Moon Byul Yi atau biasa dipanggil Byulyi, tidak akan pernah menyangka akan tertarik pada saingan perusahaannya, Kim Yongsun yang dia temui saat pesta topeng kenalannya beberapa bulan yang lalu. Dia melihat Yongsun sebagai wanita yang berbeda, dia dewasa, disiplin, teliti, namun juga dapat bertingkah seperti anak kecil, sering merajuk, dan tidak terbiasa untuk dimanjakan.
Hubungan mereka yang awalnya selalu penuh dengan ketegangan kini berubah menjadi lebih intens dan santai, terutama bagi Yongsun. Jika di depan oranglain dia harus bersikap seperti leader yang disegani, jika bersama Byulyi dia bisa bersikap seperti bersama teman, tanpa takut image yang dia buat rusak, tanpa harus di-judge oleh oranglain.
Mungkin tidak ada salahnya untuk tetap berteman dengannya, pikir mereka berdua yang kemudian membuat perasaan lain terselip diantara hubungan pertemanan mereka. Cinta.
Jika boleh dibilang, Yongsun tidak terbiasa dengan hal tersebut. Dia bukannya tidak pernah jatuh cinta. Dia pernah, sekali, dengan teman pria di sekolahnya dulu, meski tertolak. Namun, dia berpikir, itu adalah hal biasa yang tidak perlu dipikirkan. Semua orang berhak menolaknya begitu juga sebaliknya. Apalagi saat dia tahu ayahnya akan menjadikannya sebagai pemimpin perusahaan, dia tidak lagi memikirkan percintaanya.
Dan semasa sekolahpun, Byulyi sudah populer meski dia bersekolah di asrama perempuan. Dia juga bukan sekali dua kali berpacaran, mungkin beberapa kali selama masa mudanya, namun semenjak lulus kuliah dan ayahnya meninggal, ia harus berhenti untuk berpikir mendapatkan pasangan.
Dan kini, mereka berdua merasakan hal tersebut kembali. Mereka memahami satu sama lain, mereka menyukai satu sama lain, dan mereka nyaman satu sama lain. Mereka berdua merasa cukup jika berhubungan seperti ini meski tetap saja, tidak ada yang benar-benar berpikir seperti itu.
"Jadi, kau pacaran dengan Moon Byulyi?" Tanya Park Sodam, asisten sekaligus sahabat dekat Yongsun setelah pulang dari acara peresmian cabang baru perusahaan mereka.
"Tidak—" Yongsun segera menoleh, menatap Sodam dengan terkejut, "Eh, tunggu! Apa maksudmu?"
"Jangan kira aku tidak tahu kalau kau selama ini berhubungan dengan saingan kita, Yongsun." lanjut wanita itu sembari masuk ke dalam mobil. "Kenapa kau dekat dengannya? Sangat tidak mungkin jika itu tentang hubungan bisnis, kan?"
Merasa terpojok, Yongsun mengendus. Dia memang tidak bisa meremehkan Sodam sebagai sahabatnya. Dia selalu tahu apa yang terjadi tanpa harus Yongsun beritahu. Agak sedikit menyeramkan namun dia tahu, Sodam seperti itu untuk kebaikannya. "Ya, kami memang dekat secara romantis, tapi kami bukan sepasang kekasih!"
"Jadi, maksudmu kau dan dia berhubungan tanpa status?" Sodam terlihat terkejut dengan jawaban santai Yongsun.
"Apa status itu penting? Maksudku, kami berdua cukup bahagia tanpa status. Lagi pula, dia sainganku,"
Sodam mengesah frustasi, "Ya ampun, aku tidak percaya kau bisa berkata begitu...". Yongsun mengerutkan dahi, "Kau ini sebenarnya berniat melarangku atau mendukungku sih?"
"Tentu saja aku mendukungmu, Kim Yongsun!" Seru Sodam, bersemangat walau kembali mengesah frustasi, "Maksudku, Moon Byul itu tidak buruk juga kan? Meskipun dia adalah saingan kita, perlakuannya ke dirimu sangat manis! Aku bahkan tidak percaya dia berani untuk mengajakmu makan siang."
