4. Fam Gathering

457 50 7
                                    

Bagi keluarga Moon, berkumpul bersama adalah hal mutlak. Kakek Moon selalu mengajarkan untuk selalu memioritaskan keluarga dibanding apapun, karena keluarga adalah rumah sesungguhnya. Ajaran itu diterapkan oleh ayah Moon ke anak-anaknya, termasuk Byulyi.

Meski ia mempunyai jadwal yang padat, Byulyi tetap mengunjungi keluarganya di kediaman sang kakek begitu menyelesaikan semua tugas. Sesampai disana, ia disambut hangat oleh para pelayan.  Karena dia datang lebih cepat dari acara, Byulyi memilih untuk beristirahat sejenak setelah menyapa kakek neneknya.

Walaupun dia tidak tinggal disini, sang kakek tetap menyiapkan ruangan pribadi untuk para anggota keluarganya, jadi mereka bisa menginap ataupun tinggal sementara. Sang kakek juga meminta para pelayan untuk tetap membersihkan ruangan tersebut setiap minggu, jadi suasana kamar Byulyi tetap segar dan juga bersih.

Byulyi tertidur sejenak sebelum dibangunkan oleh ketukan pintu, pertanda bahwa dia sudah harus bersiap-siap untuk acara. Ia meregangkan tubuh, mencuci wajahnya, juga memoles riasan tipis agar tidak terlihat baru bangun tidur. Setelah semua beres, dia turun ke bawah, bergabung dengan keluarganya.

"Hai," sapa Byulyi kepada keluarga intinya yang sudah duduk di meja makan. Ia segera duduk di samping adik keduanya, Seulgi, sebelum mendengarkan suara bisik-bisik dari saudaranya yang lain. Byulyi tersenyum tipis, semenjak dia diangkat untuk menjadi bagian penting dari grup perusahaan Walsong, hampir semua dari saudaranya menjadi menjauh, sinis, bahkan terang-terangan menolaknya untuk bergabung.

Ya, walaupun, sekeras apapun mereka menentang, perintah kakek adalah hal yang tidak dapat diganggu gugat. Ia awalnya juga menolak untuk bergabung karena dia tidak punya hati di bisnis. Ia anak seni, ia bahkan lulusan seni musik! Namun, sekali lagi, perintah kakeknya tidak dapat diganggu gugat.

Waktu berlalu detik demi detik, para anggota keluarga berdiri dengan tegak untuk menunduk hormat pada pasangan tua yang masuk ke ruangan. Mereka adalah kakek nenek Moon, pemimpin tertinggi perusahaan Walsong. Ketika mereka berdua duduk, semua juga ikut duduk.

Sang kakek adalah orang yang tegas namun juga pengertian, meski tidak terlihat seperti demikian, Byulyi tahu dia sangat memikirkan tentang setiap anggota keluarga dengan detail. Nenek pun sama, yang membedakannya adalah nenek adalah sosok lemah lembut, ia juga bijak, dan pandai memilih kata-kata.

"Aku senang kalian datang kemari tidak terlambat," ujar sang kakek membuka percakapan di meja makan.

"Tentu saja kakek, kami sangat senang bisa bertemu denganmu. Kami tidak akan terlambat meski sedetikpun!" Itu adalah kakak pertama dari ayah Moon, Byulyi dan adik-adiknya menyebut ia sebagai paman manis, karena ia pandai berkata-kata manis meski nyatanya tidak demikian.

"Benar, buktinya kami datang pertama kali kesini," balas kakak kedua sang ayah, membanggakan keluarganya yang datang saat masih sepi. Mereka tentu tidak menyadari mobil Byulyi yang terparkir antara mobil mewah koleksi sang kakek.

Sang nenek tertawa kecil sebelum menatap cucuk perempuan pertama yang duduk tak jauh dari pandangannya, Byulyi. " Sayangnya yang pertama kali kesini adalah Byulyi,"

Mendengar namanya tersebut, Byulyi hanya tersenyum manis dan menggandeng tangan neneknya. Ia tahu hal tersebut membuat kedua orang disana menjadi panas. "Nenek, aku memang datang pertama, tapi yang berada disini bukanlah aku. Bukankah yang penting kita semua berkumpul lengkap pada akhirnya?"

"Kau benar." Jawab sang nenek dengan lembut.

"Aku mengumpulkan kalian disini untuk mengajarkan kalian bahwa kebersamaan keluarga adalah yang nomor satu. Tanpa keluarga, kita bukanlah apa-apa. Ingatlah..." sang kakek pun mulai berbicara panjang lebar seperti biasa. Terkadang membuat Byulyi gemas karena dia terus memutar inti dari perkataannya. Meski memakan waktu lama, Byulyi pun lega karena akhirnya dia bisa makan dengan lahap.

Dancing Party  - Moonsun Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang