Byul terbangun dan menyadari dirinya sangat kacau; bau alkohol menyerbak dari seluruh tubuhnya, rambutnya berantakan, dan matanya sembab. Dengan berat, ia berusaha sekuat tenaga untuk keluar dari kamar teman-temannya itu.
"... Unnie, kau baik-baik saja? kau nampak seperti zombie," ucap Wheein begitu sang tertua keluar dari kamar. Byul mengangkat telapak tangannya, menandakan bahwa ia baik-baik saja. Hyejin dengan sigap memberikan segelas air putih dengan pil pereda mabuk untuknya.
"Apa kalian ada baju formal yang bisa dipinjamkan? Aku harus segera pergi ke kantor,"
Hyejin menghardik dengan nada cemas, "Unnie, apa kau yakin? Akan banyak wartawan disana menunggumu, kondisi sangat tidak aman!"
"Itu resiko, kan? Jika aku tidak muncul akan ada banyak berita yang buruk muncul, aku tidak bisa membiarkan hal itu." Wheein menggeleng pada Hyejin, isyarat untuk mengikuti kemauan wanita itu. Meski dalam hatinya, ia sangat khawatir tapi ia tetap percaya pada Moonbyul.
Wheein kembali dari kamar dan memberikannya pakaian untuk dipakai. Setelah itu, dia segera pergi setelah berterima kasih pada dua sahabatnya tersebut. Seperti dugaan Hyejin, kantornya sudah dipadati oleh banyak wartawan, bahkan mobil Byul pun langsung tenggelam oleh mereka senua.
Para penjaga segera sigap membukakan jalan agar Byul bisa keluar dan masuk dengan aman. Di dalam kantor, semua orang terlihat khawatir, Byul meminta mereka untuk bekerja seperti biasa dan tidak memikirkan masalah ini selagi ia membereskannya.
Dia masuk ke ruangannya dan mencoba untuk menghubungi Yonghee, menerima banyak komplain dari investor, sampai harus meladeni banyak panggilan untuk bahan berita. Suasana kantor saat itu benar-benar sulit dijelaskan dengan kata-kata.
"Nona Moon, apa pendapat anda?" Moonbyul benar-benar kesulitan untuk berkonsentrasi, meski dia memaksakan dirinya sekalipun, dia tetap akan terpikir soal Yongsun.
Yonghee bilang keluarganya akan menahani kasus ini secara tertutup. Sodam pun masih belum sadar sampai sekarang, kata dokter ada cidera di bagian tengkorak belakang yang cukup parah, dan itu akan berakibat dengan aktifitasnya nanti.
Byul juga tidak diizinkan untuk bertemu dengan Yongsun sementara waktu, ia hanya diperbolehkan untuk menghubungi Yonghee saja. Walaupun ia sangat merindukan sang wanita itu, ia harus menahan rasa ingin bertemu dengannya.
"Maaf, saya rasa kita harus mengundur meeting hari ini... Saya merasa kurang sehat," jawaban Byul membuat hampir semua pekerja disana merasa khawatir. Ini pertama kalinya mereka melihat sang atasan mereka seperti tidak punya semangat hidup. Byul bahkan masih melamun begitu semua telah bubar.
Terkecuali satu orang, Na Goeun.
"Goeun! Aku lupa, apa boleh kamu bantu ambilkan buku catatanku di meja meeting? Aku sudah tulis beberapa point penting..." pinta teman kerjanya, Chaein, untuk diambilkan sebuah buku catatan. Goeun yang tidak punya pilihan untuk menurutinya.
Langkah Goeun terhenti begitu masuk kedalam ruang meeting, disana ia bisa melihat Byul yang sedang melihat ke arah luar jendela. Senyum Goeun melebar, tidak menyangka bahwa dia akan seruangan berdua dengan idolanya, Byul.
Iya, idolanya.
Idola yang akan ia dapatkan dengan cara apapun."P-Permisi," panggilan Goeun yang tiba-tiba berhasil membuat sedikit terkejut lalu menoleh. Sekosong itukah pikirannya sampai dia tidak menyadari kehadiran seseorang.
"Oh, ya, ada apa?"
"Saya ingin mengambil buku catatan teman saya," Goeun berusaha sekuat tenaga untuk menahan rasa bahagianya bisa berbincang walau hanya sebentar dengan sang idola. Ia genggam kuat-kuat buku catatan Chaein dan hendak untuk pergi sebelum akhirnya ia memutuskan untuk memanggil Byul kembali.
"Nona Moon," Byul mengalihkan pandangan ke arah Goeun begitu dipanggil dan gadis itu langsung membungkuk sembari tersenyum lebar. "Saya senang bisa melihat anda secara langsung, saya harap anda bisa kembali sehat."
"Oh, terima kasih... Maaf, siapa namamu?"
"Na Goeun, aku karyawan baru bagian marketing!"
"Oh, ok. Terimankasih, Na Goeun. Selamat bekerja."
"Ya, anda juga!"
***
"Polisi masih menyelidiki kasus penyerangan Park So Dam, asisten pribadi Kim Yong Sun selaku pemimpin perusahaan teknologi terbesar di Korea, RBW company—" Suara dari televisi itu tidak lagi terdengar setelah dayanya dimatikan oleh tuan Kim, ayah Yongsun sekaligus mantan presiden RBW company. Ia menghela nafas berat, raut kekhawatiran terlihat jelas dari wajahnya.
Ruang tamu keluarga Kim nampaknya dalam suasana yang suram.
"Aku akan memastikan bahwa Park Sodam akan baik-baik saja, untuk sekarang perhatikanlah Yongsun dan perusahaan," ujar sang Ayah pada Yonghee, kakak Yongsun. Yonghee yang selama ini tinggal di luar negeri akhirnya kembali, ia awalnya berniat untuk membuka bisnis di Korea, tapi siapa sangka sekarang dia harus mengambil alih perusahaan sang ayah semenjak adiknya mengalami syok berat.
"Dan untuk anak itu..." Yonghee sudah tahu siapa yang dimaksud ayahnya. "Pastikan dia tidak bertemu dengan Yongsun. Ini semua adalah salahnya,"
Yonghee mengesah namun dia tidak mau melawan ayahnya. Ia tidak mau memperkeruh suasana dengan membela Byul—yang tidak lain dan tidak bukan adalah pemimpin saingan perusahaan mereka selama bertahun-tahun lamanya.
"Aku mengerti,"
Sang Ayah dengan perlahan bangkit dan kemudian pergi dari ruang tamu. Kini sang ibu segera mendekati Yonghee dan mengusap punggung tangannya, "Yonghee, kau sudah bekerja dengan baik... Ibu akan menjaga Yongsun disini. Jangan dengarkan ayahmu, kau malah harus bisa bekerjasama dengan anak keluarga Moon, dia kan juga korban..."
Senyum Yonghee mengembang begitu sang ibu berkata demikian. Ia memang bisa mengandalkan ibunya kapanpun. Yonghee memeluk sang ibu dan mengucap terima kasih sebelum akhirnya pergi menuju sebuah tempat yang cukup tersembunyi.
Ia tidak menyangka ada sebuah restoran masih buka di tempat tersembunyi seperti ini. Begitu ia masuk, dia sudah dapat melihat Byul duduk tak jauh dari tempatnya berdiri. Dia terlihat lelah dan pucat.
"Byul,"
"Ah, kak Yonghee..." Byul tersenyum tipis, "Kau ingin pesan apa?"
"Apa kau tidak makan? Wajahmu terlihat pucat!" seru Yonghee khawatir.
Byul terkekeh sebentar sebelum kembali terlihat lelah, "Aku... Tidak bisa makan, tapi aku lapar sekarang. Aku tidak bisa mengajak Yongsun kesini jadi aku mengajak kau. Dia sangat suka makanan disini,"
"Kau..." Yonghee menggelengkan kepalanya lalu mulai memesan makanan. Begitu pesanan datang, seseorang masuk ke dalam restoran dan duduk tak jauh dari pandangan Byul.
Begitu sang bibi menanyakan pesanannya, alih-alih menjawab, dia malah keluar dari restoran tanpa sepatah katapun. Hal itu membuat Byul curiga. Apa dia adalah sosok stalker yang dia temukan di lembaran foto? Byul segera bergegas keluar dari restoran dan tidak menemukan siapapun selain sepucuk surat di kaca mobilnya yang bertuliskan:
"Aku akan membuatmu tunduk padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing Party - Moonsun
FanficBukan hal aneh lagi untuk melihat dua CEO muda berperang dingin dalam bisnis. Tapi jika sampai berkomitmen, tentu itu beda lagi ceritanya.