Yongsun menghela nafas, ia dengan sadar ingat betapa paniknya dia saat mendapat telepon dari sang Rival saat bersama Park Sodam hanya untuk mengajaknya makan siang bersama. Namun, Yongsun jelas menolaknya, dia berpikir tentang apa yang akan dikatakan Sodam jika dia tahu kalau Yongsun berhubungan dengan pimpinan rival utama perusahaan mereka. Meski, saat hendak menutup telepon, Yongsun tersadar kalau mobil Byulyi sudah terparkir tak jauh dari mobil Sodam.
"Dan semua orang yang melihat kalian sudah pasti berpikir kalau kalian berpacaran," lanjut Sodam sembari menepuk pundak Yongsun, ia menatap sahabatnya itu dengan lembut, dan tersenyum hangat. "Sebagai sahabatmu, aku sangat mendukung hubungan kalian berdua!"
Merasa diterima dan didukung penuh, sorot mata Yongsun menjadi sendu, ia segera memeluk Sodam erat, dan mengucap terima kasih atas kepedulian dan dukungannya.
Sementara disisi lain, Byulyi sedang menghadapi dua sahabatnya mengoceh tentang tindakan bodohnya mendekati saingan perusahannya selama bertahun-tahun. Hyejin dan Wheein bahkan tidak habis pikir jika sahabat sekaligus kakak tertua mereka telah menjadi gila dan bebal.
"Oh, Ayolah, kalian cuma belum pernah mengenal dia. Dia orangnya tidak seburuk yang kalian kira!" Seru Byulyi, meyakinkan dua wanita muda ini kalau Yongsun adalah wanita yang baik.
"Aku bisa gila berbicara dengan orang ini," keluh Wheein sambil menengguk sojunya. Tidak habis pikir betapa keras kepalanya Byulyi sekarang.
"Unnie, apa kau yakin benar-benar menyukainya? Kau harus tahu kalau KAU sudah sering begini, ingat Kang Seulgi? Hani? Ah— Dan jangan lupakan seniorku, Heize-sshi... KAU SELALU BERAKHIR DENGAN ALASAN YANG TIDAK JELAS!" Kini giliran Hyejin dengan melakukan penekanan di beberapa kata. Alih-alih mendengarkan, Byulyi malah menutup telinganya, tidak mau dengar. "Tidak mau dengar, tidak mau dengar!"
Hyejin menggeleng dan ikut menyerah, dia menatap Wheein untuk meminta pertolongan namun wanita mungil itu sudah menyerah terlebih dulu. Byulyi cuma mengehela nafas, bagaimanapun ia menyadari perbuatannya yang dulu, yang tidak pernah serius dengan sebuah hubungan. Itu karena dia lelah, dia cuma ingin menikmati masa mudanya, tidak lebih dan tidak kurang.
"Aku, sangat minta maaf. Tapi kali ini aku serius, aku ingin menjalani hubungan dengannya. Aku tidak akan melakukan hal buruk padanya seperti apa yang terjadi di masalalu. Aku tidak punya siapapun untuk mendukungku saat ini. Itulah kenapa aku menghubungi kalian...."
Mendengar itu, Hyejin maupun Wheein terlihat luluh. Selama ini, Byulyi tidak pernah berbicara serendah dan serius seperti itu. Merasakan niatnya baik, Wheein pun mengalah. Sembari menuangkan soju ke gelas Byulyi, ia berkata, "Baiklah, tapi tolong ingat satu hal, kalau kau sampai putus dengannya, kami tidak akan menolongmu seperti dulu!"
Hyejin juga meletakan daging yang sudah matang dipanggang ke piring Byulyi sambil menatapnya tajam, "Dan tolong minta maaf ke Heize-sshi, kau tidak pernah tahu betapa sulitnya aku menahan rasa malu karna kau, unnie!"
Byulyi yang mendapat dukungan dari kedua sahabatnya itu segera berdiri dengan girang dan merentangkan tangan, hendak memeluk mereka, "YA AMPUN, SAHABAT-SAHABATKU! TERIMA KASIH TELAH MENDUKUNG UNNIEMU INI, AKU JANJI AKAN MELAKUKAN YANG TERBAIK!"
"YA, SIALAN— AWAS NANTI TUMPAH—!!!!" Seru Wheein menutup malam penuh kebimbangan itu untuk mereka bertiga.
Dan mungkin untuk Byulyi, yang siap untuk menegaskan hubungannya dengan Yongsun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing Party - Moonsun
FanfictionBukan hal aneh lagi untuk melihat dua CEO muda berperang dingin dalam bisnis. Tapi jika sampai berkomitmen, tentu itu beda lagi ceritanya.