Bagian 20

7 1 0
                                    

Andreas berjalan menuju puncak bukit setelah memarkirkan mobilnya di tempat parkir, siapa yang akan menduga, ada seorang sakti tua tinggal di hutan yang bagian dasarnya dipakai untuk perkemahan anak-anak SD.

Bagaikan pendaki gunung, Andreas telah siap dengan perlengkapan yang ia gendong di punggungnya. Sebelumnya, saat ia pertama kali ke sini secara diam-diam, ia sangat kerepotan, tidak menyiapkan perlengkapan apapun. Alhasil punggung dan kakinya merasakan pegal dan beberapa hari Andreas kesulitan untuk berjalan.

Tidak terlalu sulit untuk menemukan kediaman mrs Cintia, tinggal mengikuti arah bunga tulip kuning, bunga itu bertengger setiap satu meter sekali, isyarat kuno untuk menunjukan arah.

Andreas berjalan sambil memikirkan Anneth di rumah, terkadang ia merasa marah padanya, merasa kecewa, merasa ingin balas dendam, tapi satu kata yang meluluhkan hatinya, ia masih mencintainya.

Terkadang Andreas ingin mendiamkan saja apabila Anneth menjadi buruan di sini, seseorang yang ingin membunuhnya sedang mengincar, Andreas merasa tenang karena tidak harus mengotori lengannya untuk melihat Anneth mati. Terkadang Andreas merasa apabila cinta itu hanya menyakiti, cinta itu bodoh, cinta itu menyakitkan dan menyengsarakan, cinta itu tabu untuknya. Tapi lagi-lagi, perawakan laki Andreas tetap luluh pada seorang gadis yang tak berdaya.

Maka dari itu Andreas memantapkan hati, ia akan membalas dendam sekaligus menyelamatkan Anneth.

Andreas tidak tahan melihat ketidaktahuan Anneth hingga sekarang, semua orang menyembunyikan tentangnya agar ia bahagia, ketika ia mengetahui segalanya, Anneth malah mencampakkannya.

Anneth yang spesial, yang tidak boleh tergores luka sedikitpun.

Anneth harus mengetahui semua tentangnya sekarang juga, agar ketika Anneth pulang ke dimensinya, Anneth bisa lebih menyesuaikan diri dengan keadaan.

Keringat bercucuran di seluruh dahi, leher, dan punggung. Andreas semakin bersemangat untuk segera sampai.

"Anneth, aku akan tetap menyelamatkanmu." Ucapnya dengan napas yang tidak beratutan.

Karena aku masih mencintaimu.

•••

"Seseorang akan datang ke sini!" ucap mrs Cintia yang sedang bersantai sambil menselonjorkan kakinya di depan perapian.

"Maksudmu, kamu akan mendapatkan pelanggan lain? Tidak, kamu harus menyelesaikan masalahku, ini hari ke dua puluh Anneth berada di sini, itu artinya lebih dari setengah tahun Anneth koma di rumah sakit," komplain David.

Mrs Cintia memejamkan matanya, menikmati hangat dan nyamannya kursi kayu baru yang dibuat oleh David. "Ku bilang, kamu datang ke sini untuk bersenang-senang."

"Aku sudah sangat bersenang-senang di sini, menjadi tukang kayumu, memakan ikan bau amis, kentang bercampur tanah, babi liar yang penuh darah. Aku sudah mencoba semua destinasi yang ada di sini. Sebelas hari adalah waktu yang terlalu lama untuk berlibur!"

"Biarkan saja dirimu, bekerja terlalu lelah bukan?"

David berkacak pinggang, merasa kagum dengan sikap nene tua di depannya ini yang begitu santai.

"Kamu tahu, berapa juta dollar yang aku sia siakan karena menolak semua tawaran yang menginginkan lukisanku?"

"Kamu akan mendapatkan lebih banyak dari itu," timpal mrs Cintia.

"Percepat semuanya, ini perintah!" titah David dengan menghentakan telapak kakinya dengan keras, bersyukur apabila lantai kayu ini tobros.

"Baik, kamu akan mulai melakukan meditasi, tapi setelah putramu sampai ke sini. Tidak akan lama lagi, jadi, bersabarlah sedikit."

David membelalakkan mata. "Andreas datang ke sini?"

Mrs Cintia mengangguk, masih anteng dengan acara bermalas-malasannya.

"Sepertinya, Anneth sudah mengetahui tentang dirinya."

"Aku tidak paham mengenai itu, walaupun sudah beberapa kali disinggung olehmu." David memang merasa penasaran.

Mrs Cintia bangkit dari kursi, berjalan perlahan menuju pintu, lalu membukanya.

"Dan, ini dia, tamu kita sudah datang."

Andreas terlihat kacau karena terlalu lelah, sekaligus terkejut karena tuan rumah mengetahui bahwa ada seseorang di luar, padahal dirinya belum mengetuk pintu.

"Mari kita mulai meditasi kita, malam ini juga."

•••

Hari ini adalah hari bersih-bersih bagiku, aku menyapu lantai dan membuang debu ke luar. Berharap angin membawanya pergi, debu pergi bersamaan dengar energi negatif yang selalu membuatku tidak karuan, membuatku putus asa dan penuh tidak percaya diri.

Aku membersihkan taman Dad, merawatnya dengan sepenuh hati. Tidak membiarkan satu hamapun memakan dan mengambil nutrisi hak tanaman.

Di belakang pagar, terselip di antara dua tanaman, secarik kertas merah muda yang hampir hancur terkena air.

Aku pikir itu adalah sampah biasa, hampir saja aku membuangnya langsung ke tempat sampah. Tapi aktivitasku terhenti saat melihat tulisan yang hampir buyar itu.

Selamat datang di neraka, pembunuh!

Tanganku bergetar, kertas itu jatuh. Tatapanku nanar dan aku merasa sangat ketakutan.

Itu artinya seseorang tahu tentangku

Ada seseorang yang mengincarku.

Kemarin aku ingin mati, tapi kenapa aku kini ketakutan. Mohon, tolong aku!

•••


Meditasi ✔ [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang