Sunghoon berubah menjadi turbo demi mengalahkan timer pada jam tangannya. Kedua kali dalam seumur hidupnya, ia bangun kesiangan.
"Tumben si setan belom-"
BRAK!
Ucapan Meika terpotong akibat Sunghoon membuka- ralat, membanting pintu dengan keras sambil terengah-engah.
"DEMI TUYUL KAMUFLASE. Lo apa-apaan sih, Hoon?!" latah Jake.
"Weh sejarah baru nih 'mantan ketua OSIS bangun kesiangan' mantap" goda Jay.
"Gara-gara lo berdua anjir!" geram Sunghoon sambil berusaha menetralkan nafasnya.
"Lah ngapa kita?"
"YA LO BERDUA NGAJAK GUE BUAT MABAR. PADAHAL BARU JUGA SAMPE RUMAH"
"Eits, santai bos. Lagian sapa suruh lo nge-iyain pfft" ejek Jake.
"LO BERDUA MAKSANYA GAK MANUSIAWI SIALAN. YAKALI GUE NGEBIARIN GAEUL HANYUT DI SUNGAI GEGARA NOLAK MABAR" teriak Sunghoon.
Karena Jay tidak mencari masalah dengannya, Meika hanya menonton dan tertawa. Ada-ada saja memang kelakuan tiga manusia yang disebut sahabat ini. Keributan mereka merupakan sebuah hiburan tersendiri bagi orang-orang yang menyaksikan.
"U-Udah udah *nafas*, capek gue. Mending kalian siapin jiwa dan raga noh, bentar lagi mapelnya Pak Seokjin" ucap Meika sambil berusaha meredakan geli di perutnya akibat terlalu banyak tertawa.
Mampus. Siap-siap jadi penangkaran bocah, batin mereka sambil melirik satu sama lain.
Dan benar saja, mereka merasa seperti bocah hilang.
"Ya, selamat pagi anak-anak~" sapa Pak Seokjin dengan riang.
"Pagi, pak" balas mereka dengan lesu.
"Bagaimana liburannya? Senang?~" Seokjin masih mempertahankan sifat dan nada riangnya
"Pak, kita udah kuliah jadi-"
"Park Jongseong, kamu pintar menjawab ya nak. Perlu diberi hadiah ini" ucap Seokjin menunjukkan senyum mematikan lalu merogoh saku.
Jay yang paham akan maksud Pak Seokjin dengan cepat berdiri di tempat lalu menjawab dengan nada sama riangnya. Jauh lebih baik menjawab dengan nada riang daripada harus menjadi asisten pribadi Pak Seokjin selama seminggu.
"Oh sangaaaatt baik bapak, sangaaaatt senang~"
Jake dan Meika menunduk melihat ujung sepatu sekaligus mencoba memikirkan hal yang sedih, sedangkan Sunghoon menutup kedua matanya mencoba untuk meditasi mencari ketenangan batin.
Mereka tidak.boleh.tertawa.
"Bagus, Jay. Ayo yang lainnya jangan lemas seperti rumput laut terdampar dong" ucap Pak Seokjin.
Melihat murid-muridnya yang masih saja lesu, Seokjin pun lama-lama kesal.
"Mungkin dengan jadi asisten pribadi bapak, kalian akan lebih-"
BRAK!
"EH COPOT"
"Siap pak! Kami senang selama liburan!" teriak semua murid dengan kompak layaknya tentara sambil hormat.
Seokjin menepuk-nepuk dadanya akibat terkejut setengah mati.
"Ngapain kalian begini?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
butterfly | jake shim
Fiksi PenggemarPersahabatan itu kadang manis, kadang pahit, kadang juga hambar. Apalagi cinta... Sudah siap menjelajah kehidupan bersama mereka? [Sudah tidak update.] . . . Hai! Welcome readers :) Maklumin kegajeannya karena ini book pertama