Bagian 16

6 1 0
                                    

Caroline menguap lalu meregangkan tubuhnya, jam beker berdering kencang pukul lima pagi, waktunya siap-siap untuk bekerja lagi. Sambil duduk di atas kasur, ritual mengumpulkan nyawa dan niat sepenuh hati, Caroline menutup mata sekejap, mencoba mengingat apa yang terjadi kemarin malam. Ia tidak ingat, apakah kemarin benar-benar mabuk? Padahal Caroline hanya minum sedikit.

Sebelum mandi, Caroline sudah terbiasa berolahraga dahulu, mengesampingkan semua rasa kantuk, Caroline beranjak dari kasur, lalu keluar rumah untuk menghirup udara segar.

Caroline berlari kecil di depan rumahnya, memang tidak luas, tapi bisa mencapai satu kilo meter apabila melakukannya dua puluh kali putaran.

Srek

Padahal baru saja beberapa langkah, Caroline melihat ke bawah, penasaran dengan apa yang ia injak.

"Buket mawar hitam," gumamnya.

Ingatannya berputar pada kegiatan kemarin malam, setelah mengantar Anneth pulang sampai depan rumahnya, ia mungkin tidak terlalu sadar, tapi dengan jelas pandangannya tidak melihat buket bunga ini sama sekali.

Pikirannya mengambang di udara, berpikir keras di pagi hari lumayan membuat pusing juga.

"Kamu membeli mawar hitam, Caroline?" tanya seseorang dari balik pagar.

Caroline terhenyak kaget, melihat siapa yang datang pagi buta begini.

"Kenapa kamu ada di sini?" tanyanya lagi.

Caroline mengembuskan napas panjang. "Harusnya aku yang bertanya padamu, Andreas, untuk apa kamu di sini? Pagi-pagi sekali."

Andreas melihat sekeliling, memasukkan telapak tangannya ke dalam saku celana.

"Banyak orang juga sudah di luar, lagipula aku perlu merawat taman mawar Dad, musim dingin ini, bunga mawarnya banyak yang mati karena kekurangan cahaya mentari, oh, tapi kenapa, bunga mawar mu itu sangat cantik? Aku terobsesi mawar hitam kemarin malam, aku membelinya tapi langsung membuangnya, punyaku langsung layu," ucap Andreas.

Caroline membeku di tempat, hanya menatap bunga itu tanpa berpaling sedikitpun, dalam pikirannya penuh tanda tanya, akan siapa yang mengirimkan bunga ini untuknya. Apa seseorang sedang mengancamnya?

"Kamu sepertinya sangat jatuh cinta pada bungamu, aku sangat senang melihatnya, kalau begitu, aku pulang dulu."

Andreas melangkahkan kakinya menjauhi pagar, pergi menuju kediamannya yang hanya beberapa langkah saja dari rumah Caroline.

Caroline meremas bunga itu, menghancurkan buket itu, merobek kertas penyangganya, mematahkan tangkai mawar tak peduli telapak tangannya yang berdarah karena duri, membantingkannya ke tanah kemudian menginjak-nginjak bunga tersebut hingga benar-benar hancur.

"Siapa yang udah ngelakuin ini?" Caroline bertanya pada dirinya sendiri. Tangannya mengepal, raut wajahnya mengerut marah. Suaranya bergetar, seseorang telah menaruh curiga padanya.

Anneth, nama yang tiba-tiba saja terlintas di pikirannya.

~••~

Jakarta, 25 November 2018

Seseorang menjatuhkan foto tepat di depanku, aku mengusapnya untuk membersihkannya dari debu. Saat aku lihat, itu potrait seorang siswi SMA, tersenyum tenang sambil memeluk buku. Rambut panjang sebahunya, tergerai rapih.

Bukan bohong, tapi ku rasa, dia adalah perempuan tercantik yang pernah aku temui.

Aku akan mencari perempuan ini.

Meditasi ✔ [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang