidak lagi bersama. Bahkan ia yang menghancurkan masa laluku.

"Caroline, aku tidak mengetahuimu saat itu, kenapa kamu harus menghancurkan masa laluku? Tidak seharusnya aku berada di sini sekarang."

Mata Caroline membelalak marah, ia menyeret tubuhku untuk kembali masuk ke dalam gudang, tanpa rasa iba, dengan sekuat tenaga ia membantingku ke permukaan matras.

Aku meringis kesakitan, aku merasakan seluruh tulangku hampir patah.

"Itu karena kamu dan Andreas kembali bersatu!" Caroline menjerit.

Ia mengikat kedua tanganku dengan tali, mengangkat tubuhku kembali dan mendorongku hingga membentur tembok.

"Aku sudah beberapa kali mencoba menghancurkan hidupmu, tetapi kenapa kamu selalu datang kembali dan mengganggu hidupku. Kenapa kamu tidak mudah mati!"

Meditasi ✔ [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